TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara peristiwa banjir besar yang melanda Demak hingga Kudus dengan isyarat kemunculan kembali Selat Muria, namun ada banyak fakta penyebabnya.
Menurut Eko Soebowo dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi, banjir yang terjadi disebabkan oleh faktor alam akibat cuaca ekstrem.
"Wilayah tersebut tidak mampu menampung volume air hujan yang tinggi karena terjadi sedimentasi di sungai," jelasnya.
Eko juga mengungkapkan, pembabatan hutan dan perubahan tata guna lahan menjadi penyebab sedimentasi di sisi selatan.
Selain itu, pengambilan air tanah yang berlebihan menyebabkan penurunan muka tanah di pesisir pantai utara Jawa sebesar 5 hingga 10 sentimeter per tahun.
Untuk mengatasi masalah tersebut, perbaikan tata guna lahan diusulkan sebagai bentuk mitigasi. Kawasan konservasi dan lindung yang sebelumnya digunakan untuk kepentingan komersial dan perumahan harus dikembalikan fungsinya sebagai zona resapan air.
“Apakah banjir terjadi lautan lagi? Menurut pandangan kami itu tidak akan terjadi. Faktor utama kalau itu (daratan) kembali menjadi selat adalah kenaikan muka air laut,” kata Eko.
Eko juga menyebutkan bahwa pembabatan hutan secara besar-besaran pada masa kolonial mengakibatkan erosi yang menyebabkan Selat Muria menjadi daratan.
Menurutnya, pada masa itu, pembabatan hutan sangat intens, yang mengakibatkan terjadinya erosi dan sedimentasi, yang akhirnya mengubah Selat Muria menjadi daratan.
Eko menjelaskan bahwa aktivitas pembabatan hutan dan erosi telah terjadi sejak abad ke-7 hingga saat ini di wilayah selatan Selat Muria dan Lereng Gunung Muria, dan material dari erosi tersebut mengisi dataran Selat Muria.
Menurutnya, karena proses sedimentasi, tanah di daerah tersebut masih baru dan belum terkompaksi dengan baik, sehingga rentan terhadap amblesan bangunan.
Eko menjelaskan bahwa pada masa lalu, banjir justru mengisi sedimen di Selat Muria, menyebabkan pendangkalan yang membentuk daratan baru.
Dia juga mengingatkan masyarakat untuk menggunakan air secara bijaksana karena pengambilan air tanah yang berlebihan telah menyebabkan penurunan muka tanah yang serius di wilayah Demak hingga Kudus.
Selain itu, perubahan iklim yang menyebabkan pencairan es di kutub utara dan selatan telah meningkatkan permukaan air laut, menjadi ancaman serius yang berpotensi mengembalikan Selat Muria.