Senin, 20 Mei 2024


IPB University Sukses Kendalikan Hama dan Penyakit dengan PHT-Biointensif

08 Mei 2024, 14:54 WIBEditor : Gesha

monitoring penerbangan penggerek menggunakan light trap dan pengumpulan kelompok telur. | Sumber Foto:IPB University

TABLOIDSINARTANI.COM, SUBANG -- IPB University berhasil menerapkan pengendalian hama dan penyakit dalam skala yang luas di Subang, Jawa Barat. Dengan pendekatan inovatif yang baru, universitas ini berhasil membuktikan keefektifan metode Pengelolaan Hama Penyakit Terpadu-Biointensif (PHT-Biointensif) di lahan pertanian seluas 500 hektar di salah satu lumbung padi terkemuka di Indonesia.

Dari situs resmi ipb.ac.id, teknologi terbaru yang disebut PHT-Biointensif telah diaplikasikan di dua lokasi di Subang. Pertama, di Kampung Inovasi IPB Subang – Desa Kiarasari, Compreng seluas 350 hektare. Lokasi kedua adalah di kawasan program Patriot Pangan di Desa Ciasem Girang, Ciasem seluas 100 hektare.

Hasilnya pun sangat mengesankan, pada Musim Tanam (MT) 1, Kampung Inovasi IPB Subang menghasilkan 9,72 ton gabah kering panen per hektare (GKP/ha), sedangkan di Ciasem, program Patriot Pangan menghasilkan 10 ton GKP/ha. Kedua lokasi ini jauh melampaui produktivitas rata-rata sebesar 7,3 ton per ha.

Lebih dalam tentang teknologi PHT-Biointensif, Profesor Suryo Wiyono, Guru Besar Proteksi Tanaman di IPB University, menjelaskan, teknologi ini melibatkan berbagai komponen utama, termasuk bioimunisasi tanaman menggunakan cendawan endofit dan bakteri teruji. Selain itu, penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan jumlah predator hama juga menjadi fokus, dengan menghindari penggunaan pestisida hingga tanaman berumur 35 hari.

Selain itu, program ini juga melibatkan monitoring penerbangan penggerek menggunakan light trap dan pengumpulan kelompok telur. Proses monitoring ini melibatkan partisipasi aktif dari guru dan siswa SMKN Compreng. Kegiatan yang dilakukan mencakup pemantauan hama penggerek batang padi, pengumpulan kelompok telur di persemaian, serta bioimunisasi tanaman menggunakan mikroba.

“Dampak dari penerapan teknik ini langsung terasa oleh petani. Serangan penggerek batang di wilayah Compreng tidak lebih dari 1 persen saat mendekati musim panen. Sementara itu, di desa sebelah, serangan penggerek batang mencapai 11,0 persen,” jelas Profesor Suryo, yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Pertanian di IPB University.

Tidak hanya di Compreng, di Ciasem, terutama di daerah Ciasem Baru yang merupakan daerah endemik penggerek batang, tingkat serangan penggerek hanya sebesar 21,59 persen pada area yang menerapkan teknologi ini. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan metode konvensional yang mencapai 67,3 persen.

Dengan keandalan dan juga biaya yang murah, Prof Suryo Wiyono meyakini bahwa teknologi ini siap untuk diterapkan pada skala yang lebih besar.

Menurut Dr. Dewi Sartiami, seorang Ahli Hama dari IPB University, metode monitoring dengan light trap telah terbukti efektif dalam pengelolaan penggerek batang. Metode ini memungkinkan untuk mengidentifikasi puncak penerbangan ngengat penggerek dan menentukan waktu yang tepat untuk pengumpulan kelompok telur.

Salah satu petani di Kiarasari, Maman (50 tahun), mengungkapkan bahwa hasil dari bioimunisasi ini membuat perkecambahan tanaman lebih baik. “Bahkan karena tanaman yang tumbuh lebih banyak, saya memiliki kelebihan bibit dan bisa banyak disumbangkan ke teman yang membutuhkan,” ujarnya dengan bangga.

“Dengan menggunakan teknologi ini, kami para petani dapat menghemat biaya karena hanya perlu menggunakan pestisida sekali saja, sedangkan sebelumnya kami biasanya harus menyemprot hingga sepuluh kali,” tambah Maman.

Vektor (42 tahun), seorang petani dari Ciasem Girang yang juga peserta program, menyatakan teknologi ini sangat bagus, tapi sayangnya masih banyak petani yang belum mengetahuinya.. "Teknologi ini juooss, tapi sayangnya banyak yang belum tahu saja. Jadi, teknologi ini harus disebarluaskan supaya petani lebih banyak yang tahu," sebutnya.

“Penerapan teknologi bio-imunisasi benih memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan tanaman padi, terutama pada tahap persemaian yang memiliki tingkat daya perkecambahan hampir mencapai 100 persen. Bibit tumbuh lebih merata, dengan akar yang lebih kuat.” sambungnya. 

Reporter : NATTASYA
Sumber : IPB University
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018