Senin, 20 Mei 2024


Bisa Mengancam Pangan, Begini Harusnya Strategi Pengelolaan Gulma Resisten Herbisida

08 Mei 2024, 15:01 WIBEditor : Gesha

Pengendalian Gulma | Sumber Foto:ISTIMEWA

TABLOIDSINARTANI.COM, Bogor --- Profesor Dwi Guntoro, seorang Guru Besar dari Fakultas Pertanian IPB University, memaparkan strategi pengendalian gulma yang tahan terhadap herbisida untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Keberadaan gulma yang resisten terhadap herbisida dianggap sebagai ancaman serius terhadap pasokan pangan nasional.

Profesor Dwi menjelaskan bahwa kehadiran gulma yang tahan terhadap herbisida dapat mengakibatkan penurunan produksi padi sebanyak 20 hingga 50 persen. Jika penurunan produksi akibat gulma tahan herbisida mencapai 30 persen dari potensi produktivitas padi sebesar 10 ton per hektare, maka potensi kerugian hasil produksi dapat mencapai 3 ton per hektare.

"Dalam mengelola gulma di masa depan, diperlukan strategi yang tepat berdasarkan lima pilar, yaitu pengelolaan yang presisi, ramah lingkungan, biaya efisien, berbasis sumber daya lokal, dan pendekatan lintas disiplin," ujarnya dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar di IPB University.

Profesor Dwi menekankan pentingnya identifikasi gulma yang tahan terhadap herbisida untuk mengetahui spesies mana yang sudah mengembangkan resistensi. Selain itu, pemetaan lokasi juga krusial guna memahami di mana gulma-gulma tersebut sudah mulai menunjukkan resistensi. Menurutnya, pemetaan ini menjadi dasar yang sangat berguna dalam pengelolaan gulma secara berkelanjutan.

“Strategi pencegahan dapat diimplementasikan melalui pendidikan dan pelatihan bagi petani, pengelolaan seedbank, penggunaan varietas tanaman yang memiliki daya kompetisi tinggi, serta upaya pencegahan perkembangan dan penyebaran propagul gulma,” paparnya.

Lebih lanjut, Profesor Dwi mengemukakan bahwa strategi pengendalian dapat dilakukan melalui rotasi bahan aktif, pemanfaatan bahan aktif baru termasuk bioherbisida, penggunaan campuran bahan aktif dalam herbisida, serta pengembangan teknik pengendalian yang inovatif, seperti penerapan teknologi plasma.

Sebagai alternatif penggunaan bahan aktif baru dalam pengembangan bioherbisida, dapat dimanfaatkan zat alelopati dari tumbuhan.

“Berdasarkan potensi bioherbisida yang berasal dari biomass gulma, seperti alfa-cyperon dari umbi teki (Cyperus rotundus) dan wogonin dari ekstrak gulma Tetracera indica, riset pengembangan bioherbisida perlu terus dikejar untuk meningkatkan efektivitasnya,” tandasnya.

Tidak hanya itu, Profesor Dwi juga mengungkapkan bahwa terus dilakukan pengembangan inovasi teknologi untuk pengendalian gulma. Salah satu alternatifnya adalah penggunaan teknologi plasma.

 

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknologi plasma pada tegangan 140 kV dengan durasi 80 detik pada fase pra-tumbuh dan pasca-tumbuh mampu mengendalikan gulma uji,” jelasnya.

Reporter : NATTASYA
Sumber : IPB
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018