Rabu, 21 Mei 2025


Guru Besar IPB University : Perlu Teknologi untuk Pengembangan Pertanian Berbasis Minyak Nabati

13 Mei 2024, 13:09 WIBEditor : Gesha

Prof Ika Amalia Kartika, Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian di IPB University,

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta - Prof Ika Amalia Kartika, Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian di IPB University, menjelaskan tentang pentingnya pengembangan teknologi transformasi untuk komoditas pertanian yang berfokus pada minyak nabati. 

"Kita punya potensi besar dalam minyak nabati lho," sebutnya.

Menurut data dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), Prof Ika Amalia menjelaskan bahwa Indonesia merupakan produsen minyak nabati terbesar di dunia pada periode 2023/2024, dengan total produksi mencapai 47 juta ton. Mayoritas minyak nabati yang dihasilkan berasal dari buah kelapa sawit.

Selain kelapa sawit, ada tanaman lain di Indonesia yang memiliki potensi besar sebagai sumber minyak nabati, seperti jarak pagar dan nyamplung.

Kedua tanaman ini memiliki kadar minyak biji yang tinggi, dengan kadar mencapai 30-40 persen untuk jarak pagar dan 50-75 persen untuk nyamplung. Produktivitas biji keduanya juga signifikan, yaitu sekitar 5 ton per hektar untuk jarak pagar dan 20 ton per hektar untuk nyamplung setiap tahunnya.

“Dari potensi yang melimpah ini, masih perlu optimasi potensi dan transformasi minyak nabati kita,” kata Prof Ika Amalia.

Guru Besar ini menjelaskan di Indonesia diperlukan minimal tiga transformasi teknologi berbasis minyak nabati. 

"Mencakup pengembangan metode ekstraksi, pengempa ulir tunggal dan kembar, serta teknologi ekstraksi dengan pelarut biner," jelasnya.

Dia menekankan, keberlanjutan dan efisiensi proses menjadi fokus utama dalam meningkatkan teknologi ekstraksi minyak nabati.

Contohnya, penggunaan teknologi ekstraksi pengempa berulir tunggal dan kembar untuk biji jarak dan nyamplung dapat meningkatkan rendemen dan mutu minyak, serta mengoptimalkan penggunaan energi.

“Pengembangan pada aspek penggunaan bahan baku segar, teknologi ini mampu menghasilkan kualitas minyak yang premium, minyak ini cocok digunakan sebagai bahan kosmetik karena kaya senyawa bioaktif dan aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acnes penyebab jerawat,” kata Prof Ika Amalia, dosen IPB University dari Departemen Teknologi Industri Pertanian ini.

Menurut Prof Ika Amalia, teknologi lainnya adalah ekstraksi minyak nabati menggunakan pelarut biner, yaitu campuran pelarut polar dan non-polar.

Teknologi ini memungkinkan ekstraksi minyak dan resin secara bersamaan dalam satu tahap, menghasilkan proses ekstraksi yang lebih kompak, efektif, dan efisien.

Dalam kasus transformasi buah nyamplung menjadi produk bernilai tambah tinggi, teknologi yang dikembangkan adalah ekstraksi menggunakan campuran pelarut heksan dan alkohol.

Pelarut heksan berperan dalam mengekstraksi minyak, sementara alkohol digunakan untuk mengekstraksi resin.

Dengan teknologi ini, rendemen dan mutu minyak dapat meningkat, dan resin yang kaya akan senyawa bioaktif dapat dipisahkan dengan mudah dari minyak.

Sebagai hasilnya, minyak yang dihasilkan dapat dikonsumsi setelah proses pemurnian, sementara resin dapat digunakan untuk keperluan non-pangan seperti vernis, bahan baku farmasi, dan kosmetika.

 

Reporter : Nattasya
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018