Universitas Samudra (UNSAM) berkomitmen untuk memimpin perubahan dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan.
TABLOIDSINARTANI.COM, Aceh Tamiang-- Aceh Tamiang tengah menghadapi babak baru dalam upaya mencapai kemandirian pangan berkelanjutan. Universitas Samudra (UNSAM) berkomitmen untuk memimpin perubahan dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan.
Universitas Samudra (UNSAM) bersama Universitas Sains Cut Nyak Dhien (UNCND) menunjukkan komitmennya dalam pembangunan berkelanjutan melalui program pemberdayaan masyarakat di Aceh Tamiang.
Tim ini, yang dipimpin oleh Dr. Rini Mastuti, M.P. dari Fakultas Pertanian UNSAM, bersama anggota dari berbagai fakultas, melaksanakan program ini dengan dukungan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Dr. Mastuti menjelaskan bahwa skema pemberdayaan kali ini mengusung pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Wilayah yang merupakan program multitahun selama tiga tahun.
Tujuan utamanya adalah untuk membantu pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dalam menghadapi permasalahan pangan dan kemiskinan sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Program ini, yang berjudul "Pemberdayaan Ekonomi Hijau melalui Program Pangan Lestari Berkelanjutan", bertujuan untuk meningkatkan kemandirian pangan masyarakat sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Yunus, SP, Plt. Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Kabupaten Aceh Tamiang, mengungkapkan pentingnya adaptasi teknologi ramah lingkungan untuk meningkatkan produktivitas petani dan menjaga kelestarian alam.
Tim dari UNSAM dan UNCND bekerja sama dengan Dinas Pertanian setempat untuk memberikan edukasi mengenai budidaya ayam kampung, hidroponik, vertical garden, serta teknologi pakan.
Di tahun-tahun berikutnya, fokus akan beralih ke budidaya lele dan pengelolaan sampah dengan metode pirolisis.
Respon positif datang dari kelompok tani setempat seperti Ibu Raji’ah dari kelompok tani Lindung Bulan, yang mengapresiasi dukungan dan pengetahuan baru yang diberikan.
Program ini juga mendorong diversifikasi tanaman dan integrasi peternakan untuk meningkatkan pendapatan dan keberagaman hayati.
Firman Banurea, koordinator kelompok tani, berharap kelompok tani dapat menjadi pilot project untuk penerapan model pertanian terintegrasi, yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan mengurangi risiko gagal panen.
Juwan Anderille, Ketua Kelompok Berkah Farming, berharap program ini juga mencakup aspek pemasaran produk pertanian untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Yenni Marnita, M.P., menambahkan bahwa keberhasilan program ini diharapkan dapat menarik minat pemerintah dan pihak swasta untuk berkolaborasi lebih lanjut.
Dr. Muhammad Fuad, M.M., menekankan bahwa program ini merupakan langkah konkret untuk mendukung ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan di Aceh, dengan tujuan memperluas jangkauan ke daerah lain dan mengembangkan model pemberdayaan masyarakat yang aplikatif di berbagai sektor.