Rabu, 11 Desember 2024


Hati-Hati! Penyakit Baru Tanaman Ini Bisa Hancurkan Hasil Panen Petani

25 Okt 2024, 18:06 WIBEditor : Gesha

Penyakit baru mengancam tanaman pangan kita, membuat petani was-was akan gagal panen. Ancaman ini bukan sekadar masalah biasa, tapi bisa berdampak besar pada ketahanan pangan nasional. | Sumber Foto:Syngenta

TABLOIDSINARTANI.COM, Bogor -- Penyakit baru mengancam tanaman pangan kita, membuat petani was-was akan gagal panen. Ancaman ini bukan sekadar masalah biasa, tapi bisa berdampak besar pada ketahanan pangan nasional.

Perubahan iklim dan munculnya penyakit baru pada tanaman kini menjadi momok bagi ketahanan pangan nasional.

Dalam sebuah diskusi bertajuk "Kesehatan Tanaman sebagai Faktor Kunci dalam Mendukung Ketahanan Pangan Negeri" di IPB International Convention Center, para pemangku kepentingan berkumpul, dari Dekan Fakultas Pertanian IPB University, akademisi, Kementerian Pertanian, hingga perwakilan industri agrikultura dan petani.

Tak hanya itu, puluhan praktisi pertanian dari berbagai daerah pun turut serta secara daring, menyoroti isu yang semakin mendesak ini.

Profesor Sri Hendrastuti Hidayat dari Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB University, mengingatkan bahwa sejarah sudah menunjukkan betapa penyakit tanaman bisa memicu kelaparan massal.

Ia menyebut kasus wabah pada kentang di Irlandia, bercak coklat pada padi di India, hingga virus yang menyerang singkong di Uganda—semuanya menghasilkan bencana kelaparan akibat hilangnya sumber makanan pokok.

"Penyakit tanaman bersifat dinamis. Penyakit yang dulu terkendali bisa kembali muncul dan jadi ancaman. Kita butuh mitigasi dan strategi pengelolaan yang efektif, karena dampaknya besar pada ketahanan pangan," tegas Profesor Asti, pakar fitopatologi ini.

Seirama dengan Profesor Asti, Dr. Ir. Bambang Budhianto dari Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia (MPPI) menjelaskan bahwa serangan hama dan penyakit kerap kali memicu kehilangan hasil panen.

Serangan hama pada hortikultura, misalnya, bisa menyebabkan gagal panen total. "Ancaman ini sangat ditakuti petani," ungkapnya.

Salah satu petani yang pernah merasakannya adalah Adi Suryadi dari Karawang.

Ketika tanaman kacang panjangnya terserang virus, hampir seluruh lahan 1,5 hektare miliknya rusak parah.

Serangga pembawa virus itu menyebar dengan cepat, sulit dikendalikan.

Kini, Adi telah belajar, mulai dari pengolahan lahan yang lebih baik, pengamatan hama harian, hingga pemakaian benih unggul tahan penyakit.

Benih unggul ini, menurut Bambang Budhianto, adalah pertahanan pertama menghadapi serangan penyakit.

Melalui proses pemuliaan yang cermat, benih unggul lebih tahan terhadap lingkungan tak menentu, hama, dan penyakit.

Ditambah lagi, benih unggul telah melalui perlakuan khusus seperti seed treatment dengan fungisida atau insektisida, yang bisa mendesinfeksi dari patogen berbahaya.

Industri seed treatment sendiri diperkirakan akan melonjak menjadi USD 9,2 miliar pada tahun 2027, karena kebutuhan akan benih berkualitas yang terus meningkat di seluruh dunia.

Namun, solusi ini tak bisa berdiri sendiri. Kolaborasi antara semua pemangku kepentingan diperlukan untuk menciptakan sistem pertanian yang lebih tangguh dan berkelanjutan.

Dengan kerjasama yang kuat, ketahanan pangan nasional dapat terjaga, dan petani dapat merasa lebih tenang dalam menghadapi musim tanam demi musim tanam mendatang. 

Reporter : Nattasya
Sumber : Syngenta
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018