Menteri Pertanian Suswono menilai, usaha peternakan sapi potong akan lebih efisien bila diterapkan dengan sistem koloni ketimbang dilaksanakan secara perseorangan di kandang peternak sendiri. Karenanya perlu diupayakan agar sistem koloni ini dapat meluas penerapannya di dalam negeri.
Pada kesempatan kunjungan kerjanya ke wilayah Provinsi Sumatera Barat, Mentan bersama rombongan berkesempatan melihat dari dekat aktivitas Kelompok Tani Ternak “Tunas Muda” di Desa Lundang Panango, Kabupaten Agam, di mana kelompok ini menerapkan sistem koloni dalam pemeliharaan ternak mereka.
Seperti dituturkan Ketua Kelompok, Zarmi, sejak didirikan di tahun 2003 Kelompok Tunas Muda melaksanakan kegiatan utama di bidang penggemukan sapi. Dengan menerapkan sistem koloni, sapi-sapi milik anggota kelompok ditempatkan menyatu di kandang milik kelompok.
Kelompok telah memiliki dua unit sarana perkandangan berkapasitas masing-masing kandang 30 dan 14 ekor. Saat kunjungan Mentan di akhir Juni tersebut total jumlah sapi milik peternak anggota yang dipelihara di dua kandang tersebut sebanyak 44 ekor jenis sapi Simental meliputi 40 ekor sapi betina dan 4 ekor sapi jantan. “Sapi-sapi itu milik 14 orang anggota, sementara jumlah keseluruhan anggota kelompok kami sebanyak 21 orang,” jelasnya.
Dengan adanya kandang koloni dalam kelompok maka, menurut Zarmi, banyak keuntungan yang bisa didapat. Antara lain pengontrolan ternak menjadi lebih mudah termasuk dalam mendeteksi kesehatan sapi. Hal lainnya adalah terjalin kebersamaan dalam melaksanakan tata laksana pemeliharaan ternak.
“Kalau ada peternak yang karena sesuatu hal terlambat memberi makan ternaknya maka anggota kelompok lainnya langsung membantu memberi makan. Peternak yang memiliki kelebihan hijauan kadang juga memberikan kepada yang kekurangan,” jelasnya.
Jangan Ada Potensi Terbuang
Menteri Pertanian memandang banyak segi positif dari penerapan sistem koloni di kegiatan usaha penggemukan sapi potong. Sudah terbukti bahwa kegiatan gotong royong dalam pemeliharaan ternak secara intensif bisa diperoleh pertambahan bobot badan ternak lebih dari 1 kg per ekor per hari.
“Dengan demikian sapi cepat gemuk dan bila dijual akan mendatangkan keuntungan yang lebih besar sehingga juga mendatangkan pendapatan bagi kelompok ternak bersangkutan,” ujar Suswono sambil menekankan bahwa kondisi ini menjadikan semangat berusaha ternak dapat terus terjaga.
Usaha ternak sapi, menurut Suswono, akan semakin bisa diandalkan sebagai sumber penghasilan bila segala potensi yang ada di peternakan tidak sampai terbuang. Pengurus kelompok harus berupaya mengoptimalkan semua hasil dari kegiatan usaha termasuk memanfaatkan kotoran ternak sapi untuk diolah menjadi pupuk organik serta biogas yang diperlukan untuk sumber energi dan penerangan.
Namun Mentan meminta peternak anggota kelompok Tunas Muda tak hanya puas sampai pada kegiatan penggemukan sapi tetapi mulai merintis ke usaha pembibitan sapi. Dengan melaksanakan usaha pembibitan maka ke depan kelompok tak melulu mengandalkan sapi bakalan dari pasaran bebas yang belakangan harganya terus naik.
“Sistem koloni juga bisa saja diterapkan di usaha pembibitan. Yang penting dilakukan secara profesional dan terprogram,” tegas Suswono didampingi Kepala Dinas Peternakan Provinsi Sumbar, Erinaldi. Ira
Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066
Editor : Julianto