Ayam olahan produksi dalam negeri akan segera masuk ke pasar Jepang. Langkah-langkah untuk melakukan penetrasi pasar ke Jepang sudah lama dijajaki pemerintah dan diharapkan pada tahun 2014 ini sudah bisa terealisasi.
Dalam acara buka puasa bersama, beberapa waktu lalu, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro mengemukakan, suatu hal yang mengembirakan bahwa produk daging ayam asal Indonesia bisa kembali masuk ke pasar ekspor setelah sempat terhenti di tahun 2013.
Mulai awal tahun 2014 penjajakan ekspor daging ayam berbentuk olahan sudah dilakukan pemerintah bekerjasama dengan tiga perusahaan produsen daging ayam olahan ternama di Indonesia (Grup Charoen Pokphand, Japfa Comfeed dan Grup Sierad Produce). Direncanakan pada 23 Agustus mendatang satu tim auditor dari Jepang akan melakukan audit ketiga perusahaan yang memang sudah menyatakan siap melakukan kegiatan ekspor ke Jepang tersebut.
Anggota tim bersama pemerintah juga sekaligus akan melakukan bimbingan ke perusahaan calon pengekspor daging ayam olahan sehingga bisa memastikan bahwa nantinya produk olahan ayam yang diekspor benar-benar sesuai dengan standar internasional yang dipersyaratkan.
“Kegiatan audit tersebut akan dilakukan sejak dari lokasi breeding farm, sampai komersial farm dan RPU. Kesemua tahapan yang ada harus bisa memenuhi ketentuan yang ditetapkan pihak pengimpor di Jepang,” tandas Dirjen PKH yang pada kesempatan itu didampingi Sekditjen dan semua direktur lingkup Ditjen PKH.
Langkah melakukan ekspor produk ayam olahan, menurut Dirjen, jelas harus didukung mengingat ini merupakan kesempatan untuk memperluas pasar setelah produsen lokal bisa menguasai pasar dalam negeri. Seperti diketahui, produk olahan seperti chicken nugget, sosis ayam, bakso ayam dan lain-lain kini sudah semakin banyak diproduksi di Indonesia dan cukup diminati pasar dalam negeri.
Kapal Angkut Sapi
“Selama ini Jepang banyak mengimpor daging ayam olahan dari Brazil, Thailand dan China. Kalau produk kita bisa diterima konsumen Jepang tentu ini perkembangan yang menggembirakan dan peluang pasar yang tidak boleh dilewatkan,” tegas Syukur, seraya menambahkan bahwa ini merupakan langkah awal untuk bisa menembus pasar di negara lain.
Pada kesempatan bertatap muka dengan awak pers tersebut, Dirjen PKH juga menjelaskan upaya pihaknya dalam mendukung percepatan pengadaan sarana transportasi berupa kapal pengangkutan ternak sapi bekerjasama dengan pihak Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan.
Pada tahun ini pihak Ditjen Perhubungan Laut telah menyediakan anggaran dari APBN untuk relokasi dua kapal penumpang menjadi kapal pengangkut sapi dengan kapasitas angkut per kapal mencapai 300 ekor sekali angkut serta untuk pembuatan satu unit kapal baru berkapasitas angkut 500 ekor sapi.
Kapal-kapal pengangkut sapi itu didisain sedemikian rupa sehingga memenuhi kaidah “animal welfare” atau kesejahteraan hewan. “Saat ini sedang dalam tahap pembahasan pelabuhan-pelabuhan mana saja yang akan ditempati oleh kapal pengangkut sapi itu karena tentunya pelabuhan juga harus dilengkapi dengan sarana-sarana yang memenuhi prinsip animal welfare,” tutur Dirjen, sambil menambahkan bahwa kapal baru diharapkan bisa operasional pada pertengahan 2015.
Dengan adanya kapal khusus pengangkut sapi itu, menurut Syukur, diharapkan persoalan hambatan distribusi ternak dari daerah produsen ke pusat konsumen bisa segera teratasi dan perjalanan ternak sapi dari NTB ke Jawa juga menjadi semakin lancar sehingga suplay daging sapi ke masyarakat juga menjadi terjaga. Ira
Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066
Editor : Julianto