TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta --- Banyak kegiatan usaha di berbagai belahan dunia yang terpuruk karena COVID 19. Namun uniknya di Indonesia, sektor pertanian masih mampu tumbuh. Pengamat ekonomi nasional, Faisal Basri menyebutkan ini menjadi peluang yang harus bisa ditangkap juga oleh subsektor peternakan sebagai bagian sektor pertanian.
"Saat ini merupakan momen tepat bagi pelaku usaha peternakan dan kesehatan hewan (PKH) untuk memperkuat konsolidasi agar dapat sesegera mungkin menangkap peluang-peluang bisnis yang tercipta di era pandemi Covid-19 . Tak ada alasan untuk menunda berinvestasi mengingat permintaan produk hasil ternak di masyarakat masih tinggi dan dana di perbankan cukup tersedia," ungkapnya saat menjadi narasumber di acara Webinar Nasional Outlook Bisnis Peternakan 2021, Selasa (24/11).
Sub sektor peternakan, menurut Faisal Basri, pertumbuhannya di periode Januari-September 2020 masih positif 0,3 persen. Sehingga usaha di bidang PKH masih mampu bertumbuh karena faktanya permintaan bahan pangan asal ternak berupa daging, telur dan susu masih tetap besar di masyarakat. " Jadi pengusaha kita masih memiliki peluang mengisi tingginya kebutuhan pangan hewani di saat pandemi," tandasnya.
Dirinya mencontohkan, saat ini lebih dari 1 miliar dolar AS dana dikeluarkan setiap tahun untuk mengimpor daging sapi dan ternak sapi bakalan. "Ini juga peluang di tengah pandemi. Lebih baik kebutuhan dua komoditi itu diisi dari produksi dalam negeri," tuturnya.
Peluang ini pun dibenarkan oleh Ketua Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), Teguh Budiyana, yang mengatakan,bidang usaha sapi potong dan sapi perah tak terlalu terdampak oleh terjadinya pandemi Covid-19. Harga daging sapi di tingkat eceran masih relatif stabil yang menandakan suplai dan demandnya tak ada masalah di masyarakat.
Kegiatan usaha ternak sapi perah juga masih berjalan normal bahkan belakangan kian banyak investor yang masuk ke usaha persusuan. Lebih dari 10 perusahaan besar mengembangkan bisnisnya di usaha persusuan terutama di daerah Jawa Barat. "Diantaranya melaksanakan usaha diversifikasi horizontal, dari usaha kebun kopi meluas ke peternakan sapi perah untuk bisa menghasilkan susu murni," jelas Teguh.
Di era pandemi Covid-19, menurut Teguh, memang langkah yang tepat jika pemilik modal berinvestasi ke usaha memproduksi susu sapi mengingat hingga kini sekitar 80 persen kebutuhan bahan baku susu masih dipenuhi dari produk impor.
Produk Biosekuriti
Pendapat tak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Irawati Fari, yang mengatakan, di saat pandemi peternak dan perusahaan peternakan lebih meningkatkan aktivitas biosekuriti sebagai upaya melindungi ternak dari serangan penyakit. Kondisi ini membuat permintaan akan produk-produk yang diperlukan untuk kegiatan biosekuri seperti produk desinfektan juga meningkat.
Dalam kondisi dimana masyarakat lebih banyak tinggal di rumah, minat memelihara hewan kesayangan juga meningkat. "Karenanya sarana pendukung untuk pemeliharaan hewan kesayangan seperti pakan dan aneka peralatan juga Permintaannya juga meningkat. Artinya bisnis terkait hewan kesayangan kian menjanjikan di era pandemi ini," tandas Irawati.
Kepada segenap anggota ASOHI pihaknya telah mengimbau agar dimasa pandemi melakukan upaya-upaya penyesuaian dan lebih inovatif dalam melaksanakan usaha. "Kita harus siapkan strategi pemasaran yang tepat karena polanya saat ini sudah berbeda. Obat hewan yang tidak teregistrasi masih diperdagangkan secara online. Tantangan bagi kita semua, bagaimana bisa mengatasi kendala tersebut," tutur Irawati.