Kampanye Telur dan Ayam melalui Radio
TABLOIDSINARTANI.COM, Bandung --- Berbagai cara dilakukan pelaku usaha perunggasan untuk dapat mengedukasi masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi daging ayam dan telur. Diantaranya melalui media radio.
Edukasi lewat acara talkshow radio Raka FM dilaksanakan Jumat sore (28/05) oleh Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia bekerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jawa Barat.
Pada kesempatan tersebut tampil sebagai narasumber Ketua Umum Pinsar Indonesia, Singgih Januratmoko, Kepala DKPP, Jafar Ismail serta Duta Ayam dan Telur, Andi Ricky R.
Banyak hal diungkap di acara talkshow Radio tersebut dari keprihatinan akan rendahnya konsumsi protein hewani mayarakat hingga persoalan beredarnya berita hoax terkait komoditas daging ayam dan telur di media masa dan media sosial.
Kadis KPP Jawa Barat, Jafar Ismail mengemukakan, saat ini Jawa Barat secara nasional berada di posisi nomor 4 sebagai produsen ayam dan nomor 2 sebagai produsen telur.
"Ayam dan telur produksi Jabar bahkan dikirim ke wilayah Jabodetabek. Tapi yang sangat disayangkan konsumsi masyarakat Jabar akan daging ayam dan telur masih rendah," katanya.
Data menunjukkan, konsumsi daging ayam masyarakat Jabar baru di angka 8,1 kg /kapita/tahun sedangkan konsumsi telur hanya 126 butir /kapita/tahun. Data lain menunjukkan, baru 44 persen masyarakat Jabar yang sadar akan pentingnya protein untuk menjaga kesehatan.
"Karenanya kami mengapresiasi ajakan Pinsar Indonesia untuk bersama- sama melakukan edukasi termasuk lewat media radio ini," tutur Jafar.
Ia juga menyambut baik upaya pelaku usaha perunggasan yang pada kegiatan kampanye Gizi tahun 2021 menyalurkan bantuan 5.000 paket daging ayam daging ayam dan telur untuk masyarakat Jabar di daerah dengan kasus stunting tergolong tinggi.
Berita Hoax Telur
Saat kegiatan talkshow melalui Radio Raka FM dibahas pula mengenai beredarnya berita hoax mengenai telur palsu.
Ketua umum Pinsar Indonesia, Singgih J, menegaskan bahwa tidak ada telur palsu beredar di pasaran. Telur itu jelas-jelas dihasilkan dari tubuh ayam dan tidak ada yang dari pabrik.
Terjadinya perubahan fisik dari telur bisa jadi karena kesalahan penanganan atau penyimpanannya. "Telur itu akan lebih awet bila disimpan di dalam kulkas. Tetapi jangan menyimpannya di freezer ," jelasnya.
Singgih menyayangkan masih saja beredar berita hoax terkait komoditas daging ayam dan telur di tengah upaya meningkatkan konsumsi dua jenis bahan pangan kaya protein tersebut.
Melalui kegiatan edukasi seperti yang dilakukan di Jabar diharapkan bisa dicegah kemunculan berita keliru di masyarakat menyangkut daging ayam dan telur.