TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta --- Untuk bisa menghasilkan ayam yang bisa dikonsumsi secara aman, peternak perlu mengetahui manajemen kesehatan hewan sejak dimulai dari kandang sejak pembesaran bibit/day old chick (DOC) hingga bisa dipanen dalam ukuran konsumsi.
Medik Veteriner Muda dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, drh. Imas Yuyun M.Sc dalam Webinar Bimtek "Ayam Sehat Dimulai dari Kandang" yang digelar Tabloid Sinar Tani mengatakan manajemen kesehatan hewan ini dimulai dengan seleksi DOC yang sehat dan ber-SNI, dilakukan biosecurity yang benar hingga pelaksanaan vaksinasi yang tepat.
"Syarat DOC yang sehat adalah berasal dari Unit Usaha (Hatchery) yang telah mendapatkan Sertifikat Kompartemen bebas Avian Influenza, DOC juga sehat dan aktif bergerak dengan Tubuh gemuk (bentuk tubuh bulat) bulu bersih dan kelihatan mengkilat, hidung bersih, mata tajam dan bersih serta lubang kotoran (anus) bersih, dan memiliki berat badan 35-40 gram, sesuai SNI," jelasnya.
Selain DOC, Imas mengingatkan, juga harus diperhatikan pemilihan betina (indukan) dan jantan (pejantan). Betina dan jantan yang baik berasal dari tetua yang memiliki produktivitas, fertilitas, dan daya tetas telur tinggi. “Umur betina minimal lima bulan dan jantan minimal delapan bulan,” ujarnya.
Peternak juga wajib menerapkan biosecurity untuk menjamin kesehatan ayam. Ada dua jenis biosecurity yakni bio-exclusion yakni mencegah agen penyakit masuk ke dalam peternakan dan bio-confinement dengan mencegah agen penyakit menyebar di dalam peternakan. “Penerapan biosecurity dilakukan di tiga area yakni area kotor, area bersih dan area transisi,” katanya.
Penerapan biosecurity yang tidak lain merupakan pertahanan pertama pada pengendalian wabah penyakit. Selain berfungsi sebagai pengendalian wabah penyakit, biosecurity juga dapat untuk mencegah terjadinya penularan dan penyebaran penyakit. Penerapan biosecurity ada tiga prinsip yang perlu mendapat perhatian. Pertama, isolasi dengan memisahkan hewan sehat dan sakit, bisa juga dengan mengelompokkan besar kecil ayam. Kedua, sanitasi dengan membersihkan dan disinfeksi. Ketiga, pengaturan perpindahan, baik orang, benda dan hewan. Perlakuan biosecurity juga perlu memperhatikan kegiatan manusia-manusia pengelola kandang juga harus mampu melakukan penerapan kehidupan yang hygiene dengan memperhatikan kesehatan diri, kebersihan diri dan membudayakan hidup sehat.
Vaksinasi
Setelah biosecurity, Imas menegaskan, ternak ayam juga harus divaksin untuk merangsang pembentukan sistem kekebalan atau antibodi terhadapa penyakit tertentu. Dalam memberikan vaksin juga harus memperhatikan, suhu, dosis, tekniknya, usia pemberian vaksin, manajemen stress dan peralatan juga harus sesuai. Vaksinasi merupakan salah satu proses yang menimbulkan stres bagi ternak, sehingga keterampilan, ketepatan dan persiapan harus diperhatikan oleh para vaksinator atau operator kandang. “Sebaiknya vaksin pagi hari dan jangan siang, karena bisa membuat ayam stress,” tambahnya.
Terdapat dua jenis vaksin yang digunakan yakni vaksin live dan vaksin kill. Vaksin kill mempunyai kelebihan durasi imunitas lebih panjang daripada vaksin live. Namun vaksin live dapat menginduksi kekebalan seluler pada ayam. Vaksin live diberikan melalui air minum, intranasal (tetes mata atau hidung) dan spray. Dalam aplikasi vaksinasi melalui air minum, hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas dan jumlah kebutuhan air yang digunakan dan lama waktu pemberian vaksin. Air minum yang digunakan untuk melarutkan vaksin harus dipastikan tidak mengandung kaporit, PH netral, dan tidak tercemar zat-zat lain yang bisa mematikan kandungan vaksin seperti desinfektan dan logam.
Aplikasi pemberian vaksin kill melalui suntikan, yaitu suntikan dada, paha atau sayap. Untuk jarum suntik, sebaiknya diganti setiap per 1.000 ekor ayam yang sudah di injeksi. Hal ini untuk menghindari penularan penyakit yang mungkin terjadi. Kemudian, untuk vaksin yang sudah dicairkan (thawing) sebaiknya dihabiskan dan tidak dianjurkan disimpan kembali. Selain itu, sebaiknya vaksinasi dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama durasi proses vaksinasi tidak lebih dari 4 sampai 6 jam.
Selain proses pemberian, mekanisme penyimpanan vaksin juga harus diperhatikan. Rantai dingin suhu penyimpanan dapat memengaruhi kualitas dari vaksin tersebut. Vaksin memiliki standar suhu penyimpanan 2-8 ◦C. Jika vaksin disimpan dalam kulkas, maka hal yang harus dihindari adalah menyimpan vaksin pada pintu kulkas. Hal ini dikarenakan suhu pada tempat tersebut tidak stabil seiring dengan dibuka atau ditutupnya kulkas. Kemudian vaksin juga tidak dianjurkan untuk disimpan dalam freezer atau di bawah freezer, karena bisa membuat vaksin beku.
Distribusi rantai dingin, artinya cara mendistribusikan vaksin ke konsumen disesuaikan dengan kondisi saat masih di pabrik. Standarnya pakai styrofoam, lalu dimasukkan batu es mengisi tiga perempat bagian, lalu ditutup rapat dan diplester/lakban. Setelah rapi baru didistribusikan. Ukuran tempat pengemasan disesuaikan dengan waktu transportasi sekitar 4 – 5 jam. Hingga sekarang tidak ada vaksin yang disimpan pada suhu ruang.
Terkait rantai dingin ini, penyimpanan di pabrikan harus sama dengan penyimpanan selama transportasi. Penanganan vaksin ke pengguna jadi catatan penting pula. Ketika mobil vaksin datang sampai di konsumen harus langsung dimasukkan ke kulkas untuk vaksin kering beku.