TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Kementerian Pertanian menyiapkan berbagai program agar produksi jagung bisa ada sepanjang tahun, terutama untuk kebutuhan bahan baku pakan ternak di dalam negeri. Seperti apa programnya?
Indra Rohmadi, Koordinator Jagung dan Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian mengatakan, untuk mendorong peningkatan produksi jagung, pemerintah sejak 3 tahun terakhir memberikan bantuan benih untuk pengembangan lahan jagung seluas 384 ribu ha guna mendongkrak produk jagung hingga 25,22 juta ton.
"Dengan permintaan jagung untuk pakan sebesar 17-18 juta ton, akan ada kelebihan cukup besar," katanya.
Melihat banyak terjadi konversi lahan pertanian, Indra mengatakan, Kementerian Pertanian saat ini mencoba mencari luas tanam baru yang memang benar-benar baru untuk bisa menyanggah produksi jagung. Beberapa daerah yang potensial yakni, Bengkulu, Sumatera Selatan, Aceh Timur dan di Paser, Kalimantan Timur.
”Kami juga masuk dengan memanfaatkan lahan Perhutani yang sangat besar sekali potensinya,” ujarnya. Sebenarnya lanjut Indra ada beberapa yang sudah pernah menanam, tapi memang pertanamannya hanya satu kali dalam satu tahun. Untuk itu, pemerintah akan meningkatkan indeks pertanaman.
Salah satu yang tengah dicoba di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur seluas 1.000 ha. Saat ini kata Indra, pihaknya sedang membuat frame pola kerjasamanya. Misalnya, bagaimana posisi Perhutani, petaninya seperti apa, hubungan antara kelompok tani hutan dengan kelompok tani sawah. ”Semuanya memang harus ada sinkronisasi,” ujarnya.
Ke depan , Indra mengatakan, Kementerian Pertanian akan mengembangkan pola kerjasama dengan Perhutani untuk wilayah Grobogan dan Blora (Jawa Tengah) dan Lampung. Bahkan di Ngawi, pengembangan jagung diarahkan ke sentra peternak layer (telor) untuk memudahkan mendapatkan bahan baku pakan. Pola yang sama juga dilakukan di Blitar seluas 300 ha, Kendal, Lampung Selatan dan Sumatera Selatan.
“Kita lakukan juga di beberapa daerah. Kita memang ingin mendekatkan petani jagung agar nantinya memprioritaskan hasil panennya untuk peternak layer. Jadi jika harga jagung tinggi, petani bisa memotong harga sekitar Rp100 dari harga pasar untuk diberikan kepada peternak layer,” tuturnya. Bahkan di Blitar, Jawa Timur sudah ada surat kesepakatan, baik dari Dinas Peternakan, Dinas Pertanian, petani maupun peternak.
Indra mengakui masih banyak pekerjaan rumah dalam mengatasi ketersediaan jagung untuk peternak. Salah satunya dalam manajemen penyimpanan jagung saat panen raya (musim hujan) agar stoknya bisa menyuplai kebutuhan pada Agustus-Nopember. ”Dalam ranah produksi secara kumulatif kita memang surplus, tapi kebutuhan yang flat menjadi tidak sinkron dengan produksi yang terjadi musim terntentu saja,” tutunya.
Sebenarnya Bulog bisa ’bermain’ dalam manajemen stok jagung. Tapi ini masih menjadi PR pemerintah.