Bupati Blora, Arief Rachman kunjungi vaksinasi LSDV dan PMK di halaman Balai Desa Keser, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora.
TABLOIDSINARTANI.COM, Blora --- Kabupaten Blora telah menuntaskan semua vaksinasi baik LSDV maupun PMK terhadap populasi sapi. Simbolisasi tuntasnya tugas vaksinasi yang di berikan oleh Kementrian Pertanian dilakukan Bupati Blora, Arief Rachman pada kegiatan vaksinasi LSDV dan PMK di halaman Balai Desa Keser, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora.
Tidak heran bila Kabupaten Blora dengan populasi sapi sebesar 285.000 ekor pada tahun 2023, menjadi kabupaten dengan populasi tertinggi di provinsi Jawa Tengah. Pasalnya bila pada tiga tahun terakhir banyak kabupaten di Jawa Tengah yang mengalami tren penurunan jumlah ternak karena berbagai sebab, hal tersebut tidak terjadi di Blora.
Jumlah ternak besar yang berupa sapi, kerbau, kambing dan domba pada tahun 2020, 2021 dan 2022 selalu meningkat.
Bupati Blora, Arief Rachman menjelaskan bagi masyarakat Blora, ternak besar masih dianggap sebagai Rojo Koyo, atau Tabungan. “Mereka beternak sapi sebagai simpanan harta, ketika suatu waktu perlu biaya, semisal untuk menyekolahkan anak, menikahkan anak atau keperluan lain, sapi akan dijual” tambahnya.
Merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) dan penyakit cacar sapi atau Lumpy Skin Disease (LSDV) beberapa waktu yang lalu, merupakan pukulan berat bagi peternak sapi di Blora.
Penyakit Mulut dan Kuku dapat menyebabkan lesi dan luka pada mulut, lidah, dan kuku sapi. Sapi yang terinfeksi dapat mengalami kesulitan dalam makan dan minum karena luka-luka tersebut. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan berat badan dan produksi susu.
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada sapi disebabkan oleh virus yang termasuk dalam genus Aphthovirus dari keluarga Picornaviridae. Penyakit ini dapat memiliki dampak serius pada industri peternakan karena dapat menyebar dengan cepat dan menyebabkan penurunan produksi susu, penurunan berat badan, serta kerugian ekonomi yang signifikan.
Sedang penyakit cacar sapi atau Lumpy Skin Disease (LSD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Lumpy Skin Disease Virus (LSDV), Lumpy Skin Disease (LSD) atau cacar sapi/kerbau merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang utamanya menyerang hewan sapi.
Penyakit ini dicirikan dengan adanya benjolan pada kulit sapi.yang termasuk dalam keluarga Poxviridae. LSD biasanya menyerang sapi dan dapat menyebabkan gejala seperti pembengkakan di kulit, lesi kulit berbentuk benjolan, dan demam.
Penyakit ini dapat merugikan bagi produksi sapi, karena dapat menyebabkan penurunan produksi susu, kehilangan berat badan, dan kerusakan kulit yang signifikan.
Salah satu pencegahan kedua penyakit tersebut adalah dengan vaksinasi. Pemberian vaksin dapat membantu melindungi hewan dari infeksi dan membantu mengendalikan penyebaran penyakit.
Plt Kepala Dinas Pangan,Pertanian, Peternaan dan Perikanan (DP4) Kabupaten Blora, Ngaliman, SP,MMA mengatakan bawah kegiatan vaksinasi pada pagi hari itu adalah juga sebagai simbolisasi tuntasnya tugas vaksinasi yang di berikan oleh Kementrian Pertanian.
“ Pada tahun 2022 kami mendapat bantuan vaksin sebanyak 59.517 dosis, sudah kami selesaikan. Sedangkan pada tahun 2023 kami mendapat bantuan vaksin sebanyak 135.300 dosis” kata pria yang akrab disapa Alim ini.
Dikatakan Alim, pejabat yang aktif mengunggah dinamika masyakat dan pemda Kabupaten Blora di media Tik Tok dengan nama beken Alim Brotosena ini, bahwa karena satu dan lain hal pelaksanaan vaksinasi PMK dan LSD ini sempat tersendat.
“Sampai akhir semester pertama baru telaksana 30%. Namun pada awal bulan Desember seluruh vaksin sebanyak 135.300 dosis telah tuntas dilaksanakan” kata Alim.
Menurut Alim, keberhasilan vaksinasi LSD dan PMK tersebut telah dilaporkan Bupati Aref Rachman dengan berkunjung langsung ke Kementrian Pertanian.
Kepada pejabat di Kemtan RI, Arief menyampaikan bahwa bantuan vaksin sejumlah 194.817 dosis selama 2 tahun tersebut sebenarnya masih kurang. Karena jumlah populasi sapi saja ada 285.000 ekor. Belum dtambah kerbau, kambing dan domba.
“ Atas laporan bupati, telah dijanjikan oleh Kementrian Pertanian, pada tahun 2024 akan dianggarkan bantuan DAK fisik peternakan serta penambahan dosis vaksin” kata Alim.
Sementara itu Kepala Bidang Kesehatan Hewan, drh. Tedo Yuwono menambahkan bahwa keberhasilan menuntaskan operasi vaksinasi LSD dan PMK adalah berkat kerja keras para petugas vaksinator bersama para pamong desa, serta didukung para babinsa dan bhabinkamtibmas didesa.
“ Semakin kesini juga respon dari peternak juga semakin positif, mungkin mereka semakain yakin khasiat vaksin terhadap pencegahanan penyakit cacar sapi dan penyakit mulut dan kuku” katanya.
Tedjo juga menambahkan bahwa telah di sosialisasikan perlakuan komprehensif disamping vaksinasi untuk mengendalikan dan mencegah penyakit LSD dan PMK.
Perlakukan tersebut antara lain menerapkan praktik biosekuriti yang ketat, Yaitu membatasi akses orang asing atau orang yang memiliki kontak dengan hewan di tempat-tempat yang sensitif.
Lalu melakukan isolasi hewan yang terinfeksi, melakukan pemantauan kesehatan secara rutin terhadap ternak, dan deteksi dini gejala PMK seperti lesi pada mulut dan kuku. Kemudian menjaga kebersihan lingkungan:dengan membersihkan dan mendisinfeksi kandang secara teratur. Selanjutnya melakukan manajemen ternak yang baik, semisal , berikan makanan yang baik dan seimbang untuk memastikan kekebalan hewan tetap kuat. hindari stres pada hewan, karena stres dapat melemahkan sistem kekebalan.
Yang terakhir adalah adanya Pelaporan dan Kerjasama:
Kepala Desa Keser, yang dijabat seorang ibu muda, Suheni, mengatakan bahwa vaksinasi gratis yang di berikan oleh pemerintah sangat bermanfaat dan membantu rakyat di desanya. Hal ini diamini mbak Noyo seorang peternak tua yang sangat menyayangi sapinya.
“ Sapi saya sudah divaksin 2 kali, gratis..sapi-sapi saya jadi sehat dan gemuk-gemuk” ujarnya gembira.
Reporter : Djoko W