Rabu, 13 November 2024


Mandirikan Peternakan Mandiri, NFA Tawarkan Closed Loop

15 Feb 2024, 10:57 WIBEditor : Yulianto

Inilah gambaran permasalah peternakan dalam negeri | Sumber Foto:NFA

TABLOIDSINARTANI.COM, JAKARTA---Nasib peternak unggas mandiri kerap terombang-ambing dipermainkan pasar. Dalam mengatasi dinamika yang kerap terjadi di dalam ekosistem perunggasan nasional, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menawarkan skema closed loop dengan mengoptimalkan peran BUMN. Skema ini tengah dirancang guna dapat mendukung stabilisasi pasokan dan harga unggas.

Jatuhnya harga unggas dan naiknya harga pakan menjadi dilema bagi peternak unggas mandiri. Kondisi tersebut tidak lepas dari ketergantungan peternak pada integrator besar, baik pasokan bibit ternak dan pakan. Namun dalam pemasaran live bird, peternak mandiri harus bersaing dengan integrator tersebut. Hal ini menjadi sebuah pekerjaan rumah bagi pemerintah.

“Problem kita biasanya yang selalu terdengar adalah harga. Tatkala harga turun, kita pasti ramai. Karena itu penting kita membangun closed loop,” kata Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA, I Gusti Ketut Astawa saat Seminar Tanggung Jawab Pemerintah dalam Melindungi Keberlangsungan Hak Usaha Perunggasan Nasional’ di Bogor, Rabu (24/1).

Dalam program closed loop, NFA akan mendorong BUMN PT Berdikari menjadi salah satu integrator yang baru untuk bersaing dengan perusahaan swasta yang saat ini ada. Nantinya, perusahaan plat merah tersebut akan menyediakan pakan dan GPS (Grand Parent Stock). “Tatkala closed loop ini sudah terbentuk, perlu komitmen kita menjaga closed loop yang baru ini. Jadi bagaimana kita mendorong Berdikari sebagai bapaknya teman-teman peternak mandiri. Dengan adanya ini, peternak mandiri akan bisa bersaing,” tuturnya.

Ketut juga menekankan penguatan ekosistem perunggasan nasional. Salah satu hal yang perlu dibangun bersama adalah keterpaduan data peternak. Dengan adanya data yang padu dan lengkap, pemerintah dapat lebih mudah dalam formulasi kebijakan yang tepat. “Saya juga ingin mendorong bagaimana memperkuat yang namanya data. Contoh kecil kita ingin memberikan bantuan terkait jagung,” ujarnya.

Dengan adanya data yang valid, pemerintah akan mudah membuat satu kebijakan. Karena itu, Ketut mengharapkan agar peternak mendiri mendaftarkan diri, sekaligus juga memperkuat data yang diperlukan Kementerian Pertanian. “Ke depan jika ada bantuan atau apapun namanya lagi, tidak lagi diulang-ulang mendata,” tegasnya.

Untuk diketahui, sampai 24 Januari 2024, realisasi penyaluran Cadangan Jagung Pemerintah (CJP) yang telah dilaksanakan NFA bersama Perum Bulog telah mencapai 87.833.255 kg. Adapun pagu yang telah ditetapkan yang ditargetkan kepada peternak di 14 provinsi total secara nasional adalah 195.475.170 kg.

Ketut mengatakan, dalam mendukung ketahanan pangan komoditas perunggasan, pihaknya membangun regulasi harga acuan.  Harga acuan adalah harga yang dibangun sebagai pedoman pemerintah dalam mengambil langkah yang perlu dilakukan. “Harga acuan bukan harga eceran tertinggi (HET), harga acuan ini kita bangun, kita bentuk bersama-sama dengan stakeholder, berapa harga yang wajar, karena kita menganut mekanisme pasar,” tambahnya.

Mengenai masalah peternak unggas. Ombusdman justru melihat adanya maladministrasi dalam kebijakan perunggasan. Baca halaman selanjutnya.

Reporter : Echa
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018