Penanggulangan antraks di Yogyakarta
TABLOIDSINARTANI.COM, Sleman -- Warga Sleman dikejutkan dengan temuan kasus antraks yang mengakibatkan kematian ternak di daerah tersebut. Akibatnya, pemerintah setempat telah mengambil langkah tegas dengan memperketat pengawasan lalu lintas di wilayah tersebut untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Hewan ternak di Dusun Kalinongko Kidul, Gayamharjo, Prambanan, Sleman, yang sebelumnya sakit sebelum disembelih pada Februari 2024, telah terjangkit antraks.
Informasi ini didapatkan dari hasil uji laboratorium oleh Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates, Kulon Progo, pada sampel tanah di area tempat ternak yang dimiliki oleh seorang warga yang disebut dengan inisial W, yang merupakan penduduk Kalinongko.
Kepala BBVet Wates, Hendra Wibawa, mengonfirmasi temuan tersebut di Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY pada Rabu (13/3/2024).
Hendra menjelaskan bahwa kondisi tanah tersebut menunjukkan adanya keberadaan hewan ternak yang terpapar antraks sebelumnya. "Karena sifat antraks, sporanya dapat bertahan di tanah," ungkap Hendra.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul telah mengonfirmasi bahwa seekor sapi yang dimiliki oleh S, seorang warga Dusun Kayoman, Serut, Gedangsari, Gunungkidul, juga terjangkit antraks berdasarkan hasil uji laboratorium pada sampel darah oleh BBVet.
Hendra menjelaskan bahwa lokasi Dusun Kayoman hanya berjarak 200 meter dari Dusun Kalinongko. "Meskipun hanya dua pemilik yang terkonfirmasi terpapar antraks, yaitu S dan W, meskipun lokasinya berada di dua kabupaten yang berbeda, namun kedua lokasi tersebut tidak terlalu jauh," tambah Hendra.
Menurut Hendra, sulit untuk melacak asal penularan antraks ini secara pasti. Dia mengidentifikasi dua kemungkinan penyebab penyebaran antraks di kedua lokasi tersebut. Pertama, bisa jadi karena pola ternak yang berada dalam skema gaduh atau dititipkan.
"Mungkin ada pertarungan antar ternak sakit jika lokasinya berdekatan. Atau ada ternak yang sakit kemudian dipotong dan diberikan kepada warga," tambah Hendra.
BBVet merekomendasikan agar warga sementara waktu menahan ternak mereka di dusun tempat terdeteksinya penyebaran antraks, serta menetapkan zona-zona kawasan terkontaminasi berdasarkan tingkat risikonya dan potensi penyebaran antraks.
Lalu Lintas Diperketat
Menanggulangi hal ini, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, bersama dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan provinsi, telah meningkatkan pengawasan terhadap lalu lintas hewan.
Wibawanti Wulandari, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, menjelaskan bahwa koordinasi lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dilakukan bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan untuk mengawasi mobilitas peternak yang membawa masuk-keluar ternak dari dan ke Gunungkidul, khususnya, dan DIY pada umumnya, guna mencegah penyebaran bakteri antraks.
Lalu lintas hewan ternak antarprovinsi diatur oleh Pemerintah Daerah DIY, namun, karena DIY menjadi daerah tertular, maka rekomendasi untuk membawa keluar hewan ternak ditangguhkan hingga kasus antraks mereda.
Stok obat dari Kementerian Pertanian seperti formalin, vaksin antraks, dan vitamin masih mencukupi, namun jumlahnya belum dapat diinformasikan secara pasti.
Wibawanti menekankan bahwa penanganan kasus antraks merupakan tanggap darurat yang memerlukan pemberian antibiotik, vitamin, formalin, dan pengobatan lainnya dalam jangka pendek.
Setelah itu, DPKH akan merencanakan penanganan jangka panjang untuk mengendalikan dan bahkan menghilangkan antraks. Kendala terkait infrastruktur jalan cacing juga diakui, dan DIY diberi masukan untuk melakukan pengetatan terhadapnya.