Panen jagung sangat dinantikan peternak
TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- Musbar Mesdi, Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional, menyatakan bahwa meskipun Bulog telah berhasil menjual seluruh stok 400 ribu ton jagung impor kepada peternak, proses pengirimannya masih terlambat.
"Yang 400 ribu ton itu, walau sudah terjual habis ke peternak tapi alokasi pengirimannya lambat sekali," kata dia.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan bahwa hasil panen jagung melimpah, memungkinkan pemerintah untuk menghentikan impor jagung.
Mereka menekankan pentingnya memanfaatkan momen panen raya untuk membeli hasil panen petani dalam negeri.
Meski demikian, Musbar mengkhawatirkan ketersediaan stok jagung lokal yang mungkin tidak mencukupi, sehingga ia mendukung impor sebagai langkah alternatif. "Penting untuk memastikan ketersediaan stok jagung lokal sebelum mengambil keputusan. Jika tidak mencukupi, imporlah," katanya.
Musbar berharap agar tidak ada kenaikan biaya pakan di tingkat peternak tahun ini, sehingga beban tersebut tidak menghimpit masyarakat. Dia menyoroti kenaikan harga telur sebagai salah satu contoh dampak dari kenaikan biaya tersebut.
Musbar menegaskan pentingnya kepatuhan terhadap Peraturan Presiden Nomor 125 melalui Badan Pangan Nasional atau Bapanas, khususnya dalam memastikan ketersediaan komoditas pangan seperti beras dan jagung.
Dia menekankan perlunya pemerintah mempertimbangkan dengan bijak dan adil kondisi riil di lapangan, tidak hanya memperhatikan kepentingan petani jagung tetapi juga masyarakat umum termasuk peternak.
Menurutnya, ketersediaan jagung sangat strategis bagi peternak, terutama dalam industri perunggasan dan peternakan susu yang membutuhkan pasokan jagung setiap hari. Sementara petani jagung hanya dapat melakukan panen dua kali dalam setahun.
Kebutuhan Pabrik Pakan
Musbar menjelaskan bahwa kebutuhan jagung bagi peternak di pabrik pakan ayam dapat mencapai 680 ribu ton per tahun, tanpa menghitung kebutuhan peternak sapi perah untuk produksi susu. Peternak sapi perah membutuhkan jagung dengan umur tebasan 60-70 hari.
Ia mengungkapkan bahwa pasokan jagung dari Bulog memengaruhi sedikit harga jagung bagi peternak, tetapi tidak berdampak pada harga pakan pabrik. "Kendala kami terutama berada pada harga dan kualitas jagung lokal, karena kami harus bersaing dengan pabrikan lain di pasar," ujarnya.
Musbar menekankan bahwa kendala ini juga terjadi pada harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani, sehingga menurutnya Bulog belum mencapai performa maksimalnya dalam melaksanakan tugas di lapangan.