Minggu, 25 Mei 2025


Rencana Impor 1,5 Juta Sapi Perah, Asosiasi Koperasi Susu Berikan 4 Catatan

17 Apr 2024, 11:24 WIBEditor : Gesha

Peternak sapi perah

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- Program susu gratis yang diusulkan oleh Tim Prabowo Gibran membutuhkan impor sebanyak 1,5 juta sapi karena mereka percaya bahwa susu segar dari sapi lebih baik daripada susu kemasan yang mengandung banyak gula dan pengawet.

Dalam merespons hal ini, Ketua Umum Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI), Dedi Setiadi, menyatakan bahwa upaya impor sapi tersebut harus mempertimbangkan beberapa faktor penting.

Pertama, Impor sapi harus berasal dari negara yang bebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan. Menurut Dedi, ini penting untuk mencegah penyakit masuk ke Indonesia melalui impor sapi.

Selain itu, Prabowo juga perlu menentukan apakah jutaan sapi impor tersebut akan dipelihara oleh peternak sapi perah yang sudah ada atau akan diberikan kepada peternak baru.

Selanjutnya, skema pemberian sapi perlu dijelaskan apakah sapi tersebut akan diberikan secara gratis kepada peternak atau apakah ada kewajiban untuk membeli sapi impor.

Menurutnya, jika peternak harus membeli sapi, mereka mungkin tidak mampu karena harga sapi impor cukup tinggi, berkisar antara Rp 25 juta hingga Rp 30 juta.

Oleh karena itu, pemerintah perlu menyediakan dana untuk menutupi selisih harga antara sapi impor dan sapi lokal.

Selain itu, penting bagi Prabowo dan timnya untuk memperhatikan ketersediaan lahan rumput bagi sapi-sapi impor agar pakan sapi tetap terjaga.

Dedi menyatakan bahwa hampir 70 persen peternak sapi perah tidak memiliki lahan rumput, sementara 20 persen lainnya memiliki lahan, namun tidak mencukupi.

Dia juga menekankan bahwa Prabowo perlu memastikan industri pengolah susu berkomitmen dalam program gratis susu agar susu sapi tidak terbuang sia-sia.

Menurutnya, diperlukan komitmen dari industri pengolah susu, baik swasta maupun milik koperasi, untuk menampung seluruh produk susu karena susu dapat rusak dengan cepat dan tidak bisa ditunda pengolahannya.

Reporter : Nattasya
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018