Kabupaten WOnogiri Bersiap Hadapi PMK
TABLOIDSINARTANI.COM, Wonogiri --- Seluruh pasar hewan di Kabupaten Wonogiri resmi ditutup sejak 3 Januari 2025. Keputusan ini, meskipun berat, diambil demi memutus rantai penularan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang mulai mewabah di wilayah tersebut.
Wonogiri, yang memiliki populasi ternak terbesar di Jawa Tengah dengan 697.228 ekor sapi, kambing, domba, dan babi, kini menghadapi tantangan besar dalam menjaga kelangsungan sektor peternakan.
Kasus PMK di Wonogiri pertama kali terdeteksi pada pertengahan Desember 2024 di Kecamatan Purwantoro, wilayah perbatasan dengan Ponorogo, Jawa Timur. Awalnya hanya 10 ekor sapi yang diduga terinfeksi, tetapi jumlahnya melonjak tajam.
Menjelang akhir Desember, tercatat 310 ekor sapi terkena PMK, dan dalam 10 hari berikutnya angka itu meroket hingga 1.189 ekor.
Melihat situasi ini, Bupati Wonogiri Joko Sutopo, yang akrab disapa Jekek, segera menggelar rapat koordinasi (rakor) dengan Forkopimda dan dinas terkait. Tiga langkah strategis pun diambil yaitu penutupan 17 pasar hewan, pelaksanaan desinfeksi massal, dan percepatan vaksinasi ternak.
Pasar hewan ditutup dari 3 hingga 9 Januari, namun masa penutupan diperpanjang hingga 16 Januari demi memastikan virus tidak menyebar.
"Penutupan ini adalah langkah preventif untuk menghambat interaksi yang berpotensi menyebarkan virus. Kabarnya, ini merupakan langkah pertama di Indonesia," ujar Kepala Dinas Pertanian Wonogiri, Baroto Eko Pujanto.
Selama penutupan, tim dari Dinas Pertanian bersama Bupati Jekek langsung terjun ke lapangan untuk melakukan desinfeksi di seluruh pasar hewan. Langkah ini diperluas ke kandang ternak di 25 kecamatan. Sebanyak 2.400 botol desinfektan telah disalurkan ke wilayah-wilayah tersebut.
Sebagai upaya perlindungan, Wonogiri menerima bantuan 500 dosis vaksin PMK dari Asosiasi Peternak dan Penggemuk Sapi Indonesia (APPSI) Jawa Tengah. Dalam waktu dekat, tambahan 800 dosis akan tiba dari pemerintah pusat.
"Vaksinasi dilakukan oleh 84 petugas, dibantu oleh TNI dan Polri, dengan prioritas ternak yang masih sehat," kata Baroto.
Selain tindakan medis, edukasi juga menjadi fokus utama. Peternak diberikan penyuluhan tentang penanganan ternak yang terkena PMK agar tidak memperburuk kondisi hewan.
"Banyak peternak ingin ternaknya segera pulih dan memberi pakan berlebih. Padahal, itu justru memperparah kondisi karena pencernaan belum sepenuhnya pulih," jelas Baroto.
PMK, yang disebabkan virus Aphthovirus, menyebar cepat di iklim lembap seperti di Wonogiri. Penyakit ini menyebabkan demam tinggi, luka lepuh, hingga penurunan berat badan pada ternak.
Karena itu, penanganan PMK kini menjadi gerakan bersama. Masyarakat, relawan desa, TNI, dan Polri bersatu melakukan desinfeksi, vaksinasi, dan penyuluhan.
"Kami berkomitmen untuk melindungi sektor peternakan yang menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menekan penyebaran PMK dan mengembalikan kondisi ternak seperti semula," tutup Baroto.