Rabu, 30 April 2025


Asam Amino Jadi Kunci Utama dalam Pakan Ayam Broiler, Bukan Sekadar Tinggi Protein

18 Jan 2025, 19:30 WIBEditor : Gesha

Pernah terpikirkan bahwa pakan ayam broiler yang ideal tidak selalu tentang kandungan proteinnya? Sebagian besar dari kita mungkin beranggapan bahwa semakin tinggi protein dalam pakan, semakin baik hasilnya.

TABLOIDSINARTANI.COM, Bogor -- Pernah terpikirkan bahwa pakan ayam broiler yang ideal tidak selalu tentang kandungan proteinnya? Sebagian besar dari kita mungkin beranggapan bahwa semakin tinggi protein dalam pakan, semakin baik hasilnya.

Protein sering dianggap sebagai "bahan bakar utama" dalam pakan unggas. Tapi, yang sebenarnya digunakan oleh tubuh ayam bukanlah protein secara utuh, melainkan asam amino—komponen penyusun protein..

Nasril Surbakti, VP Feed Technology PT Charoen Pokphand Indonesia dalam Seminar Nasional yang digelar Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia (MIPI), Kamis (16/01), menjelaskan bahwa fokus pada kandungan protein semata sering kali kurang efisien.

“Ayam broiler lebih membutuhkan keseimbangan asam amino. Jadi, bukan soal seberapa banyak protein, tapi seberapa lengkap kandungan asam aminonya,” ungkapnya.

Apa itu asam amino?

Asam amino adalah molekul kecil yang berfungsi sebagai bahan baku untuk pertumbuhan otot, pembentukan jaringan, dan produksi enzim pada ayam. Asam amino esensial memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan dan kesehatan ayam broiler.

Salah satu yang utama adalah metionin, yang berfungsi mendukung pertumbuhan bulu dan jaringan tubuh, sehingga ayam dapat tumbuh dengan optimal.

Selain itu, lisin juga sangat dibutuhkan karena membantu mempercepat pertumbuhan otot serta meningkatkan bobot badan ayam secara signifikan, yang menjadi faktor penting dalam produktivitas peternakan.

Tidak kalah penting, ada treonin yang berperan menjaga kesehatan sistem imun dan pencernaan. Dengan sistem imun yang baik, ayam lebih tahan terhadap penyakit, sedangkan sistem pencernaan yang sehat memastikan penyerapan nutrisi berjalan dengan optimal.

Kombinasi dari asam amino ini membuat formulasi pakan yang tepat menjadi kunci dalam mendukung performa ayam broiler yang maksimal. Tanpa asam amino yang cukup, ayam akan mengalami pertumbuhan lambat, produktivitas menurun, bahkan risiko penyakit meningkat.

Di sisi lain, asupan protein yang berlebihan namun asam aminonya tidak seimbang hanya akan terbuang sebagai nitrogen melalui ekskresi, yang justru dapat mencemari lingkungan.

Fokus pada Asam Amino

Nasril mengatakan, ketika pakan diformulasikan dengan kandungan asam amino yang tepat, hasilnya luar biasa. Ayam broiler dapat memanfaatkan nutrisi secara optimal, menghasilkan bobot yang ideal dalam waktu singkat.

"Penelitian menunjukkan bahwa penambahan metionin dan treonin dalam pakan mampu meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap penyakit," sebutnya.

Lebih lanjut, pendekatan ini juga lebih ramah lingkungan. Dengan mengurangi kadar protein kasar dan fokus pada asam amino, ekskresi nitrogen dari ayam dapat ditekan, mengurangi dampak pencemaran pada tanah dan air.

“Pada broiler (ayam pedaging), penurunan kadar protein kasar terbukti mengurangi ekskresi nitrogen yang berpotensi mencemari lingkungan. Selain itu, nitrogen tidak memberikan dampak negatif pada produksi dan kualitas telur, sekaligus dapat menekan biaya produksi,” katanya.

Pati Tak Bisa Dicerna

Nasril mengungkapkan, pakan unggas berbahan utama jagung dan bungkil kedelai masih menyisakan tantangan besar dalam industri peternakan. Banyak bagian nutrien dari bahan baku ini tidak dapat dicerna secara maksimal oleh unggas.

"Pati yang terkandung, tidak tercerna mencapai 6,6%, sedangkan protein yang tidak dapat dicerna mencapai 27,3 persen. Kondisi ini tentu memengaruhi efisiensi produksi pakan," ujarnya.

Menurut Nasril, berbagai penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan daya cerna pati, salah satunya dengan menambahkan enzim seperti amilase dan xilanase. Namun, hasilnya belum memberikan dampak signifikan.

Ia juga menyoroti peran serat kasar, yang memiliki tingkat kecernaan sangat rendah pada unggas. "Bahan baku seperti bungkil kedelai, bungkil kopra, dan bungkil sawit memiliki kandungan NSPs (Non-starch Polysaccharides) yang tinggi, sehingga sulit dicerna," jelasnya.

Nasril juga mengungkapkan bahwa protein menjadi salah satu nutrien yang tingkat kecernaannya masih rendah pada beberapa bahan pakan. "Proporsi protein yang tidak tercerna cukup tinggi, seperti 27,3 persen pada jagung, 28,8 persen pada dedak gandum, dan 28,8 persen pada dedak padi," paparnya.

Ia menekankan, ayam lebih membutuhkan asam amino daripada protein secara keseluruhan. "Peternak harus fokus pada pakan yang mengandung asam amino. Ini jauh lebih penting dibanding hanya mengutamakan protein tinggi," tegasnya.

Nasril juga mengingatkan bahwa pakan merupakan komponen terbesar dalam biaya produksi, mencapai 65-75 persen. Oleh karena itu, efisiensi pakan harus menjadi prioritas utama. "Kita harus memastikan pakan yang digunakan benar-benar efisien, baik dari segi biaya maupun manfaat nutrisi bagi unggas," katanya.

Ia menutup dengan pesan penting bagi peternak agar lebih cermat dalam memilih dan mengelola pakan. "Produksi yang baik berawal dari pakan yang tepat. Dengan memperhatikan keseimbangan nutrisi, terutama asam amino, kita tidak hanya menekan biaya, tetapi juga meningkatkan produktivitas ternak secara signifikan," tutup Nasril.

Reporter : Nattasya
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018