Selasa, 18 Februari 2025


Lawan PMK, Jawa Tengah Hadapi Tantangan di Lapangan

19 Jan 2025, 09:40 WIBEditor : Herman

Vaksinasi PMK Jateng

TABLOIDSINATANI.COM, Semarang --- Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Jawa Tengah tak semudah yang dibayangkan. Seperti di Wonogiri dan Pati, meski vaksin tersedia, tantangan di lapangan menghambat proses vaksinasi yang dilakukan.

Dalam waktu kurang dari sebulan, kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Wonogiri melonjak drastis. Dari hanya 10 ekor pada pertengahan Desember 2024, jumlahnya meningkat menjadi 1.189 ekor pada 13 Januari 2025. Lonjakan ini menjadi perhatian serius pemerintah daerah dan para petugas di lapangan.

Menurut Kepala Bidang Veteriner Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri, drh. Magdalena Pancaningtyas Utami, M.Si, PMK adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus RNA dari genus Aphthovirus.

Penyakit ini sangat menular pada hewan berkuku genap, seperti sapi, dan hingga kini belum ditemukan obatnya.

“Yang bisa dilakukan hanya pengobatan simptomatis, yaitu mengatasi gejala yang muncul, serta pemberian vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh,” ujar Magdalena.

Ia menambahkan bahwa vaksinasi adalah langkah paling efektif untuk mencegah penyebaran PMK, terutama pada hewan yang masih sehat.

sosialisai dan edukasi PMK

Namun, praktik vaksinasi di lapangan tidak mudah. “Untuk menyuntik satu ekor sapi saja dibutuhkan tenaga dua hingga tiga orang. Jika sapinya agresif atau takut, waktu dan tenaga yang dibutuhkan jadi lebih besar,” jelasnya.

Selain itu, petugas harus mendatangi setiap kandang secara individual untuk mencegah penularan.

Tantangan lain datang dari oknum belantik dan jagal nakal yang memprovokasi peternak agar menolak vaksinasi. Mereka menyebarkan informasi keliru dan menyarankan peternak menjual ternaknya dengan harga murah.

“Sapi yang seharusnya bernilai Rp15 juta bisa dijual hanya Rp7,5 juta hingga Rp10 juta, bahkan dalam kondisi parah, hanya Rp4 juta hingga Rp5 juta,” ungkap Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Pati, Andi Hirawadi, S.Pt, M.M,

Untuk mengatasi ini, tim pengendalian PMK di Wonogiri dan daerah lain di Jawa Tengah gencar melakukan edukasi dan sosialisasi. Upaya ini melibatkan TNI dan Polri agar berjalan lebih masif dan terpadu.

Keterbatasan Vaksin dan Pendanaan

Stok vaksin PMK sebenarnya cukup tersedia di Jawa Tengah sepanjang 2024. Namun, menurut Hariyanta dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Jawa Tengah, vaksin tidak terpakai karena tidak ada kasus PMK sepanjang tahun tersebut.

vaksinasi PMK di Jawa Tengah

“Pada Oktober 2024, vaksin yang ada terpaksa kami musnahkan karena kedaluwarsa,” jelasnya.

Kini, meski vaksin kembali tersedia, petugas di lapangan menghadapi kendala pendanaan. “Petugas sering harus menempuh jarak puluhan kilometer untuk vaksinasi tanpa dukungan biaya operasional seperti bahan bakar atau makan siang,” tambah Hariyanta.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri, Baroto Eko Pujanto, SP, M.Si, juga mengungkapkan tantangan serupa.

“Kami memiliki 84 tenaga lapangan, sebagian besar adalah relawan. Walau tanpa biaya operasional, kami tetap melaksanakan vaksinasi. Namun, bila ada dana bantuan, tentu semangat dan kelancaran kami akan meningkat,” ujarnya.

Solusi Alternatif

Untuk menutup kesenjangan, pemerintah mendorong vaksinasi mandiri oleh masyarakat. Hingga 14 Januari 2025, sebanyak 1.185 dosis vaksin telah diberikan secara mandiri di 10 kabupaten di Jawa Tengah.

Selain itu, inovasi lokal juga dilakukan. “Di Wonogiri, kami menganjurkan penggunaan rendaman air sirih sebagai bagian dari biosekuriti. Cairan ini disemprotkan pada luka di mulut dan kaki, bahkan diminumkan. Banyak kasus PMK yang sembuh dengan metode ini,” ungkap Baroto.

Reporter : Djoko W
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018