soft launching web 3.0 beliayam,com
TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta --- Perkuat pasokan ayam potong berkualitas serta mempermudah transaksi digital bagi industri makanan dan minuman (F&B), Beliayam.com memperkenalkan teknologi Web 3.0. Platform ini dirancang untuk memberikan transparansi penuh dalam rantai pasok ayam potong di Indonesia.
Dalam soft launching yang dilakukan beberapa waktu lalu, CEO PT Beliayam Com, Chandra Paku Rahman, mengungkapkan bahwa konsumsi ayam di Indonesia masih tergolong rendah, hanya 12,7 kg per orang per tahun. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan Malaysia yang mencapai 50,2 kg, Singapura 38 kg, serta Myanmar dan Vietnam yang masing-masing di atas 20 kg per orang per tahun.
“Ini menunjukkan bahwa peluang bisnis di sektor kuliner berbasis ayam dan telur masih terbuka lebar. Namun, tantangan terbesar bagi para pelaku bisnis adalah memastikan ketersediaan pasokan yang stabil, harga yang tidak fluktuatif, serta kualitas produk yang terjamin,” ujar Chandra.
Melalui teknologi Web 3.0, Beliayam.com mengintegrasikan seluruh rantai pasok dalam satu platform. Pelanggan dapat melacak secara real-time asal usul ayam yang mereka beli, mengetahui peternak yang menyuplai produk tersebut, serta memastikan standar kebersihan dan kehalalan ayam yang mereka konsumsi.
“Kami memiliki fitur traceability yang memungkinkan konsumen menelusuri informasi dari hulu ke hilir. Jika ada isu mengenai kehigienisan atau kehalalan produk, pelanggan dapat mengetahui siapa yang memotong ayam, apakah memiliki sertifikasi halal, serta seluruh proses distribusinya,” jelas Chandra.
Selain itu, Beliayam.com juga berkolaborasi dengan Bank Syariah Indonesia (BSI) untuk membangun ekosistem perunggasan yang lebih baik. Dengan adanya sistem transaksi digital yang terintegrasi, diharapkan proses pembayaran bisa lebih mudah, efisien, dan bebas dari transaksi tunai.
Beliayam.com tidak hanya menguntungkan konsumen, tetapi juga memberikan dampak positif bagi peternak. Saat ini, banyak peternak hanya bisa menjual ayam hingga pintu kandang tanpa kepastian pasar yang jelas.
Dengan bergabung di platform ini, mereka mendapatkan kepastian pesanan dari industri F&B, sehingga harga ayam menjadi lebih stabil dan peternak memiliki prospek bisnis yang lebih menjanjikan.
Dalam mendukung pertumbuhan peternak, Beliayam.com juga menghadirkan akses pembiayaan berbasis crowdfunding melalui koperasi produsen multi-pihak. Koperasi ini melibatkan kelompok peternak, pendiri, dan pendana yang memiliki visi dan misi yang sama.
Para investor yang ingin menanamkan modal tetapi tidak ingin langsung terlibat dalam peternakan dapat menginvestasikan dananya dengan jaminan pesanan (PO) dari Beliayam.com.
“Kami ingin memastikan bahwa peternak bisa mendapatkan pembiayaan dengan biaya lebih murah. Oleh karena itu, kami sedang mengembangkan sistem tokenisasi berbasis Web 3.0. Nantinya, sistem ini akan menggunakan cryptocurrency dalam bentuk Reward Asset (RWA),” tambah Chandra.
Sejak berdiri pada tahun 2020, Beliayam.com telah berhasil mencapai kapasitas penjualan sebesar 150-200 ton ayam per bulan. Saat ini, pasar terbesar mereka berada di Jabodetabek, dengan rencana ekspansi ke Surabaya pada tahun 2025.
Dalam tiga bulan ke depan, Beliayam.com akan melakukan uji coba skema bisnis ini, dengan target grand launching pada pertengahan tahun. Dengan teknologi yang mereka kembangkan, diharapkan industri perunggasan di Indonesia bisa lebih efisien, transparan, dan menguntungkan bagi semua pihak, baik peternak, konsumen, maupun investor.
Dengan hadirnya Web 3.0, Beliayam.com siap menjadi pelopor digitalisasi dalam industri perunggasan, menciptakan ekosistem bisnis yang lebih sehat dan berkelanjutan.