Pemerintah dengan dukungan para ahli nutrisi dan pakar makanan ternak tengah merancang suatu sistem logistik pakan Indonesia. Melalui upaya ini diharapkan berbagai permasalahan terkait pengadaan pakan bisa diatasi sehingga dapat mendorong peningkatan populasi dan produktivitas ternak di dalam negeri.
Dalam sebuah diskusi tentang Sistem Logistik Pakan, di Bogor, beberapa waktu lalu, para ahli di bidang pakan yang tergabung dalam wadah “Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI)“ senada menekankan pentingnya merancang suatu sistem logistik pakan untuk mendukung kelancaran usaha peternakan sebagai sarana penghasil aneka pangan hewani (daging-telur, susu).
Sistem logistik pakan (SLP) secara teknis terkait dengan bagaimana mendapatkan pakan yang tepat, pada waktu yang tepat, jumlah yang tepat, kondisi yang tepat dengan biaya terjangkau dan memberikan nilai tambah bagi semua pihak terkait.
Kondisi ini tentu saja memerlukan jaminan ketersediaan secara kuantitas dan kualitas. Substansi logistik pakan juga harus dilihat dari sisi manajemen ternak sehingga penggunaan pakan lebih efektif dan efisien sesuai dengan kondisi ternak, misalnya saat bunting tua, laktasi dan lain-lain.
Industri pakan di Indonesia secara umum cukup berkembang, terutama untuk pakan unggas. Namun untuk industri pakan ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing, domba) masih memerlukan perhatian yang serius. “Kita tahu selama ini pertumbuhan populasi ternak ruminansia masih terkendala ketersediaan pakan yang kontinyu,” tegas guru besar Fakultas Peternakan Universitas Mataram, Prof. Suhubdy.
Peternak sapi dan ternak ruminansia lainnya di tanah air, menurut Suhubdy, masih dihadapkan pada kondisi ketidakstabilan ketersediaan pakan. Khususnya pakan hijauan, di saat musim penghujan keberadaannya melimpah, sementara di musim kemarau sangat kurang.
Konsep Lumbung Pakan
Umumnya penyediaan pakan hijauan di lokasi peternakan rakyat dilakukan di wadah seadanya yang kurang terstandar, bahkan ada yang disajikan tanpa wadah hanya diletakkan begitu saja di atas tanah. “Dengan cara demikian banyak pakan yang tersisa tidak dikonsumsi oleh ternak. Artinya pemberian pakan menjadi tidak efisien,” ujarnya.
Terkait usaha membangun sistem logistik pakan, telah dikaji masukan dari berbagai pihak antara lain bagaimana untuk bisa mengembangkan lumbung pakan sebagai sarana untuk dapat memenuhi kebutuhan pakan secara kuantitas maupun kualitas.
Prof. Suhubdy bersama tim dari Fakultas Peternakan Universitas Mataram dalam hal ini mengusung sistem lumbung pakan “Pakansia” untuk ternak ruminansia besar dan kecil. Pakansia yang berupakan singkatan dari Papang (wadah, dalam bahasa daerah setempat) pakan ruminansia berdasarkan hasil kajian ilmiah sangat efektif untuk menyimpan pakan limbah pertanian.
Dirancang sedemikian rupa, pakansia sebagai wadah sekaligus bisa berfungsi untuk penyimpan dan penyaji pakan hijauan bagi ternak herbivora. “Di dalam pakansia keberadaan hijauan mudah terpantau dan kualitasnya pun terjaga karena tidak mudah kotor atau terinjak ternak,” jelas Suhubdy.
Sejauh ini pemerintah pusat dengan dukungan dana APBN telah secara aktif melaksanakan upaya pengembangan logistik pakan melalui fasilitasi unit pengolah pakan ruminansia dan unggas, unit usaha pakan hijauan, unit usaha bahan pakan serta integrasi ternak-tanaman. Program integrasi ternak sapi -kelapa sawit antara lain sudah terbukti mampu mengatasi persoalan keterbatasan pakan hijauan di lingkungan usaha peternakan rakyat skala menengah kecil. Ira
Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066
Editor : Julianto