Untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit Anthrax di Sulawesi Selatan dan Gorontalo, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) telah mengerahkan tim ke lokasi. Selain itu juga telah melakukan investigasi dan pengambilan sampel untuk pengujian laboratorium, serta memberikan bantuan vaksin dan obat-obatan.
Terkait dengan adanya kasus Anthrax di Sulawesi Selatan, berdasarkan laporan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Maros disampaikan bahwa kasus penyakit Anthrax di Sulawesi Selatan terjadi di Dusun Moncongjai, Desa Rompegading, Kecamatan Cenrana. Sapi yang mati di lokasi tersebut hanya tiga ekor yaitu satu ekor terjadi pada 8 Agustus 2017, satu ekor pada 11 Agustus dan satu ekor sapi pada 21 Agustus 2017.
Kepala Balai Besar Veteriner Maros, salah satu UPT (Unit Pelaksana Teknis ) Ditjen PKH, Drh. Sulaxono mengatakan, pada 22 Agustus 2017 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Maros beserta pihak Kepolisian telah melakukan investigasi ke lapangan untuk mengetahui penyebab kematian ternak sapi dan melakukan pengambilan sampel potongan telinga ternak yang mati.
Dari sampel potongan telinga sapi yang mati tersebut selanjutnya dilakukan pengujian di Laboratorium Bakteriologi Balai Besar Veteriner Maros. “Berdasarkan hasil pengujian sampel tersebut pada 23 Agustus telah teridentifikasi dan diyakini adanya kuman Bacillus anthracis. Kuman Bacillus anthracis merupakan kuman penyebab penyakit Anthrax,” ungkapnya.
Gerak Cepat
Berdasarkan laporan tersebut, Balai Besar Veteriner Maros pada 24 Agustus 2017 bersama dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Sulawesi Selatan dan Dinas Pertanian Ketahanan Pangan Kabupaten Maros langsung melakukan gerak cepat mengerahkan Tim ke lapangan untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian penyebaran penyakit Antrhax tersebut.
Tindakan yang telah dilakukan diantaranya, pertama melakukan isolasi terhadap sapi yang berada di daerah tersebut agar tidak digembalakan dan dibawa keluar dari Desa tertular. Kedua, pengobatan dan melaksanakan vaksinasi Anthrax. Ketiga, penyemprotan desinfektan pada tanah yang tercemar. Keempat, penguburan dan pembakaran terhadap bangkai sapi. Kelima, Public Awareness kepada masyarakat melalui TV, media cetak dan radio.
Pemerintah juga memberikan bantuan vaksin dan obat-obatan melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulawesi Selatan. Obat-obatan tersebut berupa vaksin Anthrax sebanyak 2.000 dosis, injectamin 10 botol, antibiotik sebanyak 14 botol, desinfektan 7 liter, obat cacing 2 pot dan formalin 5 liter.
“Vaksinasi massal juga telah dilakukan terhadap 300 ekor sapi dan pengobatan juga telah diberikan terhadap 118 ekor sapi,” ungkap Sulaxono. Hingga kini kasus telah bisa dikendalikan dan tidak ditemukan kematian sapi. Yul
Editor : Yulianto