Rabu, 23 April 2025


Memangkas Impor Susu

02 Jul 2014, 15:00 WIBEditor : Nuraini Ekasari sinaga

Pertumbuhan produksi susu dalam negeri terbilang masih sangat rendah yakni sekitar 2-3% per tahun. Padahal pertumbuhan kebutuhan susu mencapai 6% per tahun. Hal ini membuat Indonesia harus mengimpor produk tersebut. Bahkan volume impornya mencapai 70% dari total kebutuhan.

Berdasarkan data diketahui nilai impor susu sapi tahun 2013 mencapai 904 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang masih 460 juta dolar AS.

Data BPS yang dirilis Januari lalu, lima negara menjadi eksportir susu terbesar ke Indonesia. Negara-negara tersebut yaitu Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Belgia dan Kanada. Nilai impor susu sapi mencapai 54,64 juta dolar AS dengan volume 12,64 juta kilogram (kg). AS mendominasi impor susu sebanyak 3,04 juta kg senilai 16,37 juta dolar AS.

Besarnya angka impor susu tersebut tidak lepas dari produksi yang masih rendah. Produksi susu dalam negeri sekitar 98% dipasok tiga provinsi besar, yakni Jawa Barat, Jateng dan Jatim. “Terjadinya peningkatan impor itu, karena tingkat kebutuhan konsumsi juga semakin tinggi,” kata Menteri Pertanian, Suswono pada peringatan Hari Susu Nusantara di Makassar, beberapa waktu lalu.

Namun secara nasional rata-rata konsumsi susu baru sekitar 12 liter per kapita per tahun atau di bawah rata-rata standar dunia yakni 13 liter per kapita per tahun. Bahkan posisi Indonesia dalam bidang persusuan di antara negara ASEAN pada peringkat keenam. Data FAO, Malaysia sebesar 36,2 kg per kapita per tahun, Thailand 22,2 kg per kapita per tahun dan Philipina 17,8 kg per kapita per tahun.

Dalam rangka pembangunan persusuan Indonesia, pemerintah telah menyusun Cetak Biru Persusuan Indonesia 2013-2025 yang dikeluarkan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada Februari 2014. Dalam dokumen tersebut telah dinyatakan peran dari berbagai kementerian dan lembaga terkait.

Peran Kementerian Pertanian antara lain meningkatkan populasi dan produktivitas ternak perah, produksi dan kualitas susu segar, konsumsi susu, pasar dan pemasaran susu dan produk susu. Peran tersebut diwujudkan dalam tiga tahapan, yaitu tahapan persiapan dan pemantapan (2013-2014), tahapan persusuan nasional maju (2015 -2020) dan tahapan persusuan nasional berdaulat (2021-2025). “Cetak-biru persusuan Indonesia tersebut dibuat 2013 dan ditargetkan selesai 2025,” kata Suswono.

Tahap pertama, Rencana Aksi 2013-2014 yakni pada tahun 2014 pemerintah menargetkan peningkatan produksi susu mencapai 1,245 juta ton, dengan produktivitas 10,49 liter/hari/ekor sapi. Sedangkan, populasi ternak perah diharapkan mencapai 748.494 ekor. Tingkat konsumsi masyarakat mencapai 13 liter/kapita/tahun.

Kedua, Rencana Aksi Persusuan Maju 2015-2020. Pada tahun 2015 ditargetkan produksi mencapai 1,535 juta ton, produktivitas 11,48 liter/hari, populasi ternak perah mencapai 843.564 ekor, dengan konsumsi masyarakat mencapai 15 liter/kapita/tahun.

Di tahun 2020 ditargetkan peningkatan produksi mencapai 2,749 juta ton, produktivitas 13,11 liter/hari, populasi ternak perah mencapai 1.321.847 ekor, dengan tingkat konsumsi masyarakat mencapai 20 liter/kapita/tahun. “Pada tahap ini diharapkan konsumsi dan produksi sudah bisa seimbang sehingga impor dapat dikurangi,” katanya.

Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066

Editor : Julianto

BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018