TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta --- Pertanaman jagung kini menjadi produksi kedua terbesar setelah padi dari subsektor tanaman pangan. Namun, permasalahan berupa ketersediaan hingga distribusi sangat berpengaruh kepada sektor hilir yaitu pabrik pakan dan peternak sebagai end user.
Masyarakat Agribisnis Indonesia (MAI) bersama Kementerian Pertanian (Kementan) dan Tabloid Sinar Tani kembali mengadakan Dialog Agribisnis Seri ke 3. Kali ini dialog lebih mengarah kepada subsektor tanaman pangan yang membidik langsung pada pertanaman jagung pakan yang memiliki keterikatan langsung dengan subsektor lainnya yaitu subsektor peternakan.
Dengan mengundang para praktisi, pelaku usaha, hingga penentu kebijakan yaitu Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Pakan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, dialog ini diharapkan membuka wawasan mengenai peluang, permasalahan dan rekomendasi di produksi, pascapanen, hilirisasi di pabrik pakan hingga success story dari darah yang menjadikan jagung sebagai penggerak kesejahteraan masyarakatnya.
Dialog dibuka oleh Ketua Umum Dewan Jagung Nasional, Prof Fadel Muhammad yang sudah dikenal lama sebagai salah satu inisiator dibalik suksesnya Provinsi Gorontalo sebagai icon daerah yang sukses dengan jagungnya.
"Kebutuhan jagung hingga saat ini masih masih bisa dikontrol (controlable). Namun daerah tetap harus mempersiapkan silo dan dryer sehingga hasil pertanaman yang berlebih bisa disimpan dan didistribusikan antar pulau bahkan ekspor," ceritanya
Fadel menekankan Dewan Jagung Nasional bertekad membawa rakyat berpendapatan dari jagung. "Mari bergerak bersama-sama," tambahnya.
Produksi jagung pun masih bisa ditingkatkan hingga 20 persen. "Sebab jagung tidak perlu lahan khusus dalam pertanamannya. Bisa digunakan lahan sawah, lahan kering bahkan upland yang terlantar," tambah Penasehat Dewan Jagung Nasional, Ja'far Hafsah.
Sementara itu, Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Suwandi mengatakan bahwa jagung akan terus tersedia sebab menjadi prioritas dalam perluasan areal tanam. "Setiap bulan minimal 350 ribu hektar dan akhir Desember bisa mendapatkan 3,2 juta ton," ungkap Suwandi.
Tak hanya itu, Kementan pun bergerak untuk membangun food estate jagung dengan pendekatan pertanian modern. "Kemitraan penting hulu hilir dari onfarm ,agar petani naik kelas ke arah korporasi. Kita juga membangun kawasan sentra benih berbasis koperasi 14 lokasi," tambahnya.
Direktur Pakan dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan , drh. Makmun Junaiddin sendiri menyoroti pentingnya membangun sentra peternakan disana ditambah dengan ketersediaan silo dan dryer yang bisa diusahakan oleh koperasi petani dengan mempergunakan pinjaman produktif dari KUR.
Sebagai pelaku dari pabrik pakan, Ketua Gabungan Produsen Makanan Ternak (GPMT) Desianto hanya meminta Kontinuitas dan kepastian suplai yang selama ini dibutuhkan pabrik pakan. "Syukur-syukur harga bisa stabil," tuturnya.
Sedangkan dari produsen benih, Sekjen Asosiasi Perbenihan Indonesia (Asbenindo), Nana Laksana menegaskan perusahaan benih terutama jagung selalu menghasilkan benih jagung yang bermutu dan produktivitas tinggi.
Sedangkan Statistisi Ahli Utama dari Badan Pusat Statistik (BPS), Hermanto menjelaskan mengenai era baru data jagung berbasis spasial. "Modernisasi data jagung harus dilakukan demi efektivitas kebijakan tergantung data yang tersedia. Secara sistem penyediaan data harus disepakati bersama menjadi satu acuan.
Contoh sukses
Sementara itu, Bupati Dompu, Bambang M Yasin menerangkan bagaimana jagung mampu merubah wajah petani di Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB). "Jagung itu baru seksi kalau dibisniskan dalam jumlah yang besar," tuturnya.
Karena itu, dirinya membuat program 4K agar jagung menjadi seksi dan menguntungkan petani. Mulai dari konituitas atau keberlanjutan dari produksi, kuantiti atau volume produksi jagung yang kaitannya dengan produktivitas, kualitas hingga kreativitas.
"Dari awal kita rancang bagaimana jagung dari petani Dompu itu masuk ke standar industri pakan, begitupula jika jagung tersebut dibawa masuk ke industri makanan harus sesuai standar," tambahnya.
Dengan kreativitas, bagaimana jagung dikreasikan menjadi pendekatan hilirisasi. Contohnya adalah jagung menjadi jus jagung, dan limbahnya dimanfaatkan menjadi pakan sapi.
"Volume jagung sudah diatas 600 ribu ton dari luasan 80 ribu hektar, ditambah jagung diluar area pertanian. Dompu dalam setahun bisa panen 100 ribu ha atau produksi minimal 700 ribu ton dalam setahun," beber Bambang.
Pada era kepemimpinan Bupati Bambang M Yasin, telah ada terobosan kebijakan fokus pengembangan komoditas jagung dan tebu dalam bentuk kawasan. Hasil kebijakan ini mampu berdampak signifikan meningkatkan pendapatan petani dan meingkatkan daya beli masyarakat petani.
Kondisi hampir serupa juga terjadi di Lampung Timur, dengan pola korporasi petani jagung disana sudah mampu mandiri. " Di Lampung Timur ada 1860 petani jagung, Juni kemarin sudah tanam 600 hektar dan 7 Juli mendatang direncanakan tanam serentak bersama Badan Usaha Milik Petani (BUMP) Raman Aji. Kita kerjasama dengan produsen benih BISI 18, pupuk kerjasama dengan Pupuk Kujang. offtaker panen kita sudah kontrak dengan Charoen Pokphand dan Japfa Comfeed," beber penggerak BUMP Raman Aji, Diah Indar Prahastuti.
Berikut ini beberapa materi yang bisa Anda unduh dari Dialog Agribisnis Seri 3 Peluang dan Strategi Pemenuhan Kebutuhan Jagung Pakan MK 2020 :
1.Paparan Ketua Dewan Jagung Nasional Prof Fadel Muhammad
2.Paparan Penasehat Dewan Jagung Nasional Ja'far Hafsah
3.Paparan Dirjen Tanaman Pangan Suwandi
4.Paparan Direktur Pakan drh. Makmun Jainuddin
5. Paparan Bupati Dompu, Bambang M. Yasin
6. Paparan Statistisi Ahli Utama BPS, Hermanto
7.Paparan Sekjen Asbenindo Nana Laksana
8. Paparan GPMT, Desianto B Utomo