Selasa, 17 Juni 2025


Bapanas Butuh Pemimpin Berkarakter CEO

27 Okt 2021, 11:10 WIBEditor : Yulianto

Petani panen padi

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Setelah terbentuknya Badan Pangan Nasional (Bapanas) tantangan berikutnya yang perlu diselesaikan pemerintah adalah kelembagaan. Setidaknya ada lima hal yang menjadi tantangan, serta harus diperjelas dalam penyusunan organisasinya.

Wakil Sekjen Perhepi (Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia), Lely Pelitasari mengatakan, pertama adalah visi dari lembaga yang mengarahkan organisasi memiliki orientasi bersifat konservatif yang hanya melakukan business as usual.

“Bapanas harus menjadi organisasi yang bersifat progresif, sehingga menjadi institusi berkelas dunia dengan paradigma yang baru.  Hal ini menjadi penting mengingat tugas, fungsi dan tantangan lembaga saat ini dan kedepan yang sangat kompleks,” katanya.

Kedua menurut Lely, menetapkan skala prioritas mengingat lingkup tugas lembaga yang sangat luas serta cakupan komoditas yang cukup banyak. Setidaknya ada 9 komoditas pangan yang menjadi tanggung jawab Bapanas. Namun, skala prioritas yang paling mendesak adalah perlu segera menunjuk orang yang menjadi pimpinan, sehingga bisa mulai bekerja secara untuk menyusun struktur organisasi yang dibutuhkan.

Pada tataran struktural, kedudukan Badan dan Kepala Badan menjadi hal penting yang ketiga. Dalam Perpres jelas disebutkan lembaga ini langsung di bawah Presiden. Namun perlu penjelasan lebih lanjut, apakah kedudukan Bapanas setingkat kementrian atau di level Lembaga saja, seperti BPS.

Kedudukan ini akan menimbulkan konsekuensi logis pada hak-hak dan fasilitasi yang akan diterima orang yang akan menduduki jabatan pimpinan tertinggi pada lembaga tersebut.” katanya.

Menurut Lely, saat transisi harus ditentukan siapa yang akan melakukan pendelegasian wewenang kepada Badan yang baru di bentuk. Harusnya menteri yang menjadi leading sektor yaitu Menko Perekonomian, mengambil inisiatif menyiapkan mekanisme dan proses transisinya.

“Kedepan perlu diperjelas relasi antar lembaganya. Misalnya antara Bapanas dengan Bulog. Jangan sampai terjadi tumpang tindih kewenangan antar masing-masing, sehingga menimbulkan masalah baru, papar Lely.

Tantangan keempat, adalah konsep manajerial yang akan menggerakan organisasi. Ini meliputi proses bisnis yang akan mengintegrasikan hulu-hilir dengan poros utama rantai pasok dengan model aksi kolaborasi. Termasuk proses tata kelola untuk memastikan timeline untuk periode peralihan yang sejalan dengan otoritas kelembagaan.

Di era digital ini, menurut Lely, manajemen Bapanas harus di set-up dan mengacu pada sistem kerja yang berbudaya digital. Tiga prinsip budaya digital adalah mau belajar (willing to learn), punya kemampuan untuk belajar (ability to learn) dan terakhir belajar dengan cepat (fast learner). 

Terakhir adalah ekspektasi dan harapan publik yang harus segera dipenuhi setelah Bapanas dibentuk. Misalnya,  penetapan Kepala Badan yang harus ditunjuk segera.

Sosok yang diharapkan menurut Lely, adalah yang visioner, memiliki kepemimpinan yang kuat dan harus professional. Setelah ditunjuk, perlu segera ditetapkan proses peralihan dengan tenggat waktu terukur dan perkuat dengan komunikasi publik yang baik.

“Kalau Badan Pangan Nasional ini betul-betul ingin dijadikan instrumen strategis oleh pemerintah dalam mengelola kebijakan pangan satu pintu maka carilah Kepala Badan yang berkarakter CEO,” tutur mantan Direktur Pengadaan Perum Bulog ini.

Reporter : Iqbal
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018