TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Kinerja Kementerian Pertanian selama tiga tahun terakhir ini patut diberikan apresiasi karena dicapainya di tengah situasi dunia yang sulit, masa pandemi covid 19 dan berbagai tantangan global lainya. Selama Pandemi Covid-19, sektor pertanian menjadi bantalan perekonomian nasional, sesuai data BPS, pertumbuhan PDB pertanian Triwulan II 2020 tumbuh 16,24 persen, satu-satunya sektor yang tumbuh positif sementara sektor lainya alami kontraksi.
"Nilai ekspor pertanian pun alami peningkatan. Di 2021 mencapai Rp 625,04 triliun, meningkat 38,69% dibandingkan tahun 2020. Daya beli petani juga membaik. NTP terus meningkat dan bahkan Januari-Maret 2022 di atas 108," kata Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementan, Kuntoro Boga Andri di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Kuntoro menjelaskan, kebijakan dan program strategis Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam peningkatan produksi pertanian pun berdampak pada serapan penggunaan dana KUR. Untuk pembiayaan pertanian, KUR dimanfaatkan dalam mengatasi anggaran APBN yang terbatas.
Selama tahun 2020-2022 kinerja KUR sektor pertanian memperlihatkan hasil menggembirakan. Realisasi KUR tahun 2020 mencapai Rp 55,30 triliun. Artinya terealisasi 110,62 persen dari target Rp 50 triliun. Tahun 2021 mencapai Rp 85,62 triliun, realisasinya 122,31 persen diatas target sebesar Rp 70 triliun dan per 30 Oktober 2022 realisasi KUR mencapai Rp 95,43 triliun, realisasinya 106,03 persen dari target Rp 90 triliun.
Lebih jauh Kuntoro menyebutkan ketersediaan pangan strategis selama tahun 2020 hingga 2022 pun sangat baik. Salah satunya posisi stok beras pada akhir Desember 2020 mencapai 7,39 juta ton, sedangkan pada akhir Desember 2021 masih tersedia stok sebesar 9,63 juta ton. Data survei stok cadangan beras nasional, BPS mencatat stok beras pada 31 Maret 2022 sebesar 9,11 juta ton, 30 April sebesar 10,15 juta ton dan stok beras nasional akhit Juni 2022 sebesar 9,71 jita ton.
Di berbagai kesempatan, ungkap Kuntoro, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa dalam 3 tahun terakhir Indonesia tidak impor beras. Hal ini mendapatkan pengakuan atau penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) terhadap ketangguhan sistem pangan dan pertanian dan pencapaian swasembada beras selama 2019-2021 melalui penerapan inovasi teknologi padi.
Menurut Kuntoro, capaian keberhasilan sektor pertanian turut berdampak pada pengendalian inflasi. Data BPS mengungkpkan, tingkat inflasi Indonesia bulan Mei 2022 sebesar 3,55 persen, dan sampai Oktober 2022 inflasi di Indonesia masih terkendali yakni 5,71 persen. "Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, kita dalam hal ini Kementan terus berupaya menjaganya melalui penyediaan pangan yang mencukupi,” ujarnya.
Strategi baru menghadapi krisis pangan dunia yakni peningkatan kapasitas produksi pangan untuk komoditas pengendali inflasi seperti cabai dan bawang merah; serta untuk mengurangi impor seperti kedelai, jagung, gula tebu, dan daging sapi. Pengembangan pangan substitusi impor seperti ubi kayu, sorgum, dan sagu untuk substitusi gandum; domba/kambing dan itik untuk substitusi daging sapi. Selain itu, peningkatan ekspor seperti sarang burung walet, porang, ayam, dan telur.