Rabu, 11 Desember 2024


Hanya Setahun, Ini Masukan Pengamat Pertanian untuk Mentan Amran

25 Okt 2023, 16:20 WIBEditor : Gesha

Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori | Sumber Foto:Istimewa

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- Setelah menelisik permasalahan yang menjadi pekerjaan rumah Mentan Amran, Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori memberikan masukan langkah strategis yang perlu dilakukan dalam jangka waktu satu tahun ke depan sebagai komandan sektor Pertanian.

"Mentan Amran jangan terlalu berambisi membuat terobosan-terobosan baru yang relatif sulit dicapai atau membuat langkah- langkah yang potensial memantik kontroversi dan masalah seperti 5 tahun (2014-2019)," sebutnya kepada tabloidsinartani.com, Rabu (25/10).

Khudori berpendapat, sebaiknya Mentan Amran melakukan beberapa hal berikut untuk mengatasi permasalahan Pertanian selama 1 tahun ke depan.

Pertama, memastikan lahan- Lahan sawah yang eksisting bisa dioptimalkan. Terutama dengan memastikan ketersediaan air. Lalu ketersediaan sarana produksi lain, yaitu pupuk, bibit/benih, dan modal kerja.

"Pastikan dalam setahun ini untuk melayani petani dengan memudahkan mereka mendapatkan akses air, pupuk, benih/bibit, dan modal kerja. Langkah ini cepat hasilnya dan peluang keberhasilannya lebih besar ketimbang menggantungkan sejuta harapan kepada lahan cetakan/bukaan baru," cetusnya.

Kedua, memastikan petani mendapatkan untung dari usahataninya. Hal ini hanya bisa terwujud apabila saat panen petani ada kepastian pembeli dengan harga yang menguntungkan. "Jangan lagi ada cerita dan berita petani-peternak menjerit dan bahkan membuang-buang hasil produksi mereka karena tidak ada yang membeli atau dibeli dengan harga murah," jelasnya.

Bagaimana caranya?Khudori membeberkan, Kolaborasi antar K/L dibawah orkestrasi Badan Pangan Nasional mutlak dilakukan. Karena urusan ini ada di K/L lain, bukan di Kementan. Namun demikian, Kementan bertanggung jawab penuh atas kepastian petani mendapat untung dari usahataninya.

"Selama ini, tanggung jawab ini selalu diabaikan. Yakinlah, kalau petani dijamin untung mereka akan mengejar apa yang dibutuhkan untuk memproduksi produk yang baik. Apakah teknis budidaya, benih, pupuk, dan lainnya. Petani itu mahkluk ekonomi," urainya.

Langkah Ketiga adalah memilah dan memilih komoditas prioritas, selain keterbatasan waktu juga keterbatasan anggaran. Tidak bisa pemerintah ingin mengerjakan dan meraih semua tapi tidak fokus dan anggaran tercecer. Akhirnya, hasilnya tidak kelihatan atau tidak signifikan. 

Khudori mengurai, target swasembada misalnya, harus dipetakan ulang. Mana yang realistis (dalam segala aspek) dan mana yang tidak. Jangan sampai terulang swasembada kedelai dan daging sapi yang dicanangkan berulangkali sejak puluhan tahun lalu tapi pencapaiannya bukan mendekat kepada target, tapi menjauh dari target. 

"Kalau memang kita tidak memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, jangan paksakan swasembada yang hanya akan indah di atas kertas. Tapi ompong di eksekusi hingga hasilnya amat mengecewakan. Termasuk dalam hal ini swasembada bawang putih," tambahnya.

Langkah selanjutnya adalah, Mentan Amran harus memanfaatkan data Sensus Pertanian 2023 yang akan dirilis pada 14 Desember nanti sebagai dasar membuat kebijakan-kebijakan khusus dan spesifik.

Mulai perbaikan kebijakan subsidi pupuk, benih dan alsintan, pengendalian lahan sawah dari konversi, kebijakan afirmatif kepada generasi muda agar tertarik masuk ke sektor pertanian, kebijakan yang memastikan kesejahteraan petani, pemetaan lahan dengan infrastruktur irigasi, dan lain-lain. 

"Ada banyak hal yang bisa dielaborasi dari hasil Sensus Pertanian untuk membuat kebijakan berbasiskan bukti. Bila perlu Kementan bekerja sama dengan BPS untuk melakukan survei lanjutan sebagai dasar membuat kebijakan spesifik untuk isu-isu tertentu. Jangan lagi membuat kebijakan tanpa data valid," tegasnya.

Diakui Khudori, kinerja sektor pertanian akan terus menurun apabila ditinjau dari jumlah atau volume impor pangan. Impor pangan, baik volume maupun nilainya terus naik. 

"Berpuluh-puluh tahun subsektor pangan mengalami defisit, bahkan defisit makin besar dan parah. Ini harus menjadi perhatian serius. Sudah saatnya sektor ini diurus dengan serius dan ditempatkan sebagai sektor yang maha penting," tuturnya.

Apalagi, Krisis, pandemi, dan resesi akan selalu berulang serta biasanya berkelindan dengan potensi krisis pangan. Berulangkali negara ini terkena imbas dari krisis, pandemi, dan resesi yang berujung pada ancaman krisis pangan. 

Sebagai negara tropis, sudah saatnya Indonesia punya kemampuan besar mencukupi kebutuhan konsyumsi pangan berbasis tropis secara mandiri. 

Restriksi dan penutupan ekspor pangan oleh negara negara kampium produksi pangan membeli pelajaran penting, yaitu terlalu riskan menggantungkan pangan 278 juta warga kepada pangan impor. 

"Jika Pak Amran fokus mengerjakan hal- hal yang membangun fondasi ke depan, ada harapan sektor pertanian akan pelan-pelan melompat dan naik kelas. Semoga," harapnya.

Reporter : Nattasya
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018