Rabu, 21 Mei 2025


Program Makan Bergizi Gratis Dimulai! Petani Diharapkan Untung, Ketahanan Pangan Makin Kuat

06 Jan 2025, 14:12 WIBEditor : Gesha

Program Makan Bergizi Gratis resmi dimulai di 26 provinsi, memberikan harapan baru bagi petani lokal dan memperkuat ketahanan pangan.

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- Program Makan Bergizi Gratis resmi dimulai di 26 provinsi, memberikan harapan baru bagi petani lokal dan memperkuat ketahanan pangan.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) resmi digulirkan secara serentak di 26 provinsi, Senin (06/01).

Sebanyak 191 dapur umum, yang merupakan bagian dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), mulai beroperasi di bawah koordinasi Badan Gizi Nasional.  

Program prioritas Presiden Prabowo Subianto ini bertujuan menyediakan makanan bergizi bagi masyarakat, khususnya siswa SD hingga SLTA, balita, ibu hamil, dan menyusui.

Dengan anggaran fantastis Rp71 triliun, program ini juga menjadi harapan baru bagi petani lokal di Indonesia.  

Wakil Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Mulyono Machmur, mengapresiasi langkah strategis ini.

Dalam wawancaranya di Elshinta News And Talk, Mulyono menyatakan dukungannya atas keterlibatan petani dalam penyediaan bahan baku.  

“Dengan satu dapur menyajikan 3.000 porsi makanan per hari, kebutuhan bahan baku seperti beras, sayur, dan rempah-rempah tentu sangat besar. Ini peluang emas bagi petani untuk memasarkan hasil tani mereka dengan harga yang layak,” katanya penuh optimisme.  

Mulyono menekankan bahwa program ini tidak hanya berfokus pada peningkatan gizi masyarakat, tetapi juga memberikan dampak ekonomi bagi petani.  

“Bahan baku seperti sayuran, telur, dan hasil tani lainnya harus sepenuhnya berasal dari petani lokal. Ini bisa menjadi angin segar bagi mereka untuk kembali semangat bertani dan meningkatkan produksinya,” jelasnya.  

Ia juga menyoroti potensi pasar yang besar. Misalnya, satu dapur membutuhkan sekitar 2 kuintal beras per hari dan 6.000 butir telur per minggu.

Dalam sebulan, kebutuhan dapur bisa mencapai 1,5 ton telur, menciptakan permintaan tinggi yang harus dipenuhi oleh petani lokal. 

Meski program ini membawa banyak manfaat, tantangan logistik tak bisa diabaikan.

Menurut Mulyono, koordinasi dan sosialisasi kepada petani masih perlu ditingkatkan, terutama di daerah-daerah terpencil.  

“Rantai suplai ini dahsyat. Sosialisasi ke petani harus dilakukan lebih merata, agar mereka siap memenuhi kebutuhan dapur, baik dari segi jumlah maupun kualitas,” ujarnya.  

Mulyono juga menyoroti perbedaan skala antara Jawa dan luar Jawa.

Di Jawa, satu desa bisa memiliki satu dapur, sedangkan di luar Jawa, satu dapur melayani beberapa desa sekaligus.  

Seperti diketahui, Presiden Prabowo Subianto telah memberikan arahan agar program ini mengutamakan penggunaan bahan baku lokal untuk mendukung pemberdayaan petani dan produsen lokal.

Selain itu, Koperasi dan Badan Usaha Milik Desa (BUMD) turut dilibatkan untuk memastikan distribusi yang lebih merata.  

Ke depannya, cakupan program MBG akan diperluas secara bertahap dengan target 17 juta penerima manfaat pada akhir 2025.

Langkah ini diharapkan menciptakan ekosistem pangan berkelanjutan berbasis kearifan lokal, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional.  

Reporter : Nattasya
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018