Selasa, 23 April 2024


Sekali Lagi Tentang Data Swasembada Pangan dan Capaian Pertanian

17 Peb 2019, 19:41 WIBEditor : Ahmad Soim

Hamparan panen padi disaat musim kemarau | Sumber Foto:HUMAS KEMENTAN

Mentan megatakan ekspor komoditas pertanian strategis (kelapa sawit, kakao, karet, kopi, dan komoditas pertanian lain) mengalami peningkatan signifikan

 

TABLOIDSINARTANI.COM - Badan Pangan Dunia (FAO) pada tahun 1999 telah menetapkan, suatu negara dikatakan swasembada jika produksinya mencapai 90 persen dari kebutuhan nasional. Dengan ketentuan itu,  Indonesia dalam periode pemerintahan Jokowi-JK telah berhasil mencapai swasembada beras.

 

Hal itu ditegaskan  Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam keterangan pers tertulis yang diterima Tabloid Sinar Tani. Menteri Amran menyayangkan banyak pihak, termasuk akademisi dan politisi yang belum paham makna swasembada dan status swasembada Indonesia yang sebenarnya.

 

"Kemudian dari tahun 2016 sampai 2018 pun beras kita surplus. Pada 2016 dan 2017 tidak ada impor, kalau impor 2016 itu limpahan impor 2015. Kemudian 2018 beras surplus 2,85 juta ton. Ini berdasarkan data resmi dari BPS, adapun impor 2018 sebagai cadangan," ujar Menteri Pertanian Amran Sulaiman (Minggu, 17/2).

 

"Ada yang menarik, di tahun 1984, jumlah penduduk Indonesia 160 juta jiwa, sementara sekarang mencapai 260 juta jiwa. Artinya naik dua kali lipat. Dengan demikian, masalah swasembada beras sudah selesai. Ini yang harus dipahami, supaya masyarakat tidak dibuat bingung," tambahnya.

 

Amran juga menekankan bahwa pembangunan pertanian tidak hanya mengurus beras akan tetapi sektor pertanian memiliki 460 komoditas yang harus dijaga siang malam. Menariknya, ekspor komoditas pertanian 2018 melejit yakni 29,7 persen. 

 

"Kemudian stok beras sebagai cadangan saat ini 2 juta ton. Cadangan itu, kalau stok intinya tidak ada masalah, nanti terpakai atau tidak dipakai. Standar cadangan beras nasional 1 juta ton, artinya cadangan beras kita sekarang 2 kali lipat," jelasnya.

 

Kemudian, lanjut Amran, berdasarkan data BPS, stok beras yang berada di rumah tangga mencapai 8 sampai 9 juta ton. Dengan demikian, jika ditambah stok beras di Bulog 2 juta ton, stok beras nasional saat ini mencapai 10 sampai 11 ton. Jika konsumsi beras nasional 2,5 juta ton, artinya stok beras yang kita punya bisa mencukupi kebutuhan selama empat bulan. 

 

"Kita masih punya produksi padi dari standing crop atau yang tanaman padi yang berdiri hari ini 3,88 juta ha, jika produktivitas 5,3 ton per ha, menghasilkan beras 20 juta ton gabah kering giling, kalau dibagi dua, menghasilkan beras 10 juta ton. Total beras ini mampu mencukupi kebutuhan empat bulan. Dengan demikian, stok beras aman hingga 8 bulan ke depan," tegas Amran.

 

Harus dicatat juga, tegas Amran, Kementan terus mendorong transformasi pertanian dari pertanian tradisional ke pertanian modern. Dengan modernisasi target peningkatan produksi hasil pertanian menjadi lebih visibel untuk diwujudkan. 

 

"Artinya setiap hari terjadi olah tanah, tanam dan panen. Jangan dibayangkan pertanian Indonesia seperti 30 tahun lalu. Makanya penduduk 2 kali lipat dari 1984, kita bisa memberi makan," ucapnya. 

 

Sekertaris Jendral Kemeterian Pertanian, Syukur Iwantoro (Minggu, 17/2) mengatakan terkait polemik swasembada beras ini,  berdasarkan data BPS  yang menggunakan metode baru KSA (Kerangka Sampel Area), Indonesia masih mengalami surplus beras sebesar 3,1 juta ton sampai dengan akhir Desember 2018." Artinya di era pemerintah Jokow-JK, impor beras yang dilakukan sangat rendah dan terkendali. Kalaupun ada, itu lebih ditujukan untuk memperkuat stok beras nasional," kata Syukur.

 

Harus diakui, dalam 2 tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Indonesia juga pernah melewati fenomena iklim El Nino dan La Nina secara berurutan. Fenomena tersebut dinilai terberat sepanjang 71 tahun terakhir.

 

"Tantangan yang sangat berat, tidak pernah ada el nino di Indonesia selama 71 tahun seberat tahun 2015. Bahkan Intensitasnya 2,44 persen, lebih besar dari El Nino di tahun 1997/1998 yang hanya 1,9 persen. Dan kita berhasil melaluinya dengan baik," kata Syukur

 

  Memuaskan

Saat  menerima para pengurus Ikatan Pengusaha Wanita Indoneaia (IWAPI) di Bandung (13/2) Menteri Pertanian Amran Sulaiman  menyampaikan sejumlah pencapaian dalam sektor pertanian selama empat tahun terakhir (2014-2018) yang sangat memuaskan.

 

Mentan megatakan ekspor komoditas pertanian strategis (kelapa sawit, kakao, karet, kopi, dan komoditas pertanian lain) mengalami peningkatan signifikan. Perinciannya kelapa sawit naik 22,5%, karet 21,3%, dan kopi 28,6%. "Secara keseluruhan ekspor pertanian naik 29% di 2018," ujar Amran.

 

Selain itu, Amran menyebut inflasi bahan makanan/pangan juga mengalami penurunan. Dari 10,57% di 2014 menjadi 1,26% di 2017. "Inflasi ini ekstrem penurunannya," kata dia.

 

Amran juga menyebut nilai investasi pertanian juga terus mengalami peningkatan. Apabila pada 2016 nilainya Rp 45,4 triliun, maka berturut-turut pada 2017 dan 2018 masing-masing tercatat Rp 45,9 triliun dan Rp 61,6 triliun. 

 

Faktor utama yang mendorong peningkatan nilai investasi adalah deregulasi yang dilakukan Kementan. "Kami cabut 219 permentan (peraturan menteri pertanian) yang menghambat investasi," ujar Amran

Reporter : KaBe
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018