TABLOIDSINARTANI.COM, Malang---Moringa adalah sebutan lain dari kelor. Tanaman ini sudah cukup dikenal kaya khasiat bagi kesehatan tubuh. Bahkan masyarakat dahulu percaya tanaman ini sebagai penangkal ilmu sihir.
Bagi masyarakat Indonesia, tanaman ini tak asing lagi. Sebab, tanaman ini banyak ditemukan di seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Keberadaan tanaman ini banyak dijumpai sebagai tanaman pagar di sekeliling halaman rumah.
Untuk mengambil manfaat tanaman ini, masyarakat hanya membuat menjadi sayuran. Namun di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Malang, tanaman ini telah diolah menjadi berbagai produk pangan olahan. Widyaiswara Departemen Pengolahan Hasil Pertanian, BBPP Ketindan, kelor dibuat menjadi mie kelor, es krim kelor, stik kelor serta teh kelor.
Bahkan banyak masyarakat telah mengadobsi berbagai olahan ini dengan banyak ragam dan rasa. Dengan sentuhan teknologi maka moringa atau yang biasa dikenal dengan kelor ini bisa memberi nilai tambah, apalagi dikemas dengan packing yang menarik.
Dengan olahan tersebut, kelor bukan hanya menjadi bernilai ekonomis tinggi, tapi juga kaya manfaat. Beberapa kandungan gizi daun kelor yakni kaya vitamin A, vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niacin), vitamin B6, serta vitamin C, mineral, dan senyawa tanaman bermanfaat lainnya.
Daun kelor juga diyakini mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang sangat bermanfaat saat pandemi virus Corona seperti saat ini. Seperti diketahui, dengan kekebalan tubuh baik, potensi terpapar virus Corona bisa makin kecil. Dilansir dari WHO, mengonsumsi daun kelor membantu perkembangan tubuh dan menjadi bahan obat tradisional untuk mengobati berbagai penyakit.
Dengan nama ilmiah Moringa Oleifera, tanaman kelor banyak ditemukan di wilayah Asia Selatan sekitar kaki perbukitan pegunungan Himalaya India. Dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa sebaran tanaman kelor sangat cepat hingga di wilayah Asia Barat-Timur hingga di wilayah Afrika Timur - Barat dan daratan Amerika serta Eropa.
Manisnya informasi kelor berawal dari hasil penelitian Fuglie LJ pada tahun 1999 seseorang peneliti pertama yang melakukan research pada tanaman kelor dan menyebutnya sebagai The Miracle Tree, karena dalam tanaman kelor banyak mengandung gizi. Sehingga hasil penelitiannya dituangkan dalam buku “The Miracle Tree: Moringa oleifera: Natural Nutrition for the Tropics” (Church World Service, Dakar. 68 pp.;).
Pengolahan daun kelor menjadi berbagai pangan olahan tersebut menjadi upaya BBPP Ketindan mendukung program Kementerian Pertanian. Seperti diungkapkan Kepala Badan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi bahwa semua wajib mendukung program strategis Kementan.
Menurutnya, sudah waktunya petani tidak hanya mengerjakan aktivitas on farm akan tetapi mampu menuju ke off farm, terutama pasca panen dimulai dari cara penanganan panen yang baik (Good Handling Practices), proses pengolahan hasil pertanian yang memiliki nilai tambah dan daya saing hingga pengemasan yang menarik.
Sementara itu Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan berpesan bahwa adanya musibah wabah Covid-19 ini tidak boleh membuat aktivitas pertanian berhenti. Kementan akan terus optimalkan SDM Pertanian untuk menggenjot produksi dan produktivitas bahkan ekspor.
“Pertanian tidak berhenti dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional, serta meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia agar lebih baik. Sektor pertanian memiliki potensi yang sangat besar dalam menumbuhkan ekonomi nasional,” tuturnya.