TABLOIDSINARTANI.COM,Jakarta-- Gencarnya kampanye hitam tentang sawit yang dilakukan Uni Eropa (UE) tak membuat Indonesia kehilangan akal untuk mencari peluang pasar ekspor CPO ke sejumlah negara Asia. Diantara negara yang punya potensi pasar ekspor CPO tersebut adalah sejumlah negara Asia seperti China, Korea Selatan, Rusia, Jepang, dan Timur Tengah.
Kepala Sekretariat Komisi ISPO, R.Azis Hidayat mengatakan, kampanye hitam yang dilakukan UE ini harus dijadikan moment untuk mencari pasar baru ke sejumlah negara lain. "Seperti Rusià pasar CPO dan turunannya masih sangat terbuka dan peluang pasarnya cukup besar," ujar Azis dalam sebuah diskusi bertema "Peluang Pasar Sawit Berkelanjutan", di Jakarta, Rabu (7/8).
Menurut Azis, Rusia tak terlalu bergejolak terkait sustainable palm oil. Sebab mereka lebih konsisten dengan kesehatan.Sehingga ekspor CPO ke negara Beruang Putih sampai saat ini terus berjalan. "Tahun 2018 lalu ekspor CPO ke Rusia sebanyak 1,36 juta ton, atau naik 16% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya," ujar Azis.
Azis juga mengatakan, dari total CPO yang diekspor ke Rusia sebanyak 74,4?rasalbdari Indonesia. Sedangkan sisanya didatangkan dari Malaysia. "CPO yang diekspor ke Rusia ini umumnya untuk campuran bahan makanan dan susu. Jadi, peluangnya masih sangat besar," jelasnya.
Selain CPO, Rusia juga meminati pasar olahan sawit seperti minyak kelapa sawit (minyak goreng,red). "Belum lama ini kami bersama Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) melakukan pameran minyak sawit dan demo masak di Rusia. Ternyata, warga Rusia banyak yang suka dengan minyak goreng yang kami bawa," jelas Azis.
Lantaran banyak yang suka, minyak goreng yang ada di stand pameran diborong warga Rusia.Bahkan, mereka juga mau membeli minyak goreng yang masih membeku. "Minyak goreng kemasan 1 liter Rp 36 ribu dan yang kemasan 2 liter Rp 60 ribu semuanya habis dibeli warga Rusia. Kalau kami lihat peminat minyak goreng di sini cukup tinggi," kata Azis.
Azis juga mengatakan, karena potensi pasarnya bagus, GIMNI diharapkan bisa menggarap pasar minyak goreng di Rusia. Sebab, kalau bisa ekspor minyak goreng ke Rusia nilainya akan tinggi. "Jadi, jangan hanya ekspor minyak sawit mentah (CPO) saja, tapi kami sudah mengarah ke produk turunannya sehingga ada nilai tambahnya," kata Azis.
Dalam kesempatan tersebut, Deputi Menko Perekonomian, Musdhalifah mengatakan, pemerintah bersama pelaku usaha sawit tak boleh tinggal diam. "Karena itu, kami juga melakukan lobi-lobi dan menyiapkan lawyer untuk mengatasi kampanye hitam tersebut. Kami bersama tim dari kementerian lain juga mencari peluang ekspor sawit ke negara lain di luar UE," kata Musdhalifah.
Minat Limbah Sawit
Selain Rusia, Jepang juga berminat terhadap limbah sawit Indonesia. Diantara limbah tersebut adalah tandan kosong sawit yang potensinya luar biasa. "Tim dari Jepang tanggal 7 Juni lalu hearing dengan kami terkait ISPO. Selanjutnya tim dari Hitachi sebulan berikutnya (pada 7 Juli ) lalu datang ke Indonesia untuk melihat potensi limbah ampas tebu di salah satu pabrik gula dan limbah sawit di PTPN VIII," kata Kepala Sekretariat Komisi ISPO, R.Azis Hidayat.
Menurut Azis, tim Jepang sangat tertarik terhadap limbah sawit (tandan kosong) tersebut. Sehingga, mereka membawa sampel tandan sawit kosong sebanyak 20 kg untuk diuji coba di lab-nya. "Mereka memerlukan tandan kosong untuk bahan bakar nuklir. Sebab, Jepang akan menggunakan biomas power dalam mengembangkan nuklirnya. Selama ini sudah menggunakan bambu, tapi tak cukup pasokannya," ujarnya.
Azis juga mengungkapkan, tim Jepang akan menghibahkan alat untuk mengolah tandan kosong di PTPN VIII. Alat tersebut nantinya bisa dimanfaakan untuk mengolah tandan kosong menjadi serbuk.
Selain tandan kosong, ada sejumlah limbah sawit seperti cangkang sawit yang juga diminati Jepang. " Karena itu, potensi tersebut harus kita tangkap. Apabila CPO dan biodiesel kita ditolak UE, kita sudah punya alternatif pasar lainnya yang peluang bisnisnya tak kalah menarik," papar Azis.
Azis mengatakan, volume tandan kosong ini cukup banyak. Di PTPN VIII yang punya lahan sawit 3.500 ha, volume tandan kosongnya sebanyak 200 ton/hari." Jadi, sawit ini kalau dikelola secara berkelanjutan bisa menjadi sumber devisa negara," ujar Azis