Petani sedang memberikan pupuk
TABLOIDSINARTANI. COM, Jakarta---Pertanian tidak hanya soal fisik dan teknis. Tentu saja produksi dan produktivitas terkait dengan masalah teknis, teknologi, kesesuaian agroekologi, dan keterampilan petani. Pupuk adalah salah satu yang diperlukan.
Tetapi perkembangan dan keberlanjutan pertanian ditentukan oleh keharmonisan keterkaitan usaha hulu-budidaya-hilir yang sinergis dan saling menguntungkan. Usaha pertanian dipengaruhi oleh harga input maupun output, perubahan permintaan, dan tekanan persaingan dengan produk dari luar. Pasar semakin terbuka. Akhirnya kebijakan yang akan sangat menentukan. Tidak heran jika belajar ilmu pertanian, di mana pun, tidak hanya soal teknis, tetapi semua aspek terkait.
Sejak Green Revolution, benih unggul dan pupuk kimia menjadi faktor penentu yang mengantarkan dunia pada produktivitas pertanian tinggi. Pertanian moderen tanpa pupuk hanyalah kemustahilan. Sejak itulah pupuk kimia digandrungi petani. Sejak itu petani mengenal berbagai jenis pupuk buatan, obat-obatan pembasmi hama, penyakit dan gulma, pestisida dan herbisida kimiawi serta benih yang berdaya hasil tinggi. Penggunaan pupuk dan herbisida kimia ditengarai sudah pada tahap berlebihan dan berpengaruh pada kondisi fisik tanah.
Subsidi pupuk antara lain bertujuan agar petani dapat memperoleh pupuk dengan harga terjangkau karena petani kecil umumnya tidak mempunyai cukup modal usaha. Harga pupuk bersubsidi jauh di bawah harga pupuk komersial. Dalam pelaksanaannya di lapang tidak mudah. Ketersediaan infrastruktur, SDM dan besarnya program telah membuat kerja para pelaksananya kalang kabut. Selain itu perbedaan harga yang besar diduga bisa memicu berbagai kerawanan perembesan pupuk subsidi untuk tujuan lain.
Agrosolution seolah membuka mata, jangan-jangan harga pupuk sampai harus disubsidi bukan akar permasalahan pokok. Program Agrosolution yang sekarang menjadi Program Makmur membuktikan bahwa kelompok petani peserta program ini, di dua lokasi contoh, bisa membukukan produktivitas tinggi sekitar 53-76 persen lebih tinggi dan keuntungan antara 69-107 persen lebih tinggi dari petani lain walaupun mereka tidak menggunakan pupuk subsidi
Dukungan dari institusi lain, yang sebenarnya bukan wilayah kerja Kementerian Pertanian itulah yang belum bekerja optimal. Dukungan kredit perbankan, asuransi, pemasaran dan penentuan harga bagi komoditas pertanian masih sangat minim. Ketika dukungan ini dioptimalkan dalam Program Makmur, hasilnya luar biasa. Produktivitas dan keuntungan petani meningkat walaupun mereka menggunakan pupuk non subsidi. Jadi sebenarnya "penyakitnya" sudah sama-sama kita ketahui. Semoga upaya tatakelola pupuk subsidi menjangkau aspek yang lebih luas seperti yang ditunjukkan oleh Program Makmur.
Esensinya bukan pada subsidi, tetapi sejauh mana kegiatan usaha terkait hulu-budidaya-hilir bisa berlangsung secara sinergis dan saling membesarkan. Untuk keberlanjutan perkembangan pertanian dukungan inilah yang kita perlukan. Bahwa perlu ada subsidi, biarlah itu menjadi keberpihakan kepada petani secara selektif, yang benar-benar perlu dibantu karena mereka tidak mampu tanpa bantuan.