Senin, 29 Mei 2023


Siaga Satu: Pertanian Organik

15 Mei 2023, 03:22 WIBEditor : Gesha

Penyemprotan Pestisida | Sumber Foto:Dok. Sinta

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta - Kita sedang dibayang-bayangi tantangan pertanian pada masa depan akibat terus meningkatnya perubahan iklim. Di seluruh permukaan bumi temperatur meningkat dan yang terakhir gelombang panas mengakibatkan korban manusia dalam jumlah besar.

Masa depan pertanian adalah pertanian organik. Lalu di mana posisi kita? Itulah topik utama yang akan diungkap pada Tabloid Sinartani Edisi 3990. Tim wartawan yang sedang berada di Jawa Tengah melengkapi ulasan ini.

"Green Revolution" yang sukses meningkatkan produksi secara spektakuler telah menyisakan Pekerjaan Rumah, yaitu ketergantungan petani pada pupuk dan pestisida kimia. Lapisan topsoil sudah sangat tipis dan miskin bahan organik. Oleh karena itu pertanian organik tak bisa tidak, dan ini memerlukan perubahan mindset petani dan kita semua.

Pertanian ramah lingkungan yang didengungkan lebih dari 20 tahun lalu, ajakan "Back to Nature" dan "Go Organic" perjalanannya lambat karena kendala sosial dan ekonomi. Hasilnya tidak berbeda dengan pertanian konvensional dan permintaan pasar di dalam negeri tidak memberikan insentif cukup besar bagi petani. Tetapi di lapangan sudah ada peningkatan penggunaan pupuk organik, dan bahkan produksi pupuk organik dan pupuk hayati telah dilakukan oleh kelompok petani. Puncaknya adalah anjuran presiden agar penggunaan pupuk organik digalakkan. Inilah tantangan berat pertanian pada masa depan.

Di Thailand pertanian organik telah dilakukan sejak tahun 1980-an dan pada tahun 1989 sudah dibentuk the Alternative Agriculture Network (ANN) untuk pertanian berkelanjutan dan pengembangan pertanian organik. Vietnam baru memulai go organic tahun 2017 tetapi meningkat pesat sehingga pada tahun 2021 produknya sudah memasuki pasar global.

Di Indonesia keberhasilan pertanian organik telah ditunjukkan di beberapa daerah, khususnya untuk komoditas padi dan sayuran, tetapi masih dalam skala terbatas. Sudah banyak jerami dan bahan organik lain digunakan untuk pakan ternak sesudah dibuat silase. Kemudian kotoran hewan jadi pupuk tanaman. Inilah yang akan ditampilkan di Tabloid kita Edisi 3990.

Pertanian terpadu yang mengintegrasikan pengelolaan kebun, sawah dan peternakan dalam satu sistem telah terbukti berhasil baik.

Integrasi sapi-sawit juga berhasil baik, dan bahkan kreativitas pemerintah daerah mendirikan Laboratorium “Rumah Pintar” untuk mengelola sarana produksi pertanian seperti pupuk padat, pupuk cair, biopestisida dan agensi hayati seperti trichoderma, dan paenibacillus telah memberikan manfaat bagi petani.

Daya beli masyarakat memang belum mendukung perkembangan pertanian organik. Produk organik masih jadi konsumsi kelas menengah-atas. Harganya tidak terjangkau oleh masyarakat kebanyakan.

Banyak contoh baik ditunjukan di beberapa daerah. Tim yang diberangkatkan ke lapangan akan menyampaikan laporannya tentang usahatani yang mengaplikasikan teknologi untuk mengantisipasi perubahan iklim mulai dari pemilihan benih, jajar legowo, aplikasi pupuk organik sampai dengan persiapan infrastruktur untuk antisipasi kekeringan.

Sahabat Tabloid Sinar Tani, Selamat membaca dan tetap waspada, Covid juga ternyata masih mengancam kita.

Reporter : Memed Gunawan
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018