Sahabat Tabloid Sinar Tani yang Budiman.
Edisi tabloid kita kali akan bicara banyak tentang sawit, komoditas perkebunan yang paling seksi dalam menghasilkan devisa.
Tidak ada negara mana pun di dunia yang mampu menghasilkan minyak nabati yang demikian efisien seperti minyak sawit Indonesia dan Malaysia.
Sementara produk turunannya pun sangat beragam mulai dari bahan pangan, kesehatan sampai dengan bahan bakar (BBM) ramah linngkungan.
Setelah berjaya dalam beberapa dekade, merajai ekspor, menghasilkan devisa, menjadi andalan kehidupan banyak anak negeri dan bahkan menghasilkan BBM ramah lingkungan dan terbarukan, apa yang kita kuatirkan tentang komoditas perkebunan andalan yang satu ini? Ternyata pertanyaan ini banyak mengusik perhatian para pakar.
Umumnya mereka optimis bahwa sawit tetap menjadi andalah dengan beberapa catatan tentang bagaimana mengembangkan komoditas ini pada masa depan.
Pasalnya biaya produksi terus meningkat, tenaga kerja semakin sulit didapat, harga pupuk dan input lain terus merangkak naik semenntara harga CPO selalu berfluktuasi tanpa membuat petani bisa berbuat apa-apa selain menyerah dan menerima.
Indonesia adalah eksportir CPO terbesar di dunia tapi tak menjadi penentu harga. Malaysia yang berperan.
Eropa dan Amerika tak berdaya melawan efisiensi yang tinggi sawit dalam industri minyak nabati.
Hambatan perdagangan dan kampanye negatif terhadap minyak sawit terkait lingkungan dan kelestarian alam sangat gencar dilakukan
Bagaimana pandangan para pakar mengenai masa depan sawit? Mari kita simak paparannya para terbitanSinar Tani kali ini.
Semakin berkurangnya minat generasi muda di bidang pertanian telah melanda dunia.
Negara maju mencatatkan laju penurunan tenaga kerja di sektor pertanian yang cepat, tak terkecuali di Jepang sehingga berbagai upaya dilakukan di negeri ini.
Bekerja dan menimba ilmu di sektor pertanian di Jepang ini dikemas dalam program Magang Jepang.
Hasilnya memang positif dalam meningkatkan kemampuan teknis dan manajemen para peserta magang tersebut. Alumni Magang Jepang banyak yang berhasil mengembangkan usaha dan bisnis baru.
Semakin menurunnya minat generasi muda di sektor pertanian juga sedang dialami indonesia. Dari 33,4 juta petani di Indonesia, hanya 2,7 yang tergolong petani milenial, sisanya sudah tegolong berusia tua.
Upaya promosi untuk menarik minat kaum muda di sektor pertanian menjadi program yang dikemas dalam Young Ambassador. Lihat catatannya di Sinar Tani.
Banyak bukti pengalaman petani muda yang berinovasi di bidang pertanian berhasil dan menginspirasi kaum muda lainnya.
Sementara upaya para senior yang melihat peluang untuk mengembangkan bisnis di sektor pertanian tak kalah pentingnya. Dengan bermodalkan kapital skala besar, peternakan sapi model ranch dikembangkan di wilayah propinsi Banten.
Ikuti kisah para reporter Sinar Tani yang meliput kegiatan ini. Pertanian berurusan dengan mahluk hidup oleh karena itu harus dilakukan dengan kesungguhan hati. Itulah pesan para pelaku agribisnis yang berhasil.
Dari Newsroom Sinar Tani kami mengucapkan Selamat Membaca.