TABLOIDSINARTANI.COM, JAKARTA---Dalam rangka mencapai ketahanan dan kemandirian energi menuju transisi energi yang merata dan berkeadilan, Pemerintah terus berkomitmen mendorong penggunaan energi baru terbarukan, salah satunya penerapan program mandatori biodiesel sejak tahun 2014.
Biodiesel merupakan campuran bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak sawit dengan bahan bakar minyak diesel. Langkah yang diambil Pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan kelapa sawit sebagai sumber bahan baku bioenergy sudah tepat, khususnya untuk program implementasi biodiesel.
Bahkan Indonesia sudah menjadi pionir penggunaan biodiesel persentase tinggi, didukung dengan perbaikan-perbaikan dalam parameter kualitas seperti reduksi kadar air, monogliserida, juga karena sifat alami dari sawit sendiri maka kualitas biodiesel berbasis kelapa sawit memiliki stabilitas oksidasi paling tinggi dibandingkan sumber minyak nabati lainnya.
Namun, selain kualitas, sosialisasi dan dukungan pemerintah dari sisi penanganan dalam penggunaan campuran biodiesel juga harus massif. Semakin tinggi kandungan biodiesel dalam suatu campuran, maka secara alami sifatnya akan mengarah kepada biodiesel.
Perlu juga diingat, kendaraan diesel eksisting tidak dirancang untuk penggunaan biodiesel murni. Apreciate dengan Langkah yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dengan melakukan serangkaian uji baik uji lab, uji jalan, bahkan terakhir rail test untuk kereta api dalam rangka rencana implementasi B40. Bravo Pemerintah Indonesia.
Rasio luas area sawit Indonesia yaitu Dunia sekitar 60%, kapasitas pabrik biodiesel nasional 19,24 jt kL, pemanfaatannya sekitar 60% (setara 11,7jt kL). Untuk pembukaan lahan, sementara cukup. Mungkin peningkatan kualitas tanaman sawit yang perlu dilakukan.
Sejauh ini, yield produksi minyak sawit sekitar 25%, mungkin dengan adanya tanaman sawit yang mampu menghasilkan rendemen tinggi dapat meningkatkan kualitas produksi sawit sehingga pembukaan lahan dapat dikendalikan.
Ada beberapa tinjauan yang disoroti seperti Penggunaan lahan: untuk menghasilkan 1 ton minyak sawit hanya dibutuhkan lahan 0,3 ha, rapeseed oil 1 ton ~ 1,3 ha, sunflower 1 ton ~ 1,5 ha, soybean 1 ton ~2,2 ha, dari sisi kualitas dalam penyimpanan, minyak sawit memiliki ketahanan terhadap oksidasi paling tinggi dibandingkan sumber-sumber minyak yang saya sebutkan di atas, dari sisi kualitas pembakaran, cetane number biodiesel yang dihasilkan dari biodiesel minyak sawit juga paling tinggi yaitu > 55.
Apabila adanya yang melakukan kampanye negative terhadap biodiesel minyak sawit, artinya mereka belum mengenal dan paham mengenai kelapa sawit dan kandungan baik di dalamnya. Sebagai periset, tentang keberlanjutan dan manfaat EBT (Energi Baru Terbarukan) seperti kelapa sawit adalah kompleks dan harus dipertimbangkan dari berbagai sudut pandang.
Keberlanjutan Lingkungan terhadap Kelapa sawit sebagai sumber EBT dapat memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan. Pengelolaan kelapa sawit yang tidak berkelanjutan dapat menyebabkan deforestasi, kerusakan habitat, dan konflik sosial dengan masyarakat adat. Namun, dengan praktik yang tepat, seperti sertifikasi ISPO, kelapa sawit dapat dikelola secara bertanggung jawab, meminimalkan dampak negatifnya.
Manfaat ekonomi terhadap kelapa sawit memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi banyak negara, terutama di Asia Tenggara. Aspek pro job untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan petani, dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi lokal.
Pemenuhan energi terhadap sebagai sumber EBT, kelapa sawit dapat digunakan untuk produksi bioenergi, seperti biodiesel dan bioetanol. Ini membantu diversifikasi pasokan energi, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan mengurangi emisi gas rumah kaca jika dikelola dengan benar.
Pendekatan berbasis bukti sebagai peneliti, maka sangatlah penting untuk menggunakan pendekatan berbasis bukti dalam mengevaluasi manfaat dan risiko kelapa sawit sebagai EBT. Ini melibatkan pengumpulan data empiris tentang dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi dari produksi kelapa sawit, serta identifikasi solusi untuk meningkatkan keberlanjutan dan mengurangi dampak negatif.
Edukasi dan Kesadaran terhadap bagian penting dari penelitian adalah mengedukasi masyarakat tentang manfaat dan risiko yang terkait dengan EBT seperti kelapa sawit. Ini termasuk mempromosikan praktik berkelanjutan di industri kelapa sawit dan mendorong penggunaan teknologi yang lebih bersih dan efisien.