Oleh : Dr. Aldi Kamal Wijaya
Dosen Program Studi Teknologi Industri Benih, Sekolah Vokasi, IPB University
Sektor pertanian Indonesia kini menghadapi tantangan besar dalam memastikan ketahanan pangan untuk masa depan.
Isu ketahanan pangan tidak hanya berkaitan dengan produksi yang cukup, tetapi juga dengan dinamika perubahan iklim, urbanisasi yang terus berkembang, dan penyempitan lahan pertanian.
Pemerintah terus mendorong gerbong generasi muda untuk memiliki keterlibatan besar dalam sektor pertanian.
Bahkan pemerintah saat ini telah mendayagunakan seluruh instrumentnya untuk memfasilitasi generasi muda semakin tertarik turut serta dalam sektor pertanian.
Lembaga negara yang memiliki kekhususan sektor keamanan dan pertahanan bahkan mengalokasikan sumberdaya untuk mendukung isu ketahanan pangan nasional.
Untuk menghadapi tantangan produksi dan ketahan pangan, nampaknya kita membutuhkan generasi sumberdaya pertanian yang tidak hanya terampil dan berpengetahuan, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan penuh integritas.
Salah satu kunci untuk mewujudkan itu semua adalah dengan menumbuhkan adab dalam sumberdaya manusia pertanian, yang seringkali terlupakan namun memiliki peran penting dalam mencetak SDM pertanian yang sukses dan berkelanjutan.
Adab dalam konteks pertanian lebih dari sekadar sopan santun.
Dalam ajaran Islam, adab adalah perilaku yang mencerminkan budi pekerti, tanggung jawab, dan keharmonisan dengan alam sekitar.
Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan, "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat ihsan (baik) dalam segala hal" (HR. Muslim).
Seorang SDM pertanian yang beradab tidak hanya mengejar hasil yang melimpah, tetapi juga menjaga kelestarian alam dan mematuhi prinsip-prinsip keberlanjutan.
Sebagai contoh, SDM pertanian yang baik akan menggunakan pestisida dan pupuk dengan bijaksana, menjaga keseimbangan ekosistem, dan berupaya untuk tidak merusak tanah serta sumber daya alam lainnya.
Pembentukan karakter seperti ini harus dimulai sejak dini melalui pendidikan yang menekankan pentingnya adab dalam bertani.
Dengan begitu, para SDM pertanian kita kelak akan memiliki integritas yang tinggi dan komitmen untuk menjaga lingkungan agar pertanian tetap berkelanjutan.
Tak bisa dipungkiri, teknologi pertanian modern memiliki peran penting dalam meningkatkan produktivitas.
Namun, SDM pertanian masa depan juga harus cerdas dalam memanfaatkan teknologi tanpa merusak alam.
Sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW dalam hadis yang mengingatkan kita untuk menjaga alam, "Jika kiamat sudah datang dan ada salah seorang di antara kalian yang memegang bibit pohon, maka tanamlah pohon tersebut" (HR. Al-Bukhari).
Teknologi pertanian yang ramah lingkungan, seperti penggunaan pupuk organik, irigasi hemat air, dan rotasi tanaman, harus menjadi pilihan utama.
SDM pertanian yang beradab akan lebih bijaksana dalam memilih teknologi yang sesuai dengan prinsip keberlanjutan, tanpa mengorbankan kualitas tanah atau keseimbangan alam.
Dalam hal ini, adab akan menjadi panduan bagi mereka untuk tidak hanya mengejar hasil yang cepat, tetapi juga memastikan bahwa pertanian yang mereka jalani akan memberikan manfaat jangka panjang bagi generasi mendatang.
Untuk itu, penting bagi sistem pendidikan kita—terutama di lembaga pendidikan pertanian—untuk menanamkan nilai-nilai adab sejak dini.
Pendidikan pertanian tidak hanya cukup dengan mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga dengan memberikan pemahaman tentang tanggung jawab sosial dan ekologis.
Rasulullah SAW mengajarkan, "Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan" (HR. Bukhari dan Muslim).
Melalui pendidikan karakter yang kuat, calon SDM pertanian akan dibekali dengan sikap disiplin, rasa tanggung jawab terhadap alam, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan tantangan zaman, seperti perubahan iklim dan kebutuhan pangan yang terus meningkat.
Ini bukan hanya soal pengetahuan bertani, tetapi tentang bagaimana menjalankan profesi ini dengan hati yang tulus dan niat yang benar untuk memberikan manfaat bagi sesama dan lingkungan.
Dengan demikian, untuk menciptakan generasi SDM pertanian yang kuat bagi ketahanan pangan masa depan, kita harus memastikan bahwa pendidikan pertanian tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga karakter yang kokoh melalui adab.
SDM pertanian yang memadukan pengetahuan teknis dengan adab yang baik akan menjadi pilar ketahanan pangan, penjaga keberlanjutan alam, dan pemelihara kesejahteraan masyarakat.
Ini adalah tantangan yang harus kita hadapi bersama, agar Indonesia tetap menjadi negara yang mandiri dalam ketahanan pangan di masa depan.