Jumat, 19 April 2024


Prospek Menjanjikan, Petani Lawang Jawa Timur Perluas Lahan Bertanam Padi Organik

28 Des 2021, 17:14 WIBEditor : Herman

Lahan Beras Organik Poktan Sumber Makmur II

TABLOIDSINARTNI.COM, Lawang --- Ditengah trand hidup sehat yang mejadi gaya hidup masyarakat saat ini membuat bahan makanan organik naik daun. Karena itu tidak salah bila petani di Lawang, Jawa Timur memilih padi organik sebagai komoditi utama. Seperti apa pertanian padi organik yang dilakukan Poktan Sumber Makmur II di Lawang, Jawa Timur ini?

Adalah kelompok Tani Sumber Makmur II Desa Sumberngepoh, Kecamatan Lawang Kab.Malang, Jawa Timur yang mengembangkan budidaya beras organik sejak tahun 2007. Dari yang awalnya mencoba di lahan seluas 5 ha, kini petani di kelompok Tani Sumber Makmur II  sudah memiliki lahan beras organik seluas 25 ha.  

“Dari total lahan seluas 48,5 ha, luas 25 Ha untuk pertanian beras organik, semi organik 15 Ha  dan konfensional seluas 8.5 Ha. Dan setiap musim panen kami bisa menghasilkan sekitar 8 ton beras per ha,” ungkap Ketua kelompok Tani (Poktan) Sumber Makmur II, Kemin  

Diceritakan Kemin yang merupakan lulusan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), beras organik yang dikembangkan Kelompok Tani (Poktan) Sumber Makmur II adalah beras merah dan beras hitam varietas lokal. Sejak tahun 2007 hingga saat ini produk beras organik (Poktan) Sumber Makmur II sudah mendapatkan sertifikat organik dan masih terus diperpanjang hingga tahun 2021 ini.

Kesuksesan yang diraih Poktan Sumber Makmur II dalam bertani beras organik saat ini tidak didapat dengan mudah. Karena memang diakui Kemin, petani beras organik harus memahami tentang bagaiaman cara budidaya tanaman sehat seperti yang pernah ia dapat di SLPHT.

“Kita bisa membedakan mana itu musuh alami, mana itu hama, mana itu teman petani, jadi untuk budidaya organik itu secara proses tidak semudah membalik tangan. Awalnya kita harus ada kemauan dulu, kemudian kita harus memahami bahwa sesuatu itu melewati proses,” ujarnya.

Dalam menaman beras organik, secara proses sama dengan menanam beras konvensional, yang membedakanya adalah penggunaan pupuk, pengendalian hama dengan memanfaatkan kearifan lokal.

“Pupuknya menggunakan pupuk dari ternak sapi dan ternak kambing, jerami digunakan karena tidak ada peternak yang membutuhkan sehingga limbah pertanian masuk ke lahan. Untuk penggunaan pupuk konvensional secara bertahap dikurangi sebamyak 25% setiap musim dan diganti oleh pupuk kandang hingga nanti tanaman menggunakan 100% pupuk kandang.” jelasnya 

Disamping bantuan dari pemerintah, petani di Poktan Sumber Makmur II sudah bisa membuat benih secara mandiri yang diberinama varietas beras merah dan beras hitam Mentik Wangi.

Selain menjual beras merah dan beras hitam organik, kelompok tani yang berangotakan 72 petani ini juga menjual olahan sereal dan minuman yang semuanya di jual di outlet dengan merek dagang“Lumpang Berlian’, yaitu lumbung pangan bebas racun ramah lingkungan.  

Kesuksesan Poktan Sumber Makmur II juga tidak lepas dari binaan dan bantuan yang dilakukan Dinas Pertanian dan Bank Indonesia, Malang. Kemin mengaku, sejak 2017 para petani yang tergabung dalam Poktan Sumber Makmur II mendapatkan pembinaan untuk meningkatkan pengetahuan seputar pertaniaan organik.

Selain itu pada tahun 2018 Poktan juga mendapatkan bantuan lantai jemur dan gudang, dan tahun 2019 dapat bantuan 1 unit rice milling unit (RMU), “Tahun 2020 ditunjuk oleh Bank Indonesia sebagai kluster tanaman pangan yang dilombakan antar binaan Bank Indonesia, dan kita mendapatkan urutan ketiga tingkat nasional dibawah Boyolali dan Gorontalo dari 92 kelompok tani yang dijaring dari seluruh Indonesia,” terangnya. 

Reporter : Mochammad Soleman
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018