BPP Brebes Gelar Sekolah Lapangan Mandiri
TABLOIDSINARTANI.COM, Brebes --- Balai Penyuluh Pertanian Brebes terus melakukan fungsinya sebagai garda terdepan dalam pengembangan teknologi dan inovasi pertanian. Salah satunya dengan melakukan Sekolah Lapangan (SL) mandiri bagi para petani bawang Brebes yang memang mebutuhkan bimbingan teknis untuk kegiatan pertanian mereka .
Penyuluh Pertanian dan POPT yang dikomandoi Fx. Hery Priyono, SP berkolaborasi dengan petani bawang merah Brebes untuk menyelanggarakan Sekolah Lapangan (SL) mandiri. Dalam kegiatan yang dilaksakan di BPP Brebes Jawa Tengah tersebut, penyuluh dan POPT berberan dalam menyediakan materi, waktu dan pendampingan, sedang para petani pesrta menyediatan tempat, lahan praktek dan akomodasi.
Sekolah Lapangan (SL) mandiri yang pertama dengan nama “ Sekolah Lapang Budidaya Bawang Merah TSS (True Shallod Seed) dan Ekosistem Pertanian “ ini dimulai sejak bulan Desember 2022 hinggai Februari 2023 dan dibagi dalam 8 kali pertemuan.
Kegiatan ini digelar karena penggunaan benih biji atau TSS (True Shallot Seed) belum menjadi pilihan utama petani bawang mereah di Brebes. Padalah perhitungan diatas meja benih biji atau TSS memiliki keuntungan dibanding benih umbi.
Mulai dari meningkatkan hasil umbi bawang merah sampai dua kali lipat dibandingkan penggunaan benih umbi (produksi 26 ton/ha), bebas penyakit dan virus, menghemat biaya produksi.
Kebutuhan benih TSS bawang merah lebih sedikit (2-3 kg/ha) dibandingkan dengan benih umbi (sekitar 1-1,2 ton/ha) pengangkutan yang lebih mudah, dan daya simpan lebih lama dibanding umbi.
Para petani bawang merah di Brebes, yang telah berpuluh tahun bergelut dengan agribisnis bawang merah, tidak mau berspekulasi. Mengingat penghasilan dari budidaya bawang merah merupakan andalan bagi kehidupan rumah tangga mereka.
“Penerapan teknologi budidaya bawang merah dengan bibit asal biji memerlukan pengetahuan dan ketrampilan yang berbeda. Sehingga para petani merasa perlu kehadiran para Penyuluh Pertanian dan POPT untuk membantu mendalami masalah tersebut.” kata Hery
Sekolah Lapangan dilaksanakan seminggu sekali, dengan durasi selama 3 jam setiap pertemuan. Pertemuan yang biasanya dimulai jam 10 tersebut, digunakan untuk membahas 2 topik materi. Masing-masing selama @ 90 menit diselingi istirahat ISOMA.
Pembukaan SL ini dilakukan di Balai Penyuluhan Pertanian Brebes. Pertemuan selanjutnya bergilir dirumah para ketua kelompok tani atau ketua Gapoktan, atau di gubug pertemuan di hamparan sawah.
Makan dan minum bagi peserta disediakan dengan sukarela oleh para isteri ketua poktan, pas panen pisang di suguh pisang, pas panen singkong disuguh singkong. Jumlah peserta yang terdaftar sebanyak 30 orang, terdiri dari petani dewasa dan petani millenial. Karena kesibukan masing-masing, rata-rata kehadiran setiap pertemuan antara 18-20 orang
Lebih lanjut Fx. Supriyono, yang merupakan Penyuluh Pertanian senior dengan jabatan Penyuluh Pertanian Ahli Madya (Golongan IV/c), mengatakan bahwa metode yang dilakukan juga sama dengan SL semasa dahulu. Yaitu meliputi Permainan, Dinamika Kelompok, Kuiz tebak-tebakan,Ceramah, Diskusi,Praktek, Pengamatan lapangan, Presentasi Kelompok, Demontrasi Cara.
Sedangkan materi pelatihan juga sesuai dengan SOP Sekolah Lapang. Yaitu meliputi Dinamika Kelompok, Ekologi Tanah, Tanda Lahan pertanian sakit / rusak, Uji Kapasitas Tukar Kation/KTK Tanah, Penggunaan kit Uji PUTS/ Perangkat Uji Tanah Sawah, Mengukur pH tanah/ derajad kesaman.
Selain itu mengukur dan Rekomendasi Nitrogen di lahan dengan BWD = bagan warna daun,Mengukur Dan Rekomendasi Phosphat di lahan,Mengukur dan Rekomendasi Kalium di lahan, Mengenal Bio Pestidida Nabati, Membuat Pupuk Organik Cair, Membuat Bio Saka ( selamatkan alam kembali ke alam) , Mengembangkan Bakteri Foto Sintesis / BFS, Bio Remediasi Lahan Pertanian dengan menggunakan POC ra GITA nah, Membuat kompos dari limbah pertanian dan rumah tangga dengan metode “in situ”. Semua bahan materi disediakan gratis berupa print out dan fotocopy.
Seorang peserta yang aktif mengikuti setiap pertemuan, Aning Wiyono mengatakan bahwa Sekolah Lapangan ini sangat bermanfaat bagi petani bawang merah. Petani maju yang juga pengurus ABMI (Assosiasi Bawang Merah Indonesia kabupaten Brebes) ini berpesan untuk saudara-saudara nya petani : “ Tetap semangat dulur tani yang penting guyub rukun bersama di Sekolah Lapangan”.
Seiring perkembangan kemajuan teknologi pembibitan, penggunaan biji bawang merah sebagai benih atau bibit makin disukai petani. Sehingga bermunculan produsen benih biji bawang merah. Saat ini tidak sulit menemukan benih bawang merah di toko-toko pertanian.
Beberapa keunggulan menanam bawang merah menggunakan bibit asal biji adalah sebagai berikut :
Yang paling terasa adalah bibit bawang merah dari biji lebih murah dibandingkan dengan bibit umbi. Hal ini karena biji dapat diperbanyak secara massal dengan cara biji dipanen dari umbi dan ditanam kembali.
Selanjutnya bawang merah dari biji lebih mudah didapatkan karena biji dapat disimpan lebih lama dan tidak mudah rusak seperti umbi. Selain itu, Anda dapat memperoleh biji dari sumber yang lebih beragam.
Dari sisi pemuliaan tanaman, cara ini lebih memiliki kontrol yang besar terhadap pemuliaan varietas bawang merah yang lebih unggul. Dapat memilih biji dari tanaman yang memiliki karakteristik yang diinginkan, seperti tingkat produktivitas yang tinggi atau resistensi terhadap penyakit.
Kemudiian bibit bawang merah dari biji juga lebih mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan lokal karena memiliki keragaman genetik yang lebih besar. Ini dapat menghasilkan tanaman yang lebih kuat dan produktif dalam kondisi tertentu.
Terakhir tetapi penting adalah dengan menggunakan bibit asal biji,dapat ditemukan variasi genetik baru ke dalam populasi tanaman bawang merah . Misalnya ditemukan varitas yang tahan terhadap penyakit dan kondisi lingkungan yang berubah.
Namun demikian, perlu diingat bahwa menanam bawang merah dari bibit asal biji juga memiliki beberapa tantangan, seperti waktu yang lebih lama untuk mencapai ukuran panen yang diinginkan dan potensi variasi genetik yang tidak diinginkan jika tidak ada pengawasan ketat terhadap pemuliaan.
Sekolah Lapangan yang diselenggarakan secara mandiri ini di dampingi oleh para Penyuluh Pertanian di BPP Brebes dengan penuh semangat dan dedikasi. Mereka adalah : Agus Budi Harsono, STP, Rukomah SP, Edi Kurnianto STP, Hj Henny Handayani SP, Siti Zunaenah SP, Titik Mardiyanti dan FX. Hery Priyono, SP sebagai koordinator. SL yang unik ini tentu saja digawangi juga oleh seorang POPT, yaitu Arina Maulinda SP yang tekun mendampingi petani untuk belajar mengamati pertumbuhan dan pengendalian OPT.