Petani di Lokasi IPDMIP Kuningan
TABLOIDSINARTANI.COM, Kuningan---Cerita manis petani di lokasi IPDMIP bukan hanya di Kabupaten Indramayu, petani di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, juga berharap ada kelanjutan program tersebut. Pasalnya, program tersebut sangat membantu masyarakat desa, khususnya petani.
“Petani butuh charge,” kata Ketua Kelompok Tani Warga Saluyu I, Indra yang tinggal di Desa Tambakbaya, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan. Petani yang berada di daerah irigasi (BI) Bantar Wangi ini mengakui, program IPDMIP sangat membantu petani dalam berbudiaya tanaman. Apalagi. petani di wilayahnya ini menggarap lahan sempit dan umumnya tegalan.
“Jika saya ibaratkan petani disini itu rata-rata baru tahapan bisa, tapi belum mengerti. Artinya petani hanya bisa menanam, tapi tidak mengerti bagaimana berbudidaya yang baik,” tuturnya.
Anggota Kelompok Tani Warga Saluyu sebanyak 25 orang yang umumnya petani padi. Sebagian besar bukan pemilik lahan, tapi penggarap yang luasnya juga sangat sempit hanya 0,14 ha. Setiap tahun petani hanya satu kali panen dengan hasil 1,5 kuintal. Pendapatan petani dari hanya sekitar Rp 1,5 juta. Karena itu yang sebagian bekerja sebagai kuli bangunan dan ojek.
Lahan pertanian di Desa Tambakbaya juga tidak luas hanya 14 ha dengan populasi hanya sekitar 330 KK lahan. Bahkan desa tersebut masuk dalam kategori rawan pangan. “Kalau kami mengharapkan dari bertani berat, jika tidak ada tambahan penghasilan lainnya,” ujarnya.
Karena itu adanya Sekolah Lapangan (SL) dalam proyek IPDMIP, Indra mengakui, petani bisa mendapatkan tambahan pengetahuan. “Keinginan kami, pemerintah bisa terus membimbing petani, sehingga ke depan petani bisa meningkatkan tarap hidup dari pertanian,” harap Indra.
Di Kabupaten Kuningan ada 9 DAS (daerah aliran sungai). Kelompok yang sudah mengikuti SL di lokasi daerah irigasi ada 80 kelompok. Pada tahun 2022 ada sebanyak 39 kelompok yang terbagi tahap 1 sebanyak 20 kelompok dan tahap 2 pada Oktober mendatang sebanyak 19 kelompok.
Koordinator BPP Kecamatan Garawangi, Eries Nugraha mengatakan, petani sangat terbantu dengan SL IPDMIP. Pasalnya, petani mendapat bimbingan dalam pola tanam dan mengatasi masalah kelangkaan pupuk. “Kalau ditempat kami, program IP 400 tidak bisa dilakukan, karena kondisinya memang tidak memungkinkan,” ujarnya.
Selain pelatihan cara budidaya tanaman yang baik, Eries mengungkapkan, petani juga mendapat bimbingan mengenali informasi pasar. Selama ini dalam pemasaran tengkulak mempunyai peran besar dalam membeli hasil panen petani.
“Kami juga memberikan pelatihan edukasi literasi permodalan. Petani diajarkan menghitung keuangan dan gizi pangan. Memang program paling terasa adalah sekolah lapangan. Sedangkan literasi keuangan belum masif kami lakukan,” tambahnya.
Di tempat terpisah, Nono Suryono, pendamping IPDMIP di Kecamatan Kroya, Indramayu mengatakan, kegiatan dalam program IPDMIP adalah SL, pengetahan pementaan rantai nilai, pelatihan literasi dan keuangan. “Tujuan kegiatan ini adalah peningkatkan hasil pertanian di daerah irigasi. Disini sudah terlihat ada peningkatan dari sebelummnya 6-7 ton gabah kering giling,” katanya.
Untuk saat ini Nono mengakui, saat ini fokus memberikan pelatihan petani melalui SL dan literasi keuangan. Dalam program SL IPDMIP petani juga mendapatkan pelatihan seleksi benih, pengamatan hama pemnyakit, pembuatan pestisida nabati dan cara uji tanah sebelum tanam.
Namun menurutnya, kegiatan akan lebih efektif dengan SL, terutama dari segi komunikasi ke petani. Jadi selain pemberian materi, juga ada kunjungan lapangan. “Jika saat budidaya kelihatan ada gejala, kemudian kita bisa langsung dan jelaskan ke petani. Kita kasih tahu gejalanya. Misalnya, blas daun dan patah leher,” ujarnya.
Untuk pelatihan rantai pasar, Nono mengatakan, penyuluh sudah mengadakan workshop dengan mendatangkan petugas lapangan. Misalnya, untuk membantu memasarkan gabah petani, petugas lapangan mendata pemilik penggilingan padi. Kemudian menggandeng mereka bekerjasama dengan petani untuk membeli hasil panen.
Bangun Kelompok Tani
Sementara itu Tim Evaluasi IPDMIP, Mulyono Machmur mengingatkan, untuk meningkatkan posisi tawar, khususnya dalam pemasaran hasil, petani harus berkelompok. Untuk itu, petani harus mengetahui manfaat berkelompk itu.
“Selain menaikkan nilai tawar petani, dengan berkelompok petani juga bisa mudah dalam membeli sarana produksi dan harganya juga bisa jauh lebh murah. Begitu juga dalam penerapan teknologi, panen, pengendalian hama dan permodalan,” tuturnya.
Selain masalah budidaya padi, Mulyono melihat, permodalan bagi petani juga masih menjadi masalah besar. “Kalau soal teknologi sudah selesai. Masalah lain yang belum juga selesai adalah permodalan. Petani masih berat permodalan belum ada solusi. Sekarang pemerintah memberikan KUR. Ini boleh petani coba,” kata mantan Kepala Pusat Penyuluhan tersebut.
Namun demikian, Mulyono menengarai, banyak petani yang belum bisa mengakses KUR karena masih ada masalah diperbankan, terutama tunggakkan Kredit Usaha Tani (KUT) pada masa lalu. “Karena pengalaman KUR petani menunggak, sekarang tidak bisa pinjam lagi,” ujarnya ketika memantau pelaksanaan proyek IPDMIP di Kabupaten Indramayu dan Kuningan.
Hal lain yang menjadi sorotan Mulyono adalah masalah pemasaran hasil yang hingga kini belum tertangani dengan dengan baik. Karena itu ia berharap ke depan, proyek IPDMIP lebih fokus pada masalah tersebut.
Untuk itu, Mulyono menyarankan harus ada pelatihan untuk penyuluh dalam menggerakan petani dan membangun kepemimpinan petani. “Penyuluh harus bisa mengajak petani berkelompok. Dengan berkelompk semua kegiatan lebih efisien, baik dalam membeli pupuk maupun menjual hasil,” katanya.
“Penyuluh juga harus diajarkan kepemimpinan,” tambahnya. Karena menyuluh adalah proses memberikan pendidikan kepada orang dewasa, penyuluh harus mengetahui trik dan tipsnya. Pelatihan kepemimpinan bagi penyuluh seharusnya menjadi perhatian pemerintah juga