TABLOIDSINARTANI.COM, Bogor---IPB University dikenal banyak melahirkan lulusan yang multi talenta. Karena itu sering ada guyonan IPB itu Institut Pleksibel Banget, kadang ada yang Institut Perbankan Bogor. Bahkan karena banyak alumninya yang bekerja menjadi wartawan, IPB sering disebut Institut Publisistik Bogor.
Berbagai coletah tersebut ternyata menular ke diri Putro Santoso Kurniawan. Kuliah di Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, ia justru sukses membangun usaha yang bergerak pada konsep pangan berkelanjutan atau sustainable food bernama Saga Farm.
Di atas kebun yang berlokasi di Kampung Sawah Lega, Desa Ciaruteun, Bogor, Jawa Barat konsumen bisa mengadopsi kebun pangan yang disiapkan. Lulus pada tahun 2001, ia konsisten merintis dan membangun konsep pertanian berkelanjutan sejak 2005, meski ketika itu luasan lahannya masih kecil.
“Dengan cara sustainable food, selain kualitasnya lebih terpercaya, produk lokal juga tidak membutuhkan jarak pengiriman yang jauh, sehingga meminimalisir polusi yang dihasilkan saat distribusi barang. Para petani lokal ini tentu ikut merasakan dampak positif dari penjualan hasil kebun mereka,” papar suami dari Fina Ardarini ini.
Dalam pandangan Putro, terciptanya ketahanan pangan akan berdampak ke hal lain, seperti peningkatan kesejahteraan penduduk, hingga manfaat-manfaat lainnya. Nah, berangkat dari pengalamannya menjadi anggota LSM yang fokus pada isu lingkungan, Putro memilih jalan menjadi petani sayuran organik.
Menurutnya, pangan organik seharusnya bisa diakses oleh semua kalangan. “Nenek moyang kita sejak jaman baheula sudah terbiasa mengonsumsi pangan organik dan tidak pakai mahal,” tutur pria kelahiran Solo, 18 Juni 1975 itu.
Kini usaha pertanian organiknya terus berkembang. Usahanya diberi nama Saga Farm yang merupakan singkatan dari Sawah Lega Farm, sesuai lokasi kebunnya di kampung Sawah Lega, Desa Ciaruteun, Bogor. Budidaya sayuran dikelola secara organik yang ramah lingkungan. Misalnya, pemilihan penyubur lahan.
Putro pun menerapkan konsep pertanian berkelanjutan berbasiskan keluarga petani. “Jadi bukan berbasis korporasi yang petani sebagai pekerja bukan pelaku utama. Di sini konsepnya mengangkat martabat petani. Sistem pertanian berkelanjutan berbasis keluarga petani ini mendukung konsep sustainable food system yang menjamin keberlanjutan dan keadilan bagi konsumen produsen dan unsur alam di dalamnya,” tuturnya.
Tak heran jika Putro selalu bersemangat untuk mengedukasi petani agar bertani dengan cara ramah lingkungan. “Konsep agroekologi diterapkan di lingkungan kami, dimana keseimbangan ekologi dan penggunaan input pertanian lokal menjadi tumpuan dalam pertanian ini,” tambahnya.
Karena berdampak terhadap kesejahteraan bersama, para petani pun makin bersemangat. Apalagi sejak pandemi Covid-19, permintaan sayur organik meningkat. Masyarakat semakin sadar kesehatan dan memilih mengonsumsi sayur organik. Tren pemasaran sayur pun berubah secara online.
Tak sedikit masyarakat kota berdatangan ke desa untuk menjalin kemitraan dengan petani. Pemasaran hasil tani yang dekat dengan konsumen membuat Putro dan petani organik setempat mendapatkan harga yang lebih baik. Sebab itu, Saga Farm mulai berani mengembangkan konsep sustainable food yang telah lama diusungnya.
“Saya berusaha mengintegrasikan kegiatan peternakan, sawah, tanaman sayuran dan tanaman buah. Tujuannya agar asupan dari luar bisa ditekan serendah mungkin, karena semua sumber daya berputar-putar di sini, termasuk nanti perikanan,” jelas ayah dari Inkania Khairunnisa dan Daya Nur Adiyat ini.
Keberhasilannya menerapkan konsep pertanian berkelanjutan juga telah mengantarkannya berbagi pengalaman bertani ke beberapa negara di dunia seperti, Italia, Thailand, Kuba, dan Jepang.
Untuk mengembangkan pertanian berkelanjutan tersebut, Putro membuat diklat. Baca halaman selanjutnya.