Senin, 14 Oktober 2024


Resistensi Hama Pasti Terjadi, Ini Kata Guru Besar UGM

31 Jul 2023, 08:25 WIBEditor : Yulianto

Resistensi pestisida pasti terjadi, karena ada hama yang tahan terhadap suatu pestisida | Sumber Foto:Dok. Y. Andi Trisyono

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Penggunaan pestisida atau insektisida yang dahulu dianggap sangat efektif dalam menanggulangi hama dan penyakit tanaman (organisme pengganggu tumbuhan/OPT) kini sudah tidak dirasakan petani lagi. Dalam perkembangan OPT ternyata kian memiliki daya tahan lebih tinggi (resistensi) terhadap obat pengendalian hama tersebut.

Akademisi Universitas Gajah Mada, Prof. Ir. Y, Andi Trisyono, M.Sc., Ph.D mengatakan, ternyata resistensi pada hama tanaman tidak hanya terjadi pada penggunaan pestisida/insektisida kimia, melainkan juga bisa terjadi pada semua teknologi pengendalian hama. Catatannya, jika tidak digunakan secara tepat.

Andi mengakui tidak mudah dalam mengendalikan OPT, karena berkembang dengan cepat. Contohnya varietas padi unggul tahan wereng. Jika tidak dikelola dengan baik dalam pengendalian hama, maka dalam waktu 5-6 musim sifat tahan hama varietas tersebut akan berkurang. Akhirnya wereng bisa menyerang pada varietas unggul tersebut.

Sementara itu, jika penggunaan racun serangga tidak terkendali, maka dalam waktu cepat serangga akan resisten terhadap pestisida. Ia mencontohkan, hama wereng batang cokelat bisa resisten terhadap pestisida dalam waktu 4-5 bulan. Padahal di sisi lain, penemuan pestisida membutuhkan dana yang sangat mahal sekitar 150 juta dollar AS dan waktu yang lama, diperkirakan 10-15 tahun.

“Bayangkan bila kita menemukan pestisida baru dalam waktu 15 tahun. Padahal hama bisa resisten dalam waktu setengah  tahun,” katanya saat Bimtek: Cegah Resistensi, Bijak Gunakan Pestisida yang diselengarakan Tabloid Sinartani bersama BASF, Rabu (16/7).

BACA JUGA: Cegah Resistensi, Bijak Gunakan Pestisida

Penyebab Hama Resisten

Andi mengungkapkan, ada 4 mekanisme yang membuat serangga menjadi resisten. Pertama, resistensi karena perubahan prilaku. Ada satu atau sebagian kecil hama yang mampu mendeteksi adanya deposit pestisida baik di permukaan atau dinding tanaman, sehingga akan menghidar.

Kedua, penurunan laju penetrasi kutikula. Insektisida kontak harus penetrasi terlebih dahulu untuk menembus kutikula dan sampai pada tujuannya yaitu sistem syaraf hama, bagian otot atau bagian lainnya dalam tubuh hama yang menyebabkan penetrasi menjadi lebih lambat.

“Kalau lebih lambat, maka yang masuk ke dalam tubuh hama menjadi lebih sedikit. Kalau lebih sedikit maka yang tadinya mematikan tidak jadi mematikan,” tambahnya.

Mekanisme ketiga, peningkatan laju degradasi pestisida oleh enzim dalam tubuh serangga, sehingga sebagian besar insektisida menjadi tidak mematikan. Terakhir, perubahan sensifitas target dalam tubuh serangga.  Diantaranya sistem syaraf, sistem endokrim, serta bagian otot.

“Serangga akan mengalami mutasi dan sebagainya. Jika sebelumnya serangga tersebut sensitif terhadap pestisida atau insektisida, maka menjadi tidak sensitif, sehingga insektisida tidak lagi mematikan,” ungkapnya.

Andi mengaku, resisitensi merupakan proses evolusi yang cepat atau lambat pasti akan terjadi. Karena itu, tindakannya hanyalah menghambat proses resistensi bukan menghilangkan.

Reporter : Herman
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018