Minggu, 15 Juni 2025


Sejuta Kotak Umat, Solusi Kelangkaan Pupuk Petani Blora

25 Okt 2023, 18:13 WIBEditor : Herman

Sejuta Kotak Umat, Solusi Kelangkaan Pupuk Subsidi Petani Blora

TABLOIDSINARTANI.COM, Blora --- Pupuk kotoran hewan (kohe) saat ini menjadi pilihan para petani sebagai pengganti sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi, tidak terkecuali petani di Kabupaten Blora. Lewat Gerakan Masif Menjadikan Kotoran Ternak Bermutu dan Bermanfaat  “Gerakan Sejuta Kotak Umat”, Pemerintah Daerah Kabupaten Blora memobilisasi pengadaan, pengolahan dan penggunaan pupuk kohe di masyarakat.  

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Blora, Ngaliman, SP, MMA mengatakan bahwa pengurangan pupuk bersubsidi di Blora pada awalnya cukup menggelisahkan para pemangku kebijakan.

“Seperti daerah-daerah lain, alokasi pupuk bersubsidi berkurang dari kebutuhan standar,  alokasi pupuk bersubsidi bagi beberapa komoditas tanaman telah dicoret sebelumnya, ditambah lagi Blora punya lahan pertanian pangan yang terletak di kawasan hutan, yang jelas tidak memperoleh alokasi pupuk bersubsidi.” tegasnya.

Sebenarnya banyak pihak telah menyadari, bahwa penggunaan pupuk pabrikan atau pupuk anorganik juga meninggalkan dampak buruk bagi kesuburan tanah.

“Berdasarkan hasil uji sampel,  kandungan Bahan Organik (BO) lahan pertanian di Blora rata-rata tinggal 1.5 %” sambung Ngaliman.

Kondisi BO lahan pertanian yang sangat memprihatikan tersebut sangat ironis dengan kenyataan, bahwa kabupaten Blora mempunyai populasi ternak sapi terbesar di Jawa Tengah.

Yakni mencapai 285.000 ekor, bahkan diperkirakan bisa lebih karena terus bertambah setiap hari. Namun ditingkat akar rumput, sungguh tidak mudah merubah kebiasaan petani yang selama setengah abad lebih telah terbiasa menggunakan pupuk pabrikan. Beberapa kelebihan pupuk pabrikan/anorganik antara lain dampak pemupukan   cepat terlihat, praktis dan murah.

Dari kondisi kepepet tersebut munculah gagasan “Gerakan Sejuta Kotak Umat”. Yaitu gerakan membuat kotak didekat kandang sapi, untuk menampung, mengolah kohe setiap hari menjadi pupuk organik bermutu tinggi.

Pupuk organik tersebut selanjutnya dapat ditebar dilahan pertanian. Sehingga produksi dan produktivitas hasil pertanian dapat dipertahankan, bahkan justru ditingkatkan..

Gagasan ini telah di eksekusi menjadi program Pemerintah Daerah Kabupaten Blora dan  didukung sepenuhnya oleh Bupati beserta jajaran Forkopinda Blora.

Sebagai titik awal, Bupati Blora H. Arief Rohman telah mencanangkan secara resmi gerakan tersebut dengan memukul gong, disaksikan oleh seluruh jajaran Forkopimda ,dinas terkait dan para Penyuluh Pertanian pada bulan Maret 2023 lalu.

Dengan adanya Gerakan Sejuta Kotak Umat ini diharapkan dapat menjadi solusi berkurangnya alokasi pupuk bersubsidi. Sekaligus sebagai upaya mempertahankan atau mengembalikan kesuburan lahan pertanian di Blora.

Pupuk organik yang dihasilkan dari gerakan ini dapat digunakan disemua lahan pertanian. Baik di lahan sawah, lahan kering maupun  lahan pertanian di kawasan hutan, yang tidak dapat masuk RDKK pupuk bersubsidi.

Lebih lanjut Arief mengatakan pembuatan sejuta kotak umat ini akan berupa gerakan yang dilaksanakan secara masif diseluruh wilayah Kabupaten Blora.

Gerakan akan dikawal semua Camat, Kepala Desa dan Lurah serta jajaran Babinsa dan Babinkamtibmas. Sebagai motor penggerak utama adalah para Penyuluh Pertanian Lapangan yang berada di 16 BPP pada 16 Kecamatan”.

Berdasar penuturan Ngaliman SP,MMA, setelah beberapa bulan program berjalan, ternyata respon dari petani dan peternak sangat positif.

“Sepertinya para peternak sapi yang kesemuanya juga petani, merasakan manfaat dari program ini. Sehingga walaupun pembuatan kotak dibiayai secara swadaya, mereka tetap melakukan dengan penuh semangat” ungkapnya.

Hal tersebut diamini, petani yang juga tokoh masyarakat Samin di Blora, Mbah Pramugi. Menurutnya Pramugi mengatakan petani yang sudah terbiasa memelihara dan bergelut dengan ternak sapi, sangat mendukung program ini.

“Dengan terkumpulnya kotoran sapi yang langsung diolah menjadi pupuk, kami tidak kawatir lagi dengan adanya pengurangan jatah pupuk pabrik. Bahkan kami yakin dengan hanya mengandalkan pupuk kandang inipun dapat menghasilkan panen yang baik” katanya.

Sejuta Kotak Umat ini memeng menawarkan inovasi baru bagi peteni peternak. Sebab dalam pelaksanaannya petani dibimbing oleh Penyluh Pertanian cara menghasilkan pupuk organik yang “matang” dari kohe sapi.

Seperti yang dikatakan koordinator Penyluluh Pertanian BPP Sambong, Yenik, SP bahwa setiap hari ketika petani menimpal/membersihkan kandang ternak, kohe langsung dimasukkan kotak.

“Setelah tertimbun kurang lebih setinggi 20 cm  kohe ditaburi kapur dolomit dan disemprot atau di siram dengan larutan probiotik - bio composer. Begitu dilakukan terus berlapis lapis. Tanpa dibolak-balik setelah 3 bulan kohe dalam kotak sudah jadi pupuk yang matang, siap digunakan sebagai pupuk organik.” Jelasnya.

Yenik menambahkan bahwa penggunaan pupuk kohe atau pupuk organik yang telah matang penting untuk diperhatikan.

“Kegagalan penggunaan pupuk organik/kohe kebanyakan kerena pupuk belum matang. Akibatnya justru mendatangkan penyakit, misalnya jamur dan bacteri, atau layu karena panas proses fermentasi.” ujarnya.

Program Sejuta Kotak Umat ini juga memiliki manfaat ganda. Keadaan kampung /desa yang biasanya kotor dan bau karena kohe bewrceceran dimana-mana, sekarang menjadi bersih serta tidak bau

Petani Blora membuat sejuta kotak umat dari berbagai bahan bangunan. Petani yang mampu membuat kotak dari hebel/ bata ringan, Untuk ukuran 4 x 2 meter petani menghabiskan dana kira-kira Rp 750 ribu,.Namun banyak petani yang membuat dengan memanfaatn bahan lain seperti, kayudan  bambu..

Program ini secara sistematis di pantau dan didampingi langsung oleh jajaran Dinas Pertanian Kabupaten Blora.

Menurut Ngaliman, untuk menambah semangat dan gairah petani, gerakan ini telah dilombakan. Sebagai peserta adalah Penyuluh Pertanian dan Petani.

“Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertanian hanya membantu probiotik untuk petani. Selebihnya petani berswadaya membiayai pembuatan kotak. Namun ada juga Kepala Desa yang tergerak membantu petaninya berupa terpal plastik” pungkasnya.

Reporter : Djoko W
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018