Petani sedang memberikan pupuk di lahan
TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Bukan hanya di Indonesia, subsidi pupuk yang pemerintah berikan ke petani menjadi hal yang lazim dilakukan di banyak negara. Hal tersebut tidak lepas dari kontribusi pupuk sebagai komponen penting dalam meningkatkan produksi pangan. Karena itu, jangan sampai salah dalam membuat kebijakan mengenai sarana produksi tersebut.
Hal hal tersebut bisa dilihat, kontribusi pupuk sebagai sarana produksi terhadap peningkatan produksi padi di beberapa negara Asia yang lebih dari 20%. Seperti Bangladesh sebanyak 23%, Sri Langka 21%, Filipina 31%, India 31%, Tiongkok 23%, dan Indonesia sendiri kontribusi pupuk sebagai sarana produksi sebesar 20%.
Analis Kebijakan Ahli Utama Kementerian Pertanian, Muhrizal Sarwani menilai, subsidi pupuk diperlukan karena kebijakan ini dapat meningkatkan produktivitas usaha tani padi secara signifikan. Dengan demikian, pengalokasian subsidi merupakan salah satu pendorong pasokan pangan di Indonesia.
“Tanaman pangan khususnya padi sawah, jagung dan kedelai merupakan konsumen pupuk terbesar di Indonesia dengan serapan sekitar 67?ri total kebutuhan pupuk nasional,” ungkap mantan Muhrizal yang pernah menjadi Direktur Pupuk dan Pestisida saat FGD Perhimpunan Ahli Agronomi Indonesia (Peragi) di Bogor, beberapa waktu lalu.
Alasan lain yang Muhrizal anggap subsidi pupuk masih diperlukan bagi petani adalah karakteristik petani Indonesia umumnya memiliki lahan pertanian sempit, usianya relatif tua dan berpendidikan rendah, serta mengandalkan dana pribadi dalam menjalankan usaha tani. Karena itu, kebijakan subsidi diperlukan dalam mengatasi keterbatasan skala produksi dan kepemilikan sumber daya.
“Selama ini program subsidi juga berhasil meningkatkan produksi serta kemampuan penyediaan pangan masyarakat, sehingga ancaman terhadap stabilitas pasar dan kelangkaan bahan pangan pokok dapat dihindari,” tambahnya.
Dewan pakar Himpunan Ilmu Tanah Indonesia ini menjelaskan, subsidi pupuk di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970-an sebagai bagian kebijakan penyediaan pangan rakyat yang didorong penggunaan varietas unggul baru berumur genjah yang tanggap terhadap pemupukan.
Bahkan menurut Muhrizal, penyediaan pupuk subsidi khususnya untuk padi sawah meningkat tajam dari 2,57 juta ton pada 1980 menjadi 5,35 juta ton pada 1990. Subsidi terus meningkat, dan tertinggi pada tahun 2018 yang mencapai 9,37 juta ton, setelah itu subsidi menurun pada 2019 dan 2020 subsidi menurun sangat tajam.
“Subsidi pupuk pernah dicabut pada 1998 sampai 2002, ketika itu tidak ada istilah subsidi pupuk yang ada insentif gas domestik untuk pabrik pupuk supaya mereka bisa jualan pupuk dengan harga murah yang bisa dijangkau petani,” ungkapnya.
Bagaimana subsidi pupuk di negara lain? Baca halaman selanjutnya.