TABLOIDSINARTANI.COM, Pati---Rumah pompa Tambakromo, Kabupaten Pati yang dibangun pada tahun 1989 dan mulai beroperasi sejak tahun 1992 ibarat mati suri. Sejak tahun 2018, operasional rumah pompa tersebut berhenti akibat tingginya biaya operasional.
Rumah Pompa Tambakromo yang ada di Kabupaten Pati, Jawa Tengah segera beroperasi kembali, terutama untuk memenuhi kebutuhan air sawah tadah hujan yang mengalami kekeringan panjang di satu tahun terakhir.
Wakil Menteri Pertanian Suadryono berharap, rumah pompa tersebut menjadi pendukung utama terhadap tingginya produksi dan kesejahteraan petani. "Demi membela rakyat dan petani Pati kita tidak perlu ragu-ragu untuk segera menyampaikan apa-apa saja yang menjadi kebutuhan," ujarnya.
Bagi Wamentan, dibukanya rumah pompa Tambakromo merupakan kabar baik bagi geliat produksi di Pati. Apalagi, kata dia, kekeringan yang terjadi hampir merata di seluruh Indonesia. Pengelolaan rumah pompa nantinya akan dilakukan bersama pimpinan daerah setempat.
Untuk itu, Wamentan meminta segera dibuat Rencana Anggaran Biaya agar pompa air di Tambakromo bisa berfungsi dan dimanfaatkan secara maksimal, sehingga mampu mengairi areal sawah 1.000 hektar yang ada di lokasi pompa.
"Saya berharap agar dimaksimalkan terlebih dahulu pompa yang sudah tersedia. Namun saya minta agar segera dibuatkan Rencana Anggaran Biaya yang sederhana saja agar pompa air ini dapat berfungsi dan mengairi lahan sawah," katanya.
Menurut Wamentan, program pompanisasi yang dijalankan saat ini terbukti mampu memberi dampak positif terhadap peningkatan produksi. Saat ini Kementerian Pertanian telah membentuk satgas pompa yang melibatkan 1.500 pegawai, termasuk pejabat bertanggung jawab terkait pengadaan pompa dan perluasan areal tanam yang akan menangani 7.000 Kecamatan.
Ia menjelaskan, Satgas pompa yang dibentuk bertanggung jawab untuk memastikan pompanya ada, sampai di lokasi dan berfungsi dengan baik. Nantinya lahan yang total 1.000 hektar bisa ditingkatkan indeks pertanamannya dalam setahun yang tadinya sekali menjadi dua kali dan dua kali menjadi tiga kali.
"Jadi perluasan areal tanaman kita yang tadinya 1.000 hektar bertambah menjadi 2.000 hektar atau 3.000 hektar," ujarnya.
Sementara itu, Wamentan menambahkan bahwa upaya mendukung pengairan untuk areal sawah tidak hanya melalui program pompanisasi tapi juga dilakukan kerjasama antar instansi sehingga menjadi target bersama ke depannya.
Saat ini total lahan sawah yang memanfaatkan saluran irigasi baru sebesar 27 persen, target pemerintah ke depan akan ditingkatkan hingga mencapai 50 persen sambil membangun irigasi irigasi baru.
"Kita harapkan bagaimana panen cukup bagi seluruh rakyat kita, tanpa impor maka syaratnya panen harus banyak, soal pupuk sudah cukup dengan ketersediaan 9,5 juta ton, selain itu bibit juga sudah tersedia, tinggal bagaimana memanfaatkan lahan dan mengoptimalkan indeks pertanamannya," jelasnya