Selasa, 10 Desember 2024


Lewat Soto Sawah, Arifin Ajarkan Pengunjung Pertanian Organik

23 Jan 2024, 17:03 WIBEditor : Herman

Arifin Kembangkan Kuliner Soto Sawah | Sumber Foto:Istimewa

TABLOIDSINARTANI.COM, Semarang --- Bagi Zainal Arifin Spt, pertanian organik sudah menjadi bagian dalam kehidupannya. Lewat pertanian organik, pria yang akrab disapa Zainal ini sukses membangun usaha Agriwisata Soto Sawah, juga menularkan pertanian ramah lingkungan kepada warga sekitar.

Arifin termasuk  tipe anak muda yang lebih suka mandiri. Selepas lulus kuliah tahun 2002  Sarjana Peternakan Universitas Diponegoro (Undip) ini hanya betah beberapa bulan bekerja di sebuah perusahaan pengalengan ikan di Jepara.

Tidak ingin berlama-lama nganggur, Arifin memutuskan membuka usaha sendiri berupa Kolam Pemancingan lengkap dengan warung ikan bakar di desa Tambangan, Mijen Kota Semarang.

Lokasi usaha mengambil sebagian lahan Klinik Bersalin milik keluarga, dimana Arifin diserahi untuk mengelola.

Setelah berjalan 5 tahun, rupanya Klinik Bersalin kurang maju, sehingga dirubah menjadi Sekolah TK dan SD. Bangunan klinik dirombak dan kolam pancing tergusur bangunan baru.

Kegagalan dalam usaha pemancingan dan klinik bersalin tidak membuatnya menyerah. Bersama istri tercintan Tutik Pujiati, Arifin mulai melirik bisnis kuliner berjualan soto dan jajanan di kantin sekolah.

Melihat animo pembeli yang semakin banyak, Arifin pun memindahkan warung sotonya  ke depan rumah.

“Karena bebetulan lokasi nempel dengan sawah, saya kasih nama Soto Sawah “Mbak Tutik” tambahnya.

Bertani Organik

Disela kesibukannya mengurus warung soto, ternyata Arifin yang juga merupakan ketua RT tetap tidak melupakan kegiatannya sebagai petani. Bagi Arifin, menama padi disawah bukan hanya sebagai sebuah profesi melainkan juga memberikan kesenangan tersendiri.

Karena itu pada tahun 2017 ia bersama 28 petani tetangga mendirikan Kelompok Tani  Ayem Tenang yang berfokus pada usaha tani padi sawah.

Diungkapkan Arifin, tantangan berat Kelompok Tani  Ayem Tenang datang dari tikus yang menyebabkan beberapa musim tanam petani mengalami gagal panen.

“Segala usaha pengendalian tikus sudah dijalankan. Gropyokan tikus masal bersama petani dibantu aparat Babinsa, umpan beracun, pengemposan, tapi serangan tikus-tikus tetap meraja lela,” ujarnya.

Sampai akhirnya Penyuluh Pertanian BPP Mijen dan Petugas Dinas Pertanian Kota Semarang mengajak untuk pengendalian tikus dengan musuh alami yakni Burung Hantu atau Tyto Alba.

“ Kami belajar di Tlogoweru, Kabupaten Demak dan di Banyubiru , Kabupaten Semarang.  Mula-mula kami mendapat 10 pasang Tyto Alba, 6 pasang beli dan 4 pasang bantuan dari Dinas Pertanian” jelas Arifin

Penanganan hama tikus dengan musuh alami ternyata membuahkan hasil. Dengan menggunakan burung Tyto Alba serangan tikus dapat diatasi.

“Populasi tyto alba sekarang kurang lebih sudah menjadi sekitar 60 pasang” tambahnya.

Indah Kartika Dewi, S.ST dan Bayu Nurcahyo, S.Pt keduanya Penyuluh Pertanian BPP Mijen, rutin  berkunjung ke rumah Arifin, yang digunakan juga sebagai sekretariat Kelompok Tani Ayem Tenang.

“ Kelompok Tani ini sangat responsif terhadap inovasi baru dan kegiatan dari BPP maupun dari Dinas Pertanian Kota Semarang, sehingga kemajuan di kelompok ini terlihat nyata. Keltan Ayem Tenang sudah beberapa kali mendapat penghargaan dari Pemkot Semarang” tambahnya.

Arifin mengembangkan warung makan “Soto Sawah” menjadi destinasi agro wisata di pinggiran kota Semarang. Lahan sawah seluas 6.000 m⊃2; ditata sedemikian rupa sehingga pengunjung dapat menikmati kuliner dalam suasana sawah dipedesaan.

Tidak sampai disitu, Arifin mengajak 10 orang anggota Poktan bertanam padi organik. Seluruh produksi beras organik yang dihasilkan dibeli sendiri dengan harga Rp 3.000 - Rp 4.000 diatas harga beras non organik.

Beras organik tersebut menjadi menu nasi yang disajikan di  Soto Sawah “Mbak Tutik” yang setiap bulannya membutuhkan kurang lebih 1 ton beras organik.

Belum cukup dari kelompok sendiri, Arifin masih harus membeli beras organik dari kelompok tani  disekitarnya.

Konsep pertanian organik juga dilakukan kelompok tani Ayem Tenang dengan memanfaatkan limbah kulit jeruk, potongan umbi dan daun bawang merah dari dapur warung untuk pestisida nabati dan pupuk. .

Tanpa sengaja pengunjung juga belajar tentang pertanian organik.  Karena disana Arifin membuat dekorasi alam dari vertikultur selada dan daun bawang,  ada refugia disepanjang tepi sawah,  rumah-rumahan rubuha, tabulampot , juga tanaman cabai dalam polybag.   tentu tanaman padi yang tumbuh subur.

“ Pengunjung sangat suka berselfi ria dengan latar belakang dekorasi alam  pertanian tersebut. Uniknya beberapa patung tyto alba juga dipasang di depan dan ditengah warung makan , burung tyto alba ini memang menjadi ikon warung yang selalu laris manis ini.” ujarnya.

Disclaimer : Yang dimaksud beras organik disini belum berupa beras organik bersertifikat resmi dari LSO. Baru berupa beras hasil produksi dari pertanaman padi yang sepenuhnya bebas dari pupuk dan pestisida kimia. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik, padat maupun cair. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan cara Pengendalian Hama Terpadu (PHT), misalnya dengan pertanaman refugia untuk mengembangkan predator hama, pemeliharaan tyto alba serta penggunaan pestisida  nabati maupun hayati.

 

Reporter : Djoko W
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018