Garam berkualitas dari Krayan Nunukan
TABLOIDSINARTANI.COM, Nunukan -- Ada sumur air garam di Krayan Nunukan. Penduduk mengolahnya menjadi garam berkualitas.
Dataran tinggi Krayan berada di Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara memiliki ketinggian 900 -1100 meter di atas permukaan laut dan berbatasan langsung dengan Malaysia, uniknya daerah Krayan yang dihuni oleh mayoritas suku dayak Lundayeh ini memiliki sumber air garam yang tidak pernah habis sejak dahulu dan sudah diproduksi menjadi garam berkualitas.
Seperti di lokasi Long Midang Kecamatan Krayan, sumber sumur air garam sudah dikelola dan dimanfaatkan sejak lama oleh warga setempat secara bergiliran, setiap kepala keluarga akan mendapat jatah selama 2 minggu untuk mengolah air sumur garam menjadi garam siap konsumsi.
Kalau yang mendapat giliran rajin mengolah biasanya bisa memproduksi garam sampai 20 kg per hari, lalu ada kesepakatan dengan pengurus lokasi untuk memberikan sumbangan sebesar 1 kg per hari, yang nantinya kembali digunakan untuk kemaslahatan bersama.
BACA JUGA:
Menurut Sekretaris Asosiasi Perlindungan Masyarakat Adat Krayan, Rudi Firyanto, mengutarakan awal mulanya sumber air garam Krayan itu pertama kali diketahui oleh orang yang berburu hewan, mereka melihat ada hewan yang sedang minum air di situ, belakangan diketahui apabila ada hewan seperti kijang, burung atau hewan lainnya yang minum mata air berarti kemungkinan ada rasa garamnya.
Setelah itu, barulah warga secara gotong royong menggali pada bagian sumber air garamnya, jadi indikator adanya sumur sebagai sumber garam itu adalah dari hewan tadi. Setelah digali kalau mata air sumber garamnya bagus warga akan tidaklanjuti dengan menggunakan air sumur tersebut untuk keperluan sehari-hari.
“Proses pembuatan garam di Krayan tergolong sederhana, air dari sumur sumber garam diambil lalu dimasak menggunakan drum selama 12 jam dengan api yang terjaga baik berbahan bakar kayu, kemudian dijemur selama sehari setelah kering garam tersebut sudah bisa dikemas,” kata Rudi.
Pengemasan garam di Krayan biasanya menggunakan plastik dan daun teremeh (hanya ada Krayan) bentuknya agak panjang tapi tidak terlalu lebar, khusus garam dengan bungkus daun ini prosesnya sedikit berbeda, setelah air garam dimasak lalu dimasukkan ke dalam bambu yang bagian bawahnya berlubang sehingga sisa air bisa menetes lalu dibiarkan semalaman kemudian baru dibakar ditungku setelah itu bambu dibelah perlahan lalu garamnya dibungkus dengan daun teremeh, kemudian diikat dengan akar daun sirih hutan.
“Kalau waktu normal garam Krayan ini banyak di pasarkan ke Malaysia, peminat garam gunung disana banyak tapi sekarang karena kondisi lockdown garam gunung dijual di seputaran Krayan saja, selain itu sebagian ada yang dijual ke Nunukan, Tarakan dan Malinau, harga garam Krayan yang dibungkus dengan daun sedikit lebih mahal dari yang dibungkus dengan plastik, tapi sekarang pengemasan garam Krayan ini sudah beragam banyak pilihan tergantung selera.” imbuhnya.
Menurut rudi, di tempat pengolahannya garam Krayan dibanderol Rp 50.000 per kg, tapi kalau sudah sampai di Long Bawan, ibu kota Kecamatan Krayan biasanya Rp 55.000 sampai Rp 60.000 per kg.
Keunggulan garam Krayan kalau digunakan untuk memasak sayur bening misalnya warna hijau daunnya tidak berubah, selain itu juga kandungan yodiumnya juga lebih tinggi terbukti di wilayah Krayan tidak ditemui orang menderita penyakit gondok.
“Bahkan katanya kalau ada orang yang memiliki penyakit gondok, garam Krayan ini bisa dijadikan obatnya tapi yang dipilih adalah garam dalam bentuk bubuk bukan butiran, sedangkan garam bentuk butiran umumnya digunakan masyarakat Krayan untuk mengawetkan daging,” beber Rudi.
Ada puluhan sumber garam yang ada di dataran tinggi Krayan tapi yang beroperasi normal dan dikelola hanya sekitar 4 saja, seperti di Long Midang, Pa Betung, Pa Kebuan dan di Krayan Selatan.
“Sebenarnya ada juga sebagian warga Krayan menggunakan air sumber garam secara langsung untuk penambah rasa asin pada masakan tanpa melalui proses olahan terlebih dahulu,” jelasnya.
Selain itu, Rudi yang juga guru SMK Negeri Krayan ini menambahkan, sumur garam yang ada di lokasi Long Midang memiliki 2 sumber mata air, yang pertama dinamai sumur perempuan dan satunya lagi disebut sumur laki, jaraknya berdekatan sekitar 3 meter saja, yang membedakannya adalah garam yang airnya berasal dari sumur perempuan bentuknya lebih halus sedangkan dari sumur laki biasanya garamnya lebih kasar.
“Masyarakat Krayan percaya kalau berkunjung ke sumur garam di Long Midang maka kita dianjurkan untuk mencuci muka terutama tamu wanita, dengan menggunakan air yang berasal dari sumur perempuan, diyakini bisa kelihatan lebih awet muda dan kulit muka menjadi lebih segar, belakangan diketahui bahwa garam gunung itu sangat baik digunakan sebagai bahan campuran bahan kosmetik,” pungkasnya.
===
Sahabat Setia SINAR TANI bisa berlangganan Tabloid SINAR TANI dengan KLIK: LANGGANAN TABLOID SINAR TANI. Atau versi elektronik (e-paper Tabloid Sinar Tani) dengan klik: myedisi.com/sinartani/