Kamis, 12 Desember 2024


Menguak Ancaman Tersembunyi Antraks bagi Manusia

14 Mar 2024, 15:07 WIBEditor : Gesha

Antraks | Sumber Foto:Istimewa

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- Antraks, sebuah penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia, sedang menjadi perbincangan hangat di media sosial dengan sebutan penyakit sapi gila. Mengapa penyakit antraks dari hewan bisa menular ke manusia hingga menimbulkan resiko kematian?

Menurut Balai Besar Veteriner Wates, Kementerian Pertanian, Antraks merupakan penyakit menular pada hewan yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Biasanya, hewan-hewan seperti sapi, kambing, domba, dan kerbau yang terkena penyakit ini. Antraks juga bisa menular ke manusia, disebut sebagai zoonosis.

Penularan Antraks pada manusia bisa melalui udara. Bakteri Antraks bisa membentuk spora yang bertahan lama di lingkungan, bahkan tahan terhadap beberapa desinfektan. Mereka bahkan bisa hidup bertahun-tahun di dalam tanah, sehingga sering disebut sebagai penyakit tanah

.Spora Antraks yang ada di tanah dapat masuk ke tubuh hewan ternak melalui makanan seperti rumput dan dedaunan.

Hewan yang terinfeksi menunjukkan gejala seperti demam tinggi, gelisah, kesulitan bernapas, kejang, dan bahkan kematian. Gejala lainnya bisa berupa keluarnya darah dari hidung, mulut, dan telinga, serta pembengkakan di dada dan perut.

Ketika hewan terinfeksi, bakteri Antraks membentuk spora. Jika hewan tersebut mati dan disembelih, spora akan menyebar ke lingkungan lagi.

Spora Antraks di lingkungan berisiko masuk ke tubuh manusia melalui luka terbuka, saluran pernafasan, atau saluran pencernaan saat makan. Infeksi melalui luka terbuka pada kulit adalah yang paling umum terjadi pada manusia.

Efek Antraks pada tubuh tergantung dari area yang terinfeksi. Pada kulit, gejalanya berupa benjolan di berbagai bagian tubuh, rasa gatal, dan bisa berkembang menjadi borok kehitaman tanpa rasa nyeri.

Pada saluran pencernaan, gejalanya meliputi mual, muntah, kesulitan menelan, sakit tenggorokan, penurunan nafsu makan, sakit perut, demam, sakit kepala, dan benjolan di leher. Pada kasus parah, Antraks bisa menyebabkan diare dan buang air besar berdarah.

Antraks pada saluran pernapasan dapat menimbulkan gejala seperti flu biasa, demam, nyeri saat menelan, nyeri otot, kelelahan, dan dalam kasus yang lebih ekstrem, dapat menyebabkan syok, peradangan pada selaput otak, dan bahkan meningitis.

Segera ke RS

Pengobatan Antraks memerlukan tindakan cepat setelah diagnosis. Dokter akan meresepkan antibiotik untuk meningkatkan efektivitas pengobatan.

Perawatan intensif sangat dianjurkan untuk memastikan kesembuhan terbaik, walaupun hasilnya dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti usia dan kondisi kesehatan pasien, serta seberapa luas area tubuh yang terinfeksi. Semakin cepat pengobatan dimulai, semakin baik hasilnya.

Pencegahan Antraks bisa dilakukan dengan meningkatkan kesehatan hewan ternak untuk mengurangi risiko penularan kepada manusia.

Beberapa langkah pencegahan yang dapat diambil oleh masyarakat meliputi:

1. Membeli dan mengonsumsi daging dari rumah potong hewan resmi.

2. Memastikan daging hewan sehat dan dimasak hingga matang sempurna sebelum dikonsumsi.

3. Selalu mencuci tangan dengan sabun setelah mengolah produk hewan.

4. Melapor ke petugas peternakan atau kesehatan hewan jika menemukan hewan sakit atau mati mendadak.

5. Tidak membawa hewan sakit keluar dari wilayahnya untuk mencegah penyebaran penyakit.

6. Cuci tangan dengan sabun dan desinfektan jika ada kontak dengan hewan sakit atau mati secara tidak sengaja.

7. Hindari menyembelih atau mengonsumsi daging dari hewan sakit, terutama yang menunjukkan gejala Antraks.

8. Jika ada gejala Antraks pada kulit seperti bengkak kemerahan yang gatal, panas, dan berwarna kehitaman, serta gejala lain seperti mual atau diare, segera hubungi Puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat, terutama bagi yang memiliki riwayat kontak dengan hewan sakit atau mati.

Reporter : Nattasya
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018