Jumat, 19 April 2024


Asiknya Panen Sayuran Organik Saat WFH

01 Mei 2020, 07:09 WIBEditor : Yulianto

Ajeng saat panen sayur organik | Sumber Foto:BBPP Ketindan

TABLOIDSINARTANI.COM, Malang—Ada kekhawatira kerawanan pangan ketika terjadi wabah Covid-19. Namun untuk memastikan pasokan pangan Kementerian Pertanian telah menegaskan bahwa kegiatan pertanian tidak boleh berhenti.

Bahkan dalam berbagai kesempatan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) selalu menegaskan, pertanian tidak boleh mati, pertanian harus terus hidup untuk menyediakan kebutuhan pangan rakyat Indonesia.

“Panen raya di penjuru Indonesia serentak dilakukan untuk mengamankan pangan jutaan masyarakat Indonesia. Sebelas komoditas strategis telah dipastikan aman menjelang puasa dan Idul Fitri,” tegas menteri yang pernah menjadi Bubernur Sulawesi Selatan dua periode itu.

Sejalan dengan arahan orang nomor satu di Kementerian Pertanain itu, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian melalui UPT Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan terus mendorong kegiatan pendampingan di lapangan, pelatihan online dan bimbingan-bimbingan teknis terbatas terus diupayakan.

Widyaiswara, Penyuluh dan Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) dan Petani Milenial, bersinergi memberdayakan masyarakat menciptakan kantung-kantung pangan di lahan, hingga tiap-tiap pekarangan serta bisa memanfaatkan lahan tidur.

Seperti dilaksanakan di lahan kajian dan produksi bioteknologi di BBPP Ketindan Kamis, (30/4) yang panen dari hasil kajian penanaman organik dengan sistem multiple cropping.  Meskipun tengah work from home (WFH), tidak menyurutkan peran dan tugas widyaiswara Departemen Budidaya yang bersinergi dengan petugas lahan untuk tetap menciptakan kantung pangan yang bisa disediakan untuk masyarakat.

Saptini Mukti Rahajeng, widyaiswara Departemen Budidaya sekaligus pengelola lahan budidaya tanaman organik di BBPP Ketindan mengatakan, komoditas yang ditanam diantaranya, jagung dan kedelai, dan beragam sayur seperti kangkung, kale, sawi daging, kangkung, bayam.

“Ada juga bawang merah, bawang putih yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan harian dan  bisa ditanam secara organik dengan memanfaatkan bahan-bahan alami sebagai sumber nutrisi,” katanya.

Selain pemenuhan kebutuhan nutrisi dilakukan perlakuan pencegahan hama dan penyakit dengan pengelolaan lahan menggunakan refugia dan mikroba potensial pencegah penyakit tular tanah dan booster imun tanaman.

“Sistem tumpang sari ditujukan untuk diversifikasi produk dan pemenuhan kebutuhan harian selain supplyi pasar. Sementara sistem organik dapat bermanfaat dalam menekan biaya produksi,” ujar Ajeng, sapaan akran Saptini Mukti Rahaneng.

Ajeng mengungkapkan, tujuan menekan biaya produksi juga dapat dicapai dengan pemenuhan kebutuhan tanam dan pemeliharaan melalui upaya peningkatan kompetensi teknis seperti pembibitan, pembuatan pupuk organik (berbahan limbah), pembuatan pupuk hayati, perbanyakan agens hayati dan pembuatan pestisida nabati.

“Dengan pemeliharaan yang tepat sebagaimana dalam lahan kajian dan produksi BBPP Ketindan, proses produksi hingga panen komoditas hortikultura yg terpanen belum melalui proses penyemprotan pestisida nabati,” kata Ajeng.

Reporter : Ajeng/Yeni (BBPP KETINDAN)
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018