Jhon, salah seorang petani di Humbang Hasudutan
TABLOIDSINARTANI.COM, Humbang Hasundutan---Food Estate Humbang Hasundutan yang berbasis komoditas hortikultura sudah mulai menampakkan hasilnya. Ada 215 hektar (ha) areal yang sudah dikembangkan, ditanamai bawang merah, bawang putih dan kentang.
Salah satu kunci keberhasilan program food estate ada pada kegigihan petani yang berjuang bersama tim, baik dari Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah maupun pihak lain. Kerja keras mereka menjawab adanya tudingan yang menganggap program food estate belum berhasil.
“Sah-sah saja orang bilang ini gagal total, tapi saya yang menanam di sini tidak mau dibilang gagal,” kata petani dari Kelompok Tani Ganda Mersada, Jhon Les Lumban Gaul saat ditemui di lahannya, Kamis (18/2).
Beberapa lahan diakui memang ada yang tidak tumbuh maksimal. Namun demikian, lahan yang ditanam Jhon Les pertumbuhannya cukup bagus. “Saya dan istri saya merawat setiap harinya. Lahan saya belum panen makanya kalau dibilang gagal itu salah,” ujarnya.
Jhon mengatakan, tantangan terberatnya adalah cuaca, termasuk saat perayaan natal dan tahun baru. Varietas batu ijo yang ditanam di lahannya sempat ditinggalkan beberapa hari karena fokus dengan perayaan keagamaan.
“Di sini kendala utamanya cuaca yang ekstrim. Pagi kadang hujan sampai sore dan kalau malam berkabut. Keduanya, waktu petani yang tersedot pada saat perayaan natal tahun lalu. Saya akui sempat saya meninggalkan lahan, namun kemudian usai perayaan, saya kembali menekuni lahan saya,” tuturnya.
Petani berusia 50 tahun ini berterima kasih kepada Kementerian Pertanian, karena bantuan yang diterima sesuai kebutuhan yang ada tanpa dikurangi dan ditutup-tutupi. Tidak hanya benih dan sarana produksi, dirinya bersama para petani lain sempat menerima upah kerja.
“Bantuan kepada kami itu tidak ada yang tersembunyi. Berapa yang dikasih ke kami, itulah yang kami terima. Mulai dari benih hingga sarana produksi kami terima penuh. Bahkan kami juga menerima upah kerja mulai saat penaburan kompos, pemasangan mulsa hingga waktu penanaman. Kami hanya tinggal merawatnya saja. Hasilnya pun bukan buat pemerintah, semua murni untuk kami para petani,” tutur Jhon.
Jika ada perbedaan pertumbuhan, dirinya menilai wajar karena itu kembali lagi ke petani yang menggarap. Jika tumbuh dengan baik, berarti terawat dengan bagus. Jika belum bagus berarti perawatannya perlu ditingkatkan lagi.
“Pada dasarnya bibit yang kami terima memang bagus. Jadi ya bagaimana perawatannya. Wajar juga karena kami di sini baru pertama kali tanam, pun arealnya sangat luas. Masih perlu belajar,” lanjutnya.
Jhon juga mengingatkan bahwa hasil yang diterima bukan daun melainkan umbi yang hendak dipanen. Karena itu katanya, perlu diperhatikan juga, karena yang dipanen umbinya, bukan daunnya.
“Jadi jangan fokus dengan daun bawang yang harus besar atau kecil ukurannya. Berukuran kecil pun tetap ada umbinya. Kami ini fokus dengan pertumbuhan umbinya. Panen sebesar apapun, hasilnya jelas ada,” ujar Jhon semangat.
Petani di Humbahas merasakan manfaat food estate, karena membangunkan lahan tidur. Ini diakui, Charles Sinaga, Seperti apa pengakuannya? Baca halaman selanjutnya.